Mohon tunggu...
Alyssa Diandra
Alyssa Diandra Mohon Tunggu... Dokter - Dokter Umum

Berbagi ilmu kesehatan lewat tulisan

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Jangan Lupakan Dukungan bagi Caregiver

7 Februari 2024   18:24 Diperbarui: 13 Februari 2024   11:41 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Selama ini, sebagian besar perhatian kita terhadap kesehatan mental tertuju kepada penderita gangguan jiwa. Namun, pernahkah terbersit dalam benak kita, bagaimana kondisi mereka yang merawat? Apa risiko yang mereka hadapi?

Perawatan seorang dengan gangguan jiwa tidak berhenti setelah penderita keluar dari rumah sakit. Sama seperti masalah kesehatan fisik, mereka yang sudah stabil akan menjalani perawatan secara rawat jalan di rumah dan melakukan kontrol sesuai waktu yang ditentukan. Selain itu, banyak dari penderita gangguan jiwa dengan derajat keparahan yang lebih ringan, sejak awal tidak membutuhkan perawatan rawat inap di rumah sakit. Mengingat sebagian besar masalah kesehatan mental membutuhkan masa terapi yang cukup panjang, maka peran kelurga dan lingkungan sekitar sangat penting untuk keberlangsungan terapi.

Namun, seringkali merawat orang dengan gangguan jiwa menjadi tantangan besar. Derajat keparahan penyakit, perilaku dan emosi yang sulit dikendalikan, adanya keterbatasan fungsi tertentu, kesiapan keluarga dalam menerima kondisi penderita, serta keterbatasan informasi menjadi beberapa tantangan yang harus dihadapi. Semakin berat kondisi yang dialami seseorang akibat gangguan jiwa, akan semakin besar juga kebutuhan yang harus dipenuhi seorang caregiver (pemberi perawatan atau perawat) dalam perawatan sehari-hari.

Siapa yang disebut caregiver?

Idealnya, caregiver diharapkan seorang pemberi perawatan yang terlatih sehingga dapat memahami seluruh kebutuhan penderita. Namun tidak semua dapat memenuhi kondisi ideal tersebut. Sebagian besar caregiver pada penderita gangguan jiwa adalah keluarga. Dalam hal ini, pasangan, orang tua, serta saudara menjadi harapan utama. Padahal, tak jarang hanya dengan mendengar orang terdekat didiagnosis gangguan jiwa saja, sudah menjadi beban tersendiri.

Risiko apa saja yang harus dihadapi para caregiver?

Menjadi seorang caregiver bagi penderita gangguan jiwa bukan pekerjaan mudah. Sejak awal mendengar ada anggota keluarga yang didiagnosis dengan gangguan jiwa saja, seringkali menjadi beban tersendiri bagi caregiver, meski bisa saja derajat gangguan ringan dan tidak ada keterbatasan. Kurangnya informasi dalam hal ini menjadi penyebab utama. Stigma yang melekat pada gangguan jiwa seringkali juga dirasakan oleh keluarga. Kemajuan teknologi saat ini sangat dibutuhkan dalam mempermudah akses informasi.

Berikut lebih lanjut mengenai beberapa risiko yang mungkin dihadapi seorang caregiver

  • Stigma

Ada 2 jenis stigma yang berisiko dialami seorang caregiver yakni associative stigma yakni stigma yang diterima seseorang karena berhubungan atau berinteraksi dengan seorang penderita gangguan jiwa, dan affiliate stigma yakni stigma publik yang diinternalisasikan oleh seorang caregiver, kemudian stigma tersebut disalurkan ke penderita. Affiliate stigma dapat menimbulkan rasa malu bagi seorang caregiver dan mempengaruhi perilakunya, seperti menarik diri.

Kedua stigma tersebut dapat mempengaruhi kualitas hidup dan fungsi seorang caregiver dalam merawat penderita. Penderita juga dapat merasa enggan mencari pertolongan dan memperburuk keparahan gangguan jiwanya.

  • Masalah ekonomi

Merawat seorang penderita gangguan jiwa terutama pada derajat keparahan yang berat, emosi dan perilaku yang sulit dikendalikan, atau adanya fungsi sehari-hari yang terbatas, membutuhkan waktu dan tenaga yang tidak sedikit. Sebagian besar caregiver berusia produktif. Tak jarang bagi mereka yang sebelumnya bekerja, harus mengurangi hingga berhenti bekerja untuk merawat penderita. Hal ini dapat mempengaruhi kemampuan finansial keluarga dan menambah beban bagi caregiver.

  • Masalah sosial

Caregiver seringkali lupa bahwa mereka juga membutuhkan dukungan sosial. Kewajiban mereka untuk merawat anggota keluarga dengan gangguan jiwa telah menyita seluruh perhatian dan tenaganya. Akhirnya, mereka tidak sempat bersosialisasi. Stigma juga dapat menyebabkan mereka menarik diri akibat rasa malu. Padahal mereka tetap membutuhkan dukungan dari orang di sekitar mereka.  

  • Masalah kesehatan fisik dan mental

Pola hidup yang tidak baik selama menjadi seorang caregiver dan kelelahan baik fisik maupun mental dapat meningkatkan kerentanan tubuh mengalami penyakit. Selain itu, mereka juga sering melupakan kebutuhan untuk merawat diri mereka sendiri. Durasi dalam merawat seorang penderita gangguan jiwa, berhubungan dengan kualitas hidup seorang caregiver. Kondisi ini dapat meningkatkan risiko insomnia dan depresi.


Lalu, harus bagaimana?

Terlepas dari risiko yang dimiliki, merawat penderita dengan gangguan jiwa tetap harus dilakukan. Oleh karena itu, dalam merawat seorang penderita gangguan jiwa tidak dapat dilimpahkan kepada orang tertentu saja. Kerjasama berbagai pihak sangat diperlukan.

Strategi yang dapat dilakukan bagi seorang caregiver yakni

  • Tetap menjaga kontak dengan lingkungan sosial baik dengan anggota keluarga lain, teman maupun tetangga
  • Berusaha tetap menjaga gaya hidup sehat baik dengan konsumsi makanan sehat, olahraga teratur, serta berusaha untuk memiliki waktu istirahat yang cukup.
  • Melakukan aktivitas keagamaan baik beribadah maupun mengikuti acara keagamaan di tempat ibadah. 
  • Menyadari kapasitas diri dan meminta bantuan dalam merawat anggota keluarga yang menderita gangguan jiwa jika perlu
  • Berdiskusi secara aktif dengan tenaga kesehatan yang merawat, agar mendapatkan informasi yang akurat dan sesuai dengan kondisi penderita
  • Jika muncul tanda-tanda seperti kelelahan, masalah tidur, perubahan perilaku menjadi mudah marah, sulit fokus, mudah lupa, perubahan pola makan, atau merasa tidak ada energi yang mempengaruhi kegiatan sehari-hari sebaiknya mencari bantuan profesional (baik psikolog maupun psikiater) untuk membantu

Kemudian, jika ada di sekitar kita yang sedang merawat seorang dengan gangguan jiwa, dukung mereka. Mereka mungkin tidak sempat memikirkan tentang kebutuhan diri mereka sendiri. Kita dapat memberikan dukungan sosial bagi mereka tanpa memberikan stigma, penghakiman atau cemooh. Jika mereka menunjukkan tanda seperti di atas, sebaiknya sarankan mereka ke profesional dan tetap berusaha ada untuk mereka.

Hidup atau merawat seorang penderita gangguan jiwa mungkin tidak mudah sehingga saling mendukung satu sama lain sangat diperlukan. Mari bersama menjaga kesehatan mental baik bagi penderita maupun caregiver.

Referensi:

Anli Leng, Caifen Xu, Stephen Nicholas, Jennifer Nicholas, Jian Wang. Quality of life in caregivers of a family member with serious mental illness: Evidence from China, Archives of Psychiatric Nursing, Volume 33, Issue 1,2019, Pages 23-29, ISSN 0883-9417,https://doi.org/10.1016/j.apnu.2018.08.010

Grady PA, Rosenbaum LM. The science of caregiver health. J Nurs Scholarsh. 2015 May;47(3):197-9. doi: 10.1111/jnu.12137. Epub 2015 Mar 23. PMID: 25809219; PMCID: PMC4414903

S. C. Walke, V. Chandrasekaran, and S. S. Mayya, “Caregiver Burden among Caregivers of Mentally Ill Individuals and Their Coping Mechanisms,” Journal of Neurosciences in Rural Practice, vol. 09, no. 02, pp. 180–185, Apr. 2018, doi: 10.4103/jnrp.jnrp_312_17.

Y. Shi et al., “Correlates of affiliate stigma among family caregivers of people with mental illness: A systematic review and meta‐analysis,” Psychiatric Ment Health Nurs, vol. 26, no. 1–2, pp. 49–61, Feb. 2019, doi: 10.1111/jpm.12505.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun