Mohon tunggu...
Amak Syariffudin
Amak Syariffudin Mohon Tunggu... Jurnalis - Hanya Sekedar Opini Belaka.

Mantan Ketua PWI Jatim tahun 1974

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Hepatitis yang Bikin Miris

5 Mei 2022   11:02 Diperbarui: 5 Mei 2022   11:05 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(KOMPAS.COM/ANTARA FOTO/BBC INDONESIA)

Seperti kisah awal mula pagebluk covid-19 dua tahun lalu, ketika Indonesia sudah tahu bahwa coronavirus itu merebak didaratan Cina lalu kenegara-negara lain dan Indonesia masih bebas tertular, meskipun Pemerintah sudah siap-siap menjaga, namun tidak dinyana meledak dan menjadi salah satu negara penderitanya paling besar. Baru Pemerintah sampaipun Presidennya dilibatkan yang memerlukan berbagait Teknik/cara pencegahan dan pengobatannya. 

Sampai dengan sekarang, sudah lebih dari  156.325 orang meninggal karenanya. Termasuk puluhan dokter spesialis/umum serta puluhan tenaga-kesehatan lainnya.

Belum lagi pagebluk (pandemi) itu benar-benar reda, kini bahaya pagebluk baru muncul: hepatitis misterius. WHO (World Health Organization) sudah memperingatkan 'bahaya'  penyakit baru itu, seperti dulu ketika mengingatkan menyebarnya covid-19. 

Dimulai ketahuan di Inggeris yang menyerang anak-anak dan beberapa anak meninggal, dan dalam satu-dua bulan sudah terjadi 228 kasus di 20 negara. 

Entah dari mana asal atau penyebabnya, 3 anak-anak Indonesia terserang heaptitits misterius itu dan meninggal. Namun, ini menurut laporan resmi dari Dinas-dinas Kesehatan dari  Provinsi-provinsi kita, tidak terlihat ada penularan pandemi baru itu.

Mudah-mudahan laporan itu benar dan akurat. Jangan sampai terjadi 'kebobolan' seperti ketika covid-19 menjelang merebak dinegara kita. Sebab selain terbanyak anak-anak, tetapi juga sangat berbahaya dan mematikan. Mungkin "ganasnya" melebihi covid-19.

Dalam ikut "memerangi" covid-19, peranan media elektronika (TV dan Radio) mauun media-cetak yang ada, menunjukkan efektivitasnya guna memberikan tuntunan yang diberikan oleh Pemerintah pada publik untuk berjagadiri dalam kehidupan/pergaulan sehari-hari. 

Meskipun juga banyak orang yang tidak mematuhinya atau tidak menganggap penting. Akibatnya, masih cukup banyak yang tertular, meskipun dibandingkan awal-awal pagebluk itu, angkanya menurun.

Menghadapi pandemi hepatitis ini gimana?

Kementerian Kesehatan harus bersiaga penuh dan belajar menjadi cerdas dari saat gelombang covid-19 melanda masyarakat. Dulu dan hingga kini. 

Terutama bagaimana memberikan pemahaman bahaya pandemi hepatitis itu dan sejauhmana wajib menghindari tertularnya, terutama terhadap anak-anak.

Mengapa hal demikian perlu disampaikan kepada publik, karena pengetahuan masyarakat masih "buram" terhadap penyakit tersebut. 

Dengan demikian, sekali lagi diminta pada sektor media massa (terutama stasiun-stasiun televisi) dan radio-siaran harus gencar menyiarkan penerangan dan menanamkan pengertian serta demi kesadaran agar berhati-hati menghadapi pandemi itu.

Kalau tak percaya, tanyailah masyarakat awam tentang penyakit hepatitis itu apa? Mengapa yang terserang kini masih kanak-kanak? Apa yang menjadikan penyebab, gejalanya, maupun cara penularannya hingga bisa menjadi pandemi? Bagaimana cara/teknik kita agar terhindar dari penularannya? Pengobatan yang bagaimana diperlukan untuk upaya penyembuhannya? Apakah berbahaya bagi anak-anak sekolah melalui pengajaran tatap-muka?

Kiranya mewaspadai penyakit hepatitis itu hendaknya sudah jauh hari diantisipasi oleh Pemerintah, terutama Kemkes. Apalagi pagebluk covid-19 belum reda benar. 

Kita tidak tahu, apakah akan terjadi lonjakan penularan covid-19 ataukah seperti kondisi sekarang usai musim mudik dan Lebaran Idulfitri yang lalu. 

Pendek kata, masyarakat jangan gantungkan saja pada upaya Pemerintah untuk mengatasi pagebluk covid-19 ataupun lainnya. Tapi harus mampu berusaha sendiri untuk mencari solusi demi kesehatan dan keselamatan diri asal didasarkan secara ilmiah Kesehatan. Berharaplah agar jangan sampai pagebluk yang satu itu usai, sudah ditimpa pagebluk kedua: hepatitis!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun