Dan penting dicatat, kepemimpinan kolektif di Muhammadiyah selama satu periode ke depan bakal kembali diisi sosok ulama tegas yang berani mengkritik pemerintah seperti Anwar Abbas, juga sosok teknokrat yang berkontribusi di barisan pemerintah seperti Muhadjir Effendy. Ini menjadi gambaran bahwa Muhammadiyah tidak bisa distigmatisasi dengan sikap politik biner: pro atau kontra pemerintah. Melainkan tengahan yang proporsional demi kemaslahatan bersama.
Risalah Islam Berkemajuan
Jika di Muktamar 47 Makassar menegaskan komitmen kebangsaan lewat rumusan Negara Pancasila Darul Ahdi Wa Syahadah. Maka Muktamar 48 Surakarta sukses menuntaskan "Risalah Islam Berkemajuan" sebagai fikih ijtihad Muhammadiyah untuk menjadikan Islam sebagai agama peradaban (din al-hadharah). Muhammadiyah berkeyakinan bahwa Islam yang sesungguhnya adalah agama yang mendorong kemajuan serta menjadi kekuatan aktual dalam menggerakan pemeluknya untuk memberi kesaksian atas keunggulan Islam.
Kesungguhan Muhammadiyah untuk mengajak kepada kemajuan diperlihatkan oleh KH. Ahmad Dahlan melalui pesan yang disampaikan dalam sebuah pertemuan pengajaran di hadapan murid-murid perempuan dengan menggunakan Bahasa Jawa, "Dadiyo kyai sing kemajuan lan aja kesel-kesel anggonmu nyambutgawe kanggo Muhammadiyah". Artinya, jadilah kyai yang berkemajuan dan jangan lelah dalam bekerja untuk Muhammadiyah.
Karena itu Islam Berkemajuan telah menjadi ruh Muhammadiyah sejak periode awal. Kata-kata yang terbentuk dari "maju" seperti "memajukan" telah termaktub dalam Statuten Muhammadiyah (1912), yang menyatakan bahwa tujuan Muhammadiyah adalah "Memajukan hal igama kepada anggota-anggotanya". Rumusan tersebut melengkapi tujuan pertama, yakni "menyebarkan pengajaran igama Kangjeng Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam kepada penduduk bumiputera di dalam residensi Yogyakarta".
Islam Berkemajuan meniscayakan pembaharuan (tajdid), karena dalam menjalankan ajaran agama umat Islam harus menjawab dinamika dan tantangan baru yang belum pernah muncul pada masa-masa sebelumnya. Tajdid berfungsi memberikan penyelesaian persoalan dan melahirkan gagasan-gagasan baru yang memajukan.
Muhammadiyah mengembangkan cara pandang yang berkemajuan atas Islam yang dirumuskan dalam karakteristik lima, yakni: berlandaskan pada Tauhid, bersumber pada Quran dan Sunnah, menghidupkan Ijtihad dan Tajdid, mengembangkan Wasathiyah, dan mewujudkan Rahmatan lil alamin.
Lima karakter tersebut masuk dalam Bab Konsep Dasar Islam Berkemajuan yang mencakup : Karakteristik Islam Berkemajuan dan Manhaj Islam Berkemajuan. Terdapat juga Bab Gerakan Islam Berkemajuan yang menjelaskan peran Muhammadiyah sebagai Gerakan Dakwah, Gerakan Tajdid, Gerakan Ilmu, dan Gerakan Amal. Serta Bab Perkhidmatan Islam Berkemajuan yang menjelaskan Perkhidmatan Keumatan, Kebangsaan, Kemanusiaan, Global, dan Perkhidmatan Masa Depan. Poin-poin inilah yang dibahas dalam draft lebih dari 80 halaman Risalam Islam Berkemajuan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H