Kini, Kota Pahlawan dalam kategori "Zona Hitam" kasus pandemic covid-19. Yang pertama dan satu-satunya dinegara kita. Meskipun istilah "hitam" itu sebenarnya merah tua hingga sekilas nampak kehitaman.Â
Ukuran kategori per 1 Juni lalu, tercatat jumlah 2.633 pendertia. Padahal, batas "zona merah" buat kota 1205 penderita. Provinsi Jatim memang berstatus tertinggi penderita covid-19.Â
Maklum, provinsi itu berpenduduk paling banyak. Belum lagi arus masuk kota itu dari daerah lain didalam negeri atau warga yang kemabli dari luar negeri. Jadi, jelas Surabaya sebagai ibukotanya jadi kantong penderitanya.
Sampai kini, Surabaya masih menjadi sorotan karena bahaya pandemi covid-19 seolah menggantung  diangkasa kota. Daerah-daerah pemukiman atau perkampungan yang warganya terpapar virus tersebut, apakah masih dirawat ataupun sudah meninggal dunia, ditutup atau "disaring" dengan penjagaan  dan piranti protokol kesehatan dan spanduk bertuliskan "Kampung Wani Covid-19" dengan logo-logo sponsor Kepolisian Daerah, Komando Militer serta Pemerinah Daerah. Kalau di Jakarta atau lain daerah istilahnya "Kampung Tangguh Covid-19". Kata "wani" adalah berani.
Pada akhirnya, Tri Rismaharani sebagai Walikota Surabaya yang dianggap sukses membangkitkan kota itu, harus mengakhiri jabatannya dalam situasi mencekam oleh pandemi covid-19. Belum sempat mengangkat derajat Kota Pahlawan itu juga sebagai pahlawan melawan covid-19.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H