Mantan Ketua Umum DPP Partai Demokrat Anas Urbaningrum terlihat cukup kreatif dan produktif dalam mengeluarkan berbagai isu politik yang seksi dan aktual dihadapan publik. Setelah mendekam di Rutan KPK, ternyata tidak lantas membuat Ketua Presidium PPI ini diam dan menghindar dari hiruk pikuk pertarungan isu politik, Anas tetap tegak tampil dan bahkan ikut mendominasi wacana politik yang bergerak di tahun Pemilu ini.
Berbagai pernyataan politik Anas, baik secara langsung maupun melalui berbagai kicauannya di akun Twitter yang katanya dikelola oleh orang lain (Admin) karena dirinya tidak diperbolehkan mempergunakan perangkat gadget di dalam Rutan. Isu dan materi cuit Anas adalah hasil tulisan tangan yang dititipkan kepada Istri, anggota keluarga dan para loyalisnya saat membesuk di Rutan yang kemudian diserahkan kepada pengelola akun twitternya.
Setelah Anas ditahan KPK, berbagai pernyataannya semakin lugas, keras dan fokus diarahkan kepada SBY dan keluarganya. Materi berbagai pernyataan Anas secara umum terlihat berusaha mendesakralisasi dan sekaligus membuka mata publik bahwa SBY dan keluarganya bukanlah sosok sempurna dan suci seperti Malaikat yang tidak memiliki kesalahan, kelemahan sehingga tidak boleh disentuh dan dikritik.
Melalui berbagai pernyataannya, Anas sangat tampak  mengajak atau terus menarik demi menjadikan SBY sebagai lawan politik utamanya dengan melakukan pertarungan politik secara terbuka dihadapan publik. Dalam konteks inilah, Anas berusaha menurunkan kelas politik SBY sebagai seorang negarawan dengan sekedar menjadi politisi (penguasa) semata karena sangat sibuk mengurusi persoalan-persoalan pragmatis dan bersifat sektoral belaka, terutama kekacauan di tubuh Parpol yang dipimpinnya.
Pernyataan Anas yang secara gamblang menyebutkan bahwa posisi Cikeas lebih dekat Ke Hambalang dibanding dengan Duren Sawit adalah sindiran (pasemon) politik yang sangat syarat arti. Sindiran politik demikian tampaknya ingin membuka mata publik bahwa antara Cikeas dan Hambalang tetap ada korelasinya  sehingga tidak bisa dihilangkan dari peta persoalan begitu saja.
Bagi Anas sosok SBY kini terlihat kurang istimewa dan tidak sakral lagi sehingga dirinya lebih berani dan leluasa untuk melakukan kritik, serangan dan sekaligus gugatan terhadap Ketua Umum Partai Demokrat ini. Sebagai buktinya kini Anas mulai bersuara keras dengan 'menggugat' nalar publik yang dikorelasikan dengan posisi politik SBY, utamanya sebagai Ketua Umum Partai Demokrat.
Lembaran buku Anas kini sudah samapi pada keberanian 'menggugat' posisi politik SBY melalui akun Twitternya: "jika konsisten dg (dengan) yg (yang) dulu, soal anjloknya elektabilitas, sekarang saatnya PD kembali diselamatkan #beraniadil*abah, kata @anasurbaningrum. Cuit gugatan posisi politik SBY ini langsung dialamatkan kepada publik, utamanya kepada keluarga besar PD dan Ketua Umumnya, SBY.
Melaui cuitnya, Anas ingin menagih bukti kepada SBY yang ingin menyelamatkan partai sehingga mau tampil menjadi Ketua Umum karena faktanya elektabilitas PD kini semakin merosot tajam hingga sekitar 7,2 % berdasarkan survei Litbang Kompas yang terakhir. Upaya menggugat posisi SBY cukup beralasan karena sebagai Ketua Umum, dirinya pernah menjanjikan bahwa elektabilitas PD akan kembali naik di akhir tahun 2013 hingga sebesar 15 %.
Janji politik itu kini sangat jauh dari panggang dan hanya menjadi angin surga belaka karena sampai akhir tahun 2013 justru elektabilitas PD semakin terpuruk. Menurut Anas keterpurukan ini lebih dipicu oleh sikap masyarakat yang semakin tidak puas dengan kinerja pemerintah Presiden SBY yang tinggal beberapa bulan lagi.
Karena itu kini Anas berusaha menagih janji dan menggugat posisi politik SBY sebagai Ketua Umum Partai Demokrat yang layak ditinjau ulang demi menyelamatkan partai pemenang Pemilu dengan segera menggelar KLB untuk mengganti sang Ketua Umum yang telah gagal memenuhi janjinya menaikkan elektabilitas PD. Gugatan Anas ini cukup adil dan beralasan karena salah satu alasan pokok digelarnya KLB untuk mengganti dirinya dengan memilih SBY sebagai Ketua Umum Partai Demokrat adalah demi menyelamatkan elektabilitas parpol ini yang terus merosot.
Gugatan Anas demikian langsung menyodok kepada SBY karena hingga saat ini buktinya elektabilitas Partai Demokrat tidak kunjung beranjak naik secara signifikan. Karena itu tampilnya SBY sebagai Ketua Umum sesungguhnya sudah tidak istimewa dan kurang dibutuhkan lagi sehingga jika konsisten dan tahu diri mestinya segera mundur untuk kemudian mencari Ketua Umum baru yang lebih kredibel dan menjanjikan bagi penyelamatan elektabilitas PD.
Menurut Anas masih sangat banyak kader PD yang layak tampil dan siap memimpin Partai penguasa ini seperti Ahmad Mubarak, Marzuki Alie, Nur Hayati Assegaf serta lainnya. Melalui pernyataan ini Anas ingin menegaskan bahwa SBY adalah tokoh masa lalu, bukan tokoh masa depan yang menjanjikan harapan bagi masa depan PD.
Gugagatan, serangan dan gempuran Anas kepada SBY tampaknya bakal terus berlanjut, walaupun mantan Ketua Umum PD ini (fisiknya) telah terkurung didalam tahanan KPK. Puncak dari pertarungan ini adalah ketika Anas berhasil menarik SBY dan keluarganya dalam benturan pertarungan langsung dihadapan publik baik secara hukum dan politik sehingga terjadi desaksarlisasi secara terang-terangan terhadap penguasa dinasti Cikeas ini.
Anas bersama loyalisnya tampaknya terus mengarah, menyasar dan meruntuhkan dominasi politik Cikeas yang selama ini terkesan paling santun, paling bersih dan paling benar.  Kesan dan topeng citra seperti itulah yang ingin dibuka dan diruntuhkan oleh Anas bersama para loyalisnya yang mayoritas masih berusia muda.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H