Stigma oleh keluarga
Dianggap aib merupakan salah satu label yang harus diterima orang dengan gangguan jiwa. Ditinggalkan oleh keluarga, diisolasi bahkan dipasung masih sering terjadi. Dukungan dan pemahaman keluarga akan masalah gangguan jiwa yang dialami sangat penting bagi kesembuhan.
Masalah kesehatan mental merupakan masalah yang kompleks dari interaksi biologis, psikosial dan fisik. Tidak bijak menyalahkan orang dengan gangguan jiwa atas penyakitnya. Dukungan keluarga sebagai sistem dukungan utama memiliki peran penting dalam terkendalinya atau kesembuhan penyakit.
Stigma oleh tempat kerja
Orang dengan gangguan jiwa yang telah terkontrol dan sembuh sekalipun sering tetap kesulitan dalam mencari pekerjaan. Mereka dianggap kurang kompeten serta ada ketakutan akan kekambuhan saat bekerja.
Akhirnya, mereka sulit memiliki penghasilan hidup yang cukup karena keengganan orang untuk mempekerjakan mereka. Padahal, adanya pekerjaan juga berperan dalam terapi, selain untuk pemenuhan kebutuhan hidup.
Stigma oleh institusi
Walaupun institusi kesehatan dianggap memahami dan dapat memberikan pelayanan tanpa diskriminasi, tak jarang hal ini tidak tercapai. Stigma ini tidak hanya dialami oleh penderita saja namun ke tenaga kesehatan pelayanan kesehatan jiwa.
Pendanaan terhadap penelitian yang masih minim serta sedikitnya pembiayaan yang menjamin masalah kesehatan mental masih menjadi pekerjaan rumah bagi institusi terkait.
Akibat dari stigmaÂ
Stigma yang muncul dari berbagai pihak memiliki peran dalam proses pencarian pertolongan hingga kesembuhan penderita. Perilaku tidak menyenangkan dari sekitar, kehilangan kesempatan, kehilangan harapan, rasa rendah diri, isolasi atau penarikan diri yang muncul akibat stigma dapat membuat seseorang enggan mencari pertolongan dan memperburuk gejala yang muncul. Meskipun telah mendapatkan terapi, tanpa dukungan sekitar yang baik, risiko ketidakpatuhan atau putus terapi menjadi tinggi.