Galau adalah istilah yang sudah tak asing lagi didengar bagi telinga kaum pemuda di zaman sekarang ini. Sepintas, ketika seseorang mengharapkan sesuatu, namun harapannya itu tak kunjung jua datang dan hal itu membuatnya sedih maka seperti itulah gambaran umum tentang galau. Para psikiater dan orang-orang yang bergelut didalam bidang konseling berpendapat bahwa kegalauan akan menjadi semakin parah jika perasaan galau itu di pendam pada diri kita sendiri. Oleh karena itu, solusi pertama dari kegalauan ini adalah melakukan sharing atau berbagi dengan orang yang dapat ia percaya tentang masalah yang selama ini ia pendam. Semakin banyak ia sharing atau curhat dengan orang lain, maka semakin ringan beban dari kegalauan yang ia derita.
Permasalahnya adalah tidak sedikit dari kalangan pemuda hari ini, bertindak tidak etis dengan cara mengumbar permasalah mereka ke media sosial seperti Facebook, Twitter dan beberapa media sosial lainnya. Terlebih lagi, mereka terkadang mengumbar hal-hal yang tidak sepatutnya mereka perlihatkan kepada orang lain, dengan kata lain ia telah mengumbar aibnya dihadapan publik secara sadar. Hal ini adalah suatu tindakan yang menyimpang dari nilai-nilai kemanusiaan yang berupa kesalahan dalam pengelolaan konflik batin. Lebih parahnya lagi, kedua mata saya sendiri pernah melihat status di akun Facebook-nya seperti berikut
“ :’( Maafin ***TI Mah, ***TI dihamilin sama Si Brengsek ******** **IF (sambil men-tag atau menandai
nama pacarnya) ”.
Kejadian ini bukanlah sandiwara atau drama rumah tangga belaka, beberapa minggu sebelum insiden tersebut terjadi, ia masih sempat “memamerkan” foto dengan pacarnya yang tengah asyik bermesraan dan berduaan beberapa kali. Namun, seperti inilah jadinya, ketika kita tidak menjaga dan menjauhkan diri kita hal-hal yang diharamkan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Malapetaka pun mulai menjilat dan merobek sedikit demi sedikit kertas putih nan suci dengan aneka macam kehinaan pada diri manusia dan gelimang dosa wal yadzu billah.
Islam hadir dimuka bumi ini, tidaklah dengan hampa tujuan. Perkara apapun yang didatangkan dan dihadapkan kepada Islam, maka Insya Allah semua itu ada jawabannya termasuk penyakit hati galau. Salah satu fungsi Al-Qur’an diantara ribuan fungsinya adalah sebagai Ad-Duwaa’ atau obat.
Lantas, apakah obat hati galau yang ditawarkan di dalam Al-Qur’an?
Imam Ibnu Qoyyim Al-Jauziy Rahimahullah, pernah menjelaskan tentang obat pelipur galau didalam kitab yang judul terjemahannya Rahasia Hati. Maka beliau berpendapat bahwa obat bagi penyakit galau adalah shalat.
Banyak orang yang salah memahami tentang shalat, terutama orang-orang benar-benar tidak tahu esensi dan hakikat dari shalat itu sendiri. Mereka berpikir bahwa shalat hanyalah sekadar gerakan-gerakan biasa dan tidak jauh beda dari gerakan yang dilakukan seekor ayam yang sedang mematuk-matuk biji jagung diatas tanah.
Padahal, Imam Ibnu Qoyyim Al-Jauziy menjelaskan dalam kitabnya bahwa shalat adalah sang penawar kegalauan karena beberapa hal:
1.Shalat adalah kesempatan anda mengadu dan curhat kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala
Memang benar bahwa tindakan yang tepat ketika anda memiliki masalah adalah tidak memendam masalah itu sendiri selama hal itu bukanlah suatu aib bagi anda. Namun, kekeliruannya adalah tidak sedikit orang yang sedang merana karena kegalauannya, lebih memilih untuk mengadu kepada manusia terlebih dahulu sebelum mengadu kepada dzat yang menciptakan manusia itu sendiri. Ketika seorang hamba mendirikan shalat, maka tidak ada sama sekali perantara yang membatasi antara hamba dan Tuhannya. Di sinilah kesempatan semua manusia untuk mengadukan semua persoalan hidupnya kepada Allah. Maka berdoalah dan meminta ampun padanya agar dimudahkan dalam melewati segala cobaan hidup. Jadikanlah Allah sebagai kekasih agar kita dapat merasakan manisnya cinta ketika bermesraan dan berduaan dengan Allah Subhanahu Wa Ta’ala bukan bersama mahluk ciptaanya.
Curhatlah sepuas-puasnya dengan Allah!
Tanamkanlah sifat tawakkal yakni sikap berserah diri hanya kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala semata!
Niscaya, Allah Subhanahu Wa Ta’ala akan memberi petunjuk kepada jalan yang benar. Apabila kita bertawakkal sepenuhnya kepada Allah, maka perasaan galau itu tak lebih hanyalah sebuah batu kerikil kecil di pinggir jalan.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman di dalam Al-Qur’an:
“Allah tidak akan membebani seseorang melainkan dengan kesanggupannya.
(QS. Al-Baqarah:286)