Sebagai anak laki-laki terakhir, ia menjadi harapan keluarganya.
Sebagai anak, membahagiakan orang tua bukanlah sebuah keinginan, tapi sudah menjadi kewajiban.
Gundah hatinya ketika harus memilih, antara bekerja di kampung sambil menemani ke dua orang tuanya atau harus pergi merantau ke luar kota.
Terbesit dalam hatinya ingin pergi merantau untuk mencari peruntungan di luar kota, tetapi meninggalkan orang tua di usia senjanya juga tak tega,
Apalagi ke tiga saudaranya juga tinggal di tanah Rantau semua, hanya ada umam dan saudara perempuannya yang tinggal di kampung.
Suatu hari ia mendapat panggilan interview kerja di ibu kota
"Pak buk, umam izin untuk pergi merantau yah?" ujar umam sambil menatap mata ibunya
"Kenapa tidak mencari pekerjaan di sekitar sini saja nak?" Tanya ibunya
"Umam ingin mencoba mencari peruntungan di kota, buk" jawab Umam sambil memegang tangan ibunya
*Sejenak ibunya terdiam sambil terus memandang wajah si umam
Â
"Ibu dan bapak tidak usah khawatir, Umam bisa jaga diri baik-baik" ujar umam
"Ya sudah, pesan ibu kamu harus selalu hati-hati, jaga diri kamu baik-baik, ibadah jangan sampai ditinggal yah nak" ucap ibunya dengan penuh kasih
"Baik Bu, pesan ibu akan selalu Umam ingat" ucap umam sambil memeluk ibunya
Ke esokan hari nya ..
"Ibu tidak bisa mengantar sampai terminal nak, nanti kamu di antar sama bapak" ucap ibunya sambil meneteskan air matanya
"Iyah Bu, tidak apa-apa" ucap umam sambil mencium tangan ibunya
Umam diantar oleh bapaknya menggunakan sepeda motor tuanya, sesampainya di terminal umam
Duduk di ruang tunggu terminal, sambil berbincang dengan bapaknya
"Berat banget yah pak, rasanya meninggalkan kampung halaman" ucap umam sambil menghela nafas panjang
"Suka dukanya merantau ya memang seperti itu nak, kalau baru mau berangkat rasanya berat sekali, tapi ketika sudah di dalam kendaraan dan sudah jalan, ya mengalir saja, rasa berat  itu akan hilang dan terbiasa" ucap bapak  sambil memberikan bekal makanan yang sudah di buat oleh ibunya
"Pak, haruskah laki-laki punya tulang yang kokoh sekuat baja?" tanya Umam
"Dunia luar itu keras nak, bapak dari dulu tidak pernah memanjakanmu, agar kamu siap menghadapi hidup yang tak mudah ini, itu sebabnya mengapa dulu ibu dan bapak selalu mengingatkanmu untuk belajar dengan sungguh-sungguh, agar kelak kamu harus lebih baik dari kami secara materi. Supaya lebih banyak orang yang kamu tolong, sebab pasti kurang sempurna rasanya ketika hanya menyumbang dengan do'a. atau akan ada saudara yang menjauh karena kamu tidak punya apa-apa.
Kata orang, akan banyak saudara ketika kamu mampu"
"Lantas bagaimana cara mereka bertahan di saat ingin sekali menyerah?"
"Setiap orang yang sedang berjuang pasti punya alasan atau motivasi yang kuat pada dirinya, diantara nya mungkin faktor keluarga, ada senyum dari keluarga yang menanti kita di rumah.
Kita harus belajar menikmati setiap proses dengan sabar, tidak ada yang instan untuk mencapai keberhasilan nak, dan kamu harus menjadi orang yang jujur bisa membedakan yang salah dan benar, menjalani hidup dengan penuh arti, dan tidak lupa selalu minta petunjuk dan pertolongan dari sang ilahi"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H