Beberapa orang Indo-Belanda bekas interniran pimpinan Mr. Ploegman berkumpul di Hotel Yamato (dulunya: Oranje Hotel) dijaga beberapa serdadu Jepang bersenjata. Mereka berunding guna meminta kembali pertokoan, perkantoran dan lain-lain era sebelum dikalahkan Jepang. Terlebih lagi aksinya didorong ketika sebuah pesawat terbang Belanda dari Balikpapan (yang dikuasai Sekutu) terbang di atas kota menyebarkan selebaran berisi agar ex-interniran bersiap menunggu kedatangan pasukan Sekutu. Pamflet itu dihias bendera Belanda dan foto Ratu Wilhelmina.Â
Orang-orang Indo-Belanda itu memastikan kekuasaan Belanda bakal kembali. Mr. Ploegman cepat-cepat ,mengambil tangga, menaiki menara-utara  hotel dan mengibarkan bendera Merah-Putih-Biru. Bergaya sombong sambil berkacak pinggang mondar-mandir dimenara itu. Di Jalan Tunjungan, depan hotel, berduyun-duyun masyarakat menutupi pintu gerbang hotel. Sebagian bersenjata tajam dan terbanyak takeyari (bambu runcing).Â
Saya diajak Alimun ke kantor Antara dan menyaksikan rakyat yang berteriak-teriak "Merdekaaa", "Siaaap!" sampaipun menyumpah-nyumpah, lalu  " berbondong memasuki lobby hotel. Beberapa serdadu Jepang  tidak berani mencegahnya. Tanpa banyak kata, perkelahian seru terjadi di lobby.Â
Beberapa orang terluka. Mr. Ploegman yang turun dari menara dan langsung terlibat, akhirnya tergeletak. Mandi darah dan tewas. Â Tiga orang kita menaiki tangga menara,, menurunkan bendera Belanda itu, merobek warna birunya dan mengibarkan kembali sebagai Merah Puith. Diiringi teriakan "Merdeka" di Jalan Tunjungan.
Hari itu, 19 September 1945, Â disebut "Insiden Bendera" sebagai awal berdarah Hari Pahlawan.
BERSAMBUNG.....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H