Mohon tunggu...
Dody Misa
Dody Misa Mohon Tunggu... -

S1 Peternakan Universitas Warmadewa Denpasar (Penulis di Blog Berbagi Ilmu Peternakan)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Strategi Pencegahan Penyakit Infeksi Pada Ternak Babi

17 November 2018   23:46 Diperbarui: 18 November 2018   00:10 5810
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Adapun jenis dan cara kerja berbagai jenis desinfektan dapat dilihat pada Gambar 2 Ilustrasi Cara Kerja Desinfektan berikut ini:

Edit pribadi
Edit pribadi
Dalam kegiatan desinfeksi, yang perlu dihitung adalah hal berikut ini :

1) Wilayah yang akan didesinfeksi dalam meter persegi (m2). Perhitungan untuk mencari luas wilayah penyemprotan termasuk semua dinding, lantai, dan langit-langit dilakukan dengan dua langkah. (a). Langkah 1: menghitung luas lantai kandang babi dengan rumus: Panjang (m) x Lebar (m) misalnya 40 m2. (b). Langkah 2: menghitung luas ruangan kandang (termasuk semua dinding, lantai, dan langit-langit) dengan rumus: Luas lantai x 2,5 = Luas permukaan semua dinding, yaitu 40 m2 x 2,5 = 100 m2.

2) Menghitung jumlah air yang diperlukan (berapa banyak air). Jika ingin menggunakan jumlah air 300 ml (0,3 liter) per meter persegi, maka rumusnya adalah jumlah air yang digunakan adalah 300 ml (0,3 liter) x luas total kandang. Terakhir, karena luas keseluruhan adalah 100 m2, maka jumlah air yang diperlukan adalah 100 x 0,3 lt = 30 liter.

3) Menghitung tingkat pengenceran desinfektan yang benar dan sesuai dengan rekomendasi pabrik (berapa banyak disinfektan dan air). Dengan melihat label produk desinfektan, misalnya nama produk yang ada dipasaran DES HPR, ditulis 1 ml/liter air, pengencerannya adalah 1 ml DES HP dalam 1 liter air. Bila jumlah airnya 30 liter, maka DES Hp yang dibutuhkan = 30 ml. Contoh lain bila pada label ditulis pengenceran zat x : 1%, maka diambil 1 gram dilarutkan 100 ml air atau 10 gram zat itu  dalam 1.000 ml (1 liter) air. Jadi, bila air yang dibutuhkan adalah 30 liter untuk total luas kandang 100 m2, maka zat x yang diencerkan = 300 gram.

Kegiatan sanitasi lainnyaadalah memelihara kebersihan pekerja dengan cara mencuci tangan, kaki, sepatu, dan lain-lainnya secara rutin dengan sabun sebelum mulai menangani babi. Pekerja wajib mengganti pakaian dan sepatu sebelum mulai bekerja.Pekerja diwajibkan untuk menangani makanan babi terlebih dahulu sebelum menangani kotoran babi, peralatan yang terkontaminasi, dan babi yang mati (bangkai).

Pengaturan lalu-lintas dalam kandang adalah berupa mengendalikan lalu- lintas manusia, hewan, peralatan, dan kendaraan yang masuk dan keluar peternakan, dan di dalam area peternakan itu sendiri. Tidak diperbolehkan orang lain dan kendaraan masuk tanpa ada kepentingan yang pasti. Pola lalu-lintas memberi makan dan pengontrolan dipeternakandimulai dari ternak babi yang paling muda (piglets)ke ternak yang dewasa atau induk dan juga mulai dari babi yang kondisinya sehat ke babi yang sakit.

Elemen pengendalian vektor dan pembuangan bangkai wajib dilakukan. Jenis vektor (agen pembawa penyakit) seperti tikus, kucing, anjing, kecoak, lalat, burung liar, dan lain-lainnya perlu dikendalikan karena vektor dapat menularkan penyakit. Contohnya, tikus dapat menularkan toxoplasma dan salmonella. Burung liar dapat menularkan flu burung. Pembuangan bangkai ternak dilakukan dengan membakar atau dikubur, yangdapat menekan penyebaran kuman dalam kandang.

Tindakan Vaksinasi

Vaksinasi adalah proses memasukkan vaksin (antigen) ke dalam tubuh babi untuk membentuk zat kebal yang spesifik (antibodi spesifik) untuk membunuh agen penyakit yang spesifik, yang mampu masuk ke dalam tubuh (seperti Hog Cholera, Mycoplasma, Pasteurella/SE, Eschericia coli, dan lain lain). Cara vaksinasi adalah dengan menginjeksikan vaksin/ bakterin dari agen penyakit yang spesifik secara terprogram, seperti yang disajikan pada Tabel 2.

program-vaksinasi-jpg-5bf03c766ddcae564774c76a.jpg
program-vaksinasi-jpg-5bf03c766ddcae564774c76a.jpg
Pada Tabel 2, dapat dilihat bahwa perlu dilakukan booster (pengulangan), sebab kalau hanya sekali vaksin, maka titer antibodi tidak tinggi. Respon imun primer adalah respon imun yang terjadi karena paparan antigen pertama kali, di mana antibodi yang terbentuk berupa IgM (immunoglobulin M).Selanjutnya, respon imun sekunder merupakan respon pembentukan antibodi Ig G (immunoglobulin G) dengan titernya yang tinggi, seperti yang dapat dilihat pada Gambar 3.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun