Mohon tunggu...
Ama Kewaman
Ama Kewaman Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis Lepas

Lahir di Lembata, NTT, pulau terpencil bagai kepingan surga di bumi pada awal oktober 1994. Sekarang mengembara dalam jejak-jeak rantau.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Menulis di Dalam Tandas

18 Juli 2021   06:37 Diperbarui: 18 Juli 2021   06:44 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam sehari aku bisa menghabiskan satu bungkus rokok yang didalamnya berisi 20 batang dengan masing-masing batang mengandung 13mg tar dan 1,0mg nikotin. Bayangkan saja jika dalam satu batang men gandung 1,0mg nikotin, maka dalam satu bungkus mengandung 20mg nikotin. Dan itu dikonsumsi setiap hari tanpa henti. Maka dalam sebulan aku bisa menghabiskan 600,0mg nikotin atau setara dengan 6g nikotin. Aku sudah hampir lupa sejak kapan aku mulai merokok. Tapi yang pasti aku merokok sebelum aku beranjak SMA dan sekarang sudah dipenghujung semester di salah satu universitas di jawa. Maka tidak heran jika teman-temanku mengatakan aku kecanduan merokok, karena memang demikian.

Sebagai pembelaan atas pembenaran diri tentu aku akan berdebat panjang lebar tentang kebiasaanku merokok. Aku akan berpegang teguh pada pendapatku tentang rokok bisa membantu cara kerja otak dan menstimulus pikiran. Dan merokok pun bisa membantuku menjadi teman ketika sepi untuk menulis cerpen puisi atau mengerjakan pekerjaan yang lainnya. Tapi ketika aku menghitung jumlah rokok yang aku konsumsi dalam ceritaku ini aku mulai menjadi takut dan semakin ragu-ragu untuk mulai merokok.

Kali ini aku mengangguk-anggukan kepalaku sambil terus menulis ceritaku ini seolah sepakat dengan teman kampusku yang aku kira sedikit babal karena mengatakan aku kecandan. "Ada benarnya juga." Kataku pada diriku sendiri tanpa terdengar olehku sendiri.

Tapi sudah barang tentu kebiasaanku merokok sampai saat ini tidak sama dengan orang yang mengkonsumsi narkoba atau yang sejenisnya. Jika memang demikian maka pemerintah sudah menutup pabrik-pabrik rokok yang ada di negeri ini. Tapi sayang, negara ini tidak akan mendapatkan pajak yang lebih dari perusahaan rokok dan sudah tentu pengangguran akan bertambah. Mungkin karena alasan ini pemerintah tidak akan menutup perusahaan rokok terbesar, PT gudang garam di negeri ini.

Dan ketika engkau sedang embaca ceritaku ini, aku masih bergulat dengan kata-kata didalam tandas sambil menanti jembut yang jatuh kedalam jamban. Dan seperti yang aku tuliskan diatas tentang kebiasaanku merokok didalam ceritaku ini, kau juga pasti akan setuju dengan pendapatku, atau setuju dengan pendapat teman-temanku yang menuduhku telah kecanduan. Tapi jika kau juga seorang perokok, maka mari sini bersama denganku, temani aku biar aku tidak sendirian. Mungkin kita sama-sama sedang kecanduan tapi kita tidak sedang tahu kita sedang kecanduan. Maka biarlah mereka berkata menurut pendapat mereka.

Percayalah, kalau suatu saat nanti kita akan berhenti merokok dan mereka yang tidak merokok akan merokok juga. Dan aku akan berhenti merokok jika nanti aku mati atau jatuh sakit. Dan kau ? entahlah, aku tak tahu pasti. Mungkin kau akan setuju jika kita sepakat merokok sampai mati.

Malam yang harmoni dengan irama nyanyian Dialog Dini Hari, bersenandung dengan keran air didalam kamar mandi ini pelan-pelan berpacu dengan sepi. Lagu dari dalam ponsel yang kusetel tadi masih bersenandung lirih ketika keran air kumatikan. Aku menyelipkan boltpoint didalam buku pada akhir cerita yang telah selesai kutulis dan pita pembatasnya menjulur kelar dari halaman buku.  

Aku melangkah keluar dari dalam tandas setelah menyiram jembut yang menampung didalam tandas dan membuang puntung rokok yang tersisa kedalam jamban. Aku merasa lega karena semua ide yang bersarang dikepalaku ketika didalam tandas tadi telah terpenjara semuaanya didalam ceritaku dan tulisanku ini untuk menepis tudinganmu yang mengatakan bahwa aku tela kecanduan merokok.

Setelah duduk diatas tempat tidur, dantara buku-buku yang berserakan diatas lanta dan kasur tidur, kusulut lagi sebatang rokok, menghembuskan asap pekat saling bergantian keluar masuk dari mulut dan hidung. Aku mulai malas membaca. Aku ingin merokok saja sambil menyeruput sisa kopi yang disedus sore tadi.

Aku melemparkan tubuhku ke atas kasur dengan rokok yang masih terselip pada jariku. Mataku kandas di lanit-langit kamar dan pikiranku liar kemana-mana. Sesekali aku bangkit dari tidur hanya sekedar untuk menyeruput kopi dan menaruh sisa abu rokok kedalam asbak dan kebali merebah lagi.

Aku telah menjadi orang bebas dengan jalanku sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun