Mohon tunggu...
Amak Syariffudin
Amak Syariffudin Mohon Tunggu... Jurnalis - Hanya Sekedar Opini Belaka.

Mantan Ketua PWI Jatim tahun 1974

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Surabaya Oh Surabaya

7 Juni 2020   15:40 Diperbarui: 7 Juni 2020   15:40 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mereka yang kini menuju lansia atau yang betul-betul sudah lansia, di tahun-tahun sekitar 1970-an sering mendengar lantunan suara penyanyi Belanda, Anneke Gronloch. Wanita  Belanda kelahiran Jawa Timur itu suara merdunya sering berdengung di Radio Nederland dan siaran RRI maupun saat itu muncul di beberapa radio swasta. 

Lirik lagunya diawali "Surabaya Oh Surabaya... Surabaya, ditahun empat lima..." dan seterusnya. Anneke dianggap ikut berjasa lebih mempopulerkan Surabaya sebagai Kota Pahlawan dan Indonesia dibenua Eropa, khususnya Nederland. 

Meskipun kota itu sejak era Hindia Belanda, sudah berpredikat sebagai kota perdagangan, pelabuhan dan maritim yang besar. Bukan hanya dikenal di Indonesia, akan tetapi di Asia, sebagian negara-negara Eropa, benua Australia dan Amerika.

Sekitar tahun 2017-an, kota ini terkenal mulai dihijaukan Walikota Tri Rismaharani. Dia terkenal menumpahkan sejumlah besar dana APBD kotanya untuk taman-taman dan tetumbuhan, serta hal-hal sesuai seleranya. Malahan tanpa mempedulikan hukum, mengambil-alih Kebun Binatang Surabaya dari Yayasan/Perkumpulan selaku pemilik/pengelolanya dengan alasan sedang kisruh. Dijadikan perusahaan daerahnya hingga sekarang. 

Banyak penghargaan murni maupun yang harus dibayar guna menghargai prestasinya sebagai walikota, meskipun banyak kritik terutama dalam soal penanganan kemacetan lalulintas dan banjir dijalan-protokol dan pemukiman. 

Unsur-unsur yang merugikan warga tidak ditonjolkan lewat media massa, karena wartawan peliput yang khusus bergiat di Kotamadya Surabaya "sudah jurnalis yang baik-baik".  

Tahun 2020 ini jabatan kedua kalinya usai dijalani. Secara tak resmi berpamitan melalui acara/ pertemuan. Justru menjelang akhir jabatannya, orang-orang peduli pemerintahan menganggap  banyak kebijakan/tindakannya yang kurang sejurus dengan Gubernurnya, Khofifah Indar Parawansa, wanita yang juga terkenal. 

Ada yang memperkirakan, apakah urusan popularitas atau karena sifat  kewanitaan atau urusan pemerintahan atau latarbelakang poltiik-praktis? Kasus yang menonjol, ketika 14 April, dua karyawan pabrik rokok HM Sampoerna terpapar covid-19 dan management sudah lapor ke Dinas Kesehatan/Gugus Tugas kota Surabaya. 

Beberapa hari tak ada tanggapan, akhirnya 28 April manajemen pabrik rokok itu  lapor langsung ke Gugus Tugas Provinsi Jatim: 18 karyawan yang terpapar. Secara terbuka Gubernur Khofifah menyatakan, kasus itu dampak keterlambatan penanganan laporan pertama.

Tri Rismaharani seolah ditampar. Membantah Gugus Tugas/Dinas Kesehatan Kota Surabaya tidak lambat. Alasannya mengarah menyalahkan si pembuat laporan. 

Pada bulan berikutnya, puluhan warga perkampungan Kedung Baruk, kecamatan Rungkut, Surabaya, menjadi penderita positif covid-19. Perkampungan itu lokasi sebagian besar karyawan tersebut tinggal/mondok.            

Kini, Kota Pahlawan dalam kategori "Zona Hitam" kasus pandemic covid-19. Yang pertama dan satu-satunya dinegara kita. Meskipun istilah "hitam" itu sebenarnya merah tua hingga sekilas nampak kehitaman. 

Ukuran kategori per 1 Juni lalu, tercatat jumlah 2.633 pendertia. Padahal, batas "zona merah" buat kota 1205 penderita. Provinsi Jatim memang berstatus tertinggi penderita covid-19. 

Maklum, provinsi itu berpenduduk paling banyak. Belum lagi arus masuk kota itu dari daerah lain didalam negeri atau warga yang kemabli dari luar negeri. Jadi, jelas Surabaya sebagai ibukotanya jadi kantong penderitanya.

Sampai kini, Surabaya masih menjadi sorotan karena bahaya pandemi covid-19 seolah menggantung  diangkasa kota. Daerah-daerah pemukiman atau perkampungan yang warganya terpapar virus tersebut, apakah masih dirawat ataupun sudah meninggal dunia, ditutup atau "disaring" dengan penjagaan  dan piranti protokol kesehatan dan spanduk bertuliskan "Kampung Wani Covid-19" dengan logo-logo sponsor Kepolisian Daerah, Komando Militer serta Pemerinah Daerah. Kalau di Jakarta atau lain daerah istilahnya "Kampung Tangguh Covid-19". Kata "wani" adalah berani.

Pada akhirnya, Tri Rismaharani sebagai Walikota Surabaya yang dianggap sukses membangkitkan kota itu, harus mengakhiri jabatannya dalam situasi mencekam oleh pandemi covid-19. Belum sempat mengangkat derajat Kota Pahlawan itu juga sebagai pahlawan melawan covid-19.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun