Mohon tunggu...
Alzeiraldy Idzhar Ghifary
Alzeiraldy Idzhar Ghifary Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

"Jangan berhenti tangan mendayung, nanti arus membawa hanyut" –M. Natsir

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Ringkasan Muktamar 48 Muhammadiyah

5 Desember 2022   01:36 Diperbarui: 5 Desember 2022   08:08 889
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber: Instagram @abe_mukti)

Dan penting dicatat, kepemimpinan kolektif di Muhammadiyah selama satu periode ke depan bakal kembali diisi sosok ulama tegas yang berani mengkritik pemerintah seperti Anwar Abbas, juga sosok teknokrat yang berkontribusi di barisan pemerintah seperti Muhadjir Effendy. Ini menjadi gambaran bahwa Muhammadiyah tidak bisa distigmatisasi dengan sikap politik biner: pro atau kontra pemerintah. Melainkan tengahan yang proporsional demi kemaslahatan bersama. 

Risalah Islam Berkemajuan

Jika di Muktamar 47 Makassar menegaskan komitmen kebangsaan lewat rumusan Negara Pancasila Darul Ahdi Wa Syahadah. Maka Muktamar 48 Surakarta sukses menuntaskan "Risalah Islam Berkemajuan" sebagai fikih ijtihad Muhammadiyah untuk menjadikan Islam sebagai agama peradaban (din al-hadharah). Muhammadiyah berkeyakinan bahwa Islam yang sesungguhnya adalah agama yang mendorong kemajuan serta menjadi kekuatan aktual dalam menggerakan pemeluknya untuk memberi kesaksian atas keunggulan Islam. 

Kesungguhan Muhammadiyah untuk mengajak kepada kemajuan diperlihatkan oleh KH. Ahmad Dahlan melalui pesan yang disampaikan dalam sebuah pertemuan pengajaran di hadapan murid-murid perempuan dengan menggunakan Bahasa Jawa, "Dadiyo kyai sing kemajuan lan aja kesel-kesel anggonmu nyambutgawe kanggo Muhammadiyah". Artinya, jadilah kyai yang berkemajuan dan jangan lelah dalam bekerja untuk Muhammadiyah.

Karena itu Islam Berkemajuan telah menjadi ruh Muhammadiyah sejak periode awal. Kata-kata yang terbentuk dari "maju" seperti "memajukan" telah termaktub dalam Statuten Muhammadiyah (1912), yang menyatakan bahwa tujuan Muhammadiyah adalah "Memajukan hal igama kepada anggota-anggotanya". Rumusan tersebut melengkapi tujuan pertama, yakni "menyebarkan pengajaran igama Kangjeng Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam kepada penduduk bumiputera di dalam residensi Yogyakarta".

Islam Berkemajuan meniscayakan pembaharuan (tajdid), karena dalam menjalankan ajaran agama umat Islam harus menjawab dinamika dan tantangan baru yang belum pernah muncul pada masa-masa sebelumnya. Tajdid berfungsi memberikan penyelesaian persoalan dan melahirkan gagasan-gagasan baru yang memajukan.

Muhammadiyah mengembangkan cara pandang yang berkemajuan atas Islam yang dirumuskan dalam karakteristik lima, yakni: berlandaskan pada Tauhid, bersumber pada Quran dan Sunnah, menghidupkan Ijtihad dan Tajdid, mengembangkan Wasathiyah, dan mewujudkan Rahmatan lil alamin. 

Lima karakter tersebut masuk dalam Bab Konsep Dasar Islam Berkemajuan yang mencakup : Karakteristik Islam Berkemajuan dan Manhaj Islam Berkemajuan. Terdapat juga Bab Gerakan Islam Berkemajuan yang menjelaskan peran Muhammadiyah sebagai Gerakan Dakwah, Gerakan Tajdid, Gerakan Ilmu, dan Gerakan Amal. Serta Bab Perkhidmatan Islam Berkemajuan yang menjelaskan Perkhidmatan Keumatan, Kebangsaan, Kemanusiaan, Global, dan Perkhidmatan Masa Depan. Poin-poin inilah yang dibahas dalam draft lebih dari 80 halaman Risalam Islam Berkemajuan. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun