Mohon tunggu...
Alyssa Maharani
Alyssa Maharani Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Antropologi Universitas Airlangga

cat lover

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Perbedaan Perilaku Anak Berlatar Belakang Keluarga Broken Home dengan Anak Berlatar Belakang Keluarga Harmonis

16 Juni 2024   22:30 Diperbarui: 16 Juni 2024   22:53 455
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika mama dan papa ku cerai aku juga merasa ada sedikit dampak pada kehidupanku yang sekarang, seperti contohnya selama ini aku tidak bisa menemukan sesosok my safe place untuk ku berbagi cerita, sekalipun itu orang yang paling dekat dengan ku."

        Berbeda dengan anak berlatar belakang Keluarga Harmonis, N (anak berlatar belakang Keluarga Harmonis) mengatakan bahwa: 

" Waktu di rumahku ada masalah, keluargaku selalu mengusahakan untuk menyelesaikannya secara baik-baik dan bersama seperti contohnya duduk berkumpul bersama, keluar bersama, lalu bercerita bersama. Intinya ketika kami sama-sama sibuk keluarga kami selalu berusaha untuk mencari hari yang cocok untuk kita membahas permasalahan internal keluarga. 

Lalu dukungan dari keluargaku juga sangat penting bagiku, contohnya seperti ketika aku mengikuti kegiatan-kegiatan yang memang aku suka mereka selalu mendukungku."

       Dari pernyataan wawancara narasumber tersebut dapat disimpulkan bahwa anak dengan latar belakang Keluarga Broken home akan lebih rentan terkena penyakit mental akibat dampak dari perceraian orang tua mereka. 

Anak berlatar belakang Keluarga Harmonis akan cenderung merasa tidak mempunyai siapa-siapa di sekitarnya walaupun ia mempunyai banyak teman. Hal tersebut dikarenakan anak berlatar belakang Keluarga Broken home merasa tidak mempunyai tempat yang aman untuk bercerita keluh kesahnya karena bagaimana pun anak akan merasa kehilangan arah ketika ia ditinggal oleh sosok yang telah telah melahirkannya. 

       Hal tersebut berbanding terbalik dengan anak berlatar belakang Keluarga Harmonis, ia cenderung memiliki sifat yang periang dan percaya diri, karena ia merasa mendapatkan asupan berupa dorongan batin yang bersifat positif dari keluarga. Anak berlatar belakang Keluarga Harmonis tidak merasakan kekosongan pada lubang hatinya karena hal tersebut sudah terpenuhi olehnya sedari kecil, dan hal tersebut bisa membuat dirinya merasa bisa menjalani kehidupan dengan baik.

      Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa kondisi keluarga dapat mempengaruhi kehidupan anak di masa mendatang. Seperti pada kesimpulan teori tabula rasa oleh John Locke, yaitu "Seorang anak yang baru lahir diibaratkan kerta putih" Maksud dari penyataan tersebut adalah seorang anak yang baru lahir ini tidak membawa apa-apa, tidak mengerti apa-apa oleh karena itu diberi perumpamaan kertas putih. Dan di masa yang akan datang kertas putih ini akan berwarna, faktor yang menjadikan anak berwarna ini adalah faktor lingkungan yang ada di sekitarnya.

Namun, dari penjelasan diatas tentang perbedaan perilaku anak berlatar belakang keluarga broken home dengan anak berlatar belakang keluarga harmonis ini tidak semata-mata semua memiliki sifat yang sama. Terkadang semua dapat berubah tergantung kondisi pada masing-masing individu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun