Mata Cikeas yang hadir di Kompasiana mestinya membuat para penulisnya lebih bersemangat untuk memunculkan tulisan-tulisan cerdas, inspiratif, kritis dan konstruktif untuk kemajuan bangsanya karena bisa saja langsung dibaca oleh orang paling berkuasa di negeri ini beserta keluarga besar Cikeas.  Karena banyaknya ragam tulisan di Kompasiana, mestinya pihak Cikeas tidak saja memperhatikan tulisan-tulisan yang kontradiktif dengan kepentingannya, tetapi juga mesti menindaklanjuti gagasan-gagasan konstruktif bagi perbaikan kinerja pemerintahan SBY yang sedang memasuki usia senja.
Mata Cikeas yang memantau geliat di Kompasiana memang tidak bisa dilarang dan disalahkan. Para Kompasianer justru mempersilahkan dan sekaligus memantau berbagai gagasan didalamnya, bukan hanya untuk diberi 'disomasi' ketika menemui beragam suara keras dan kritik tajam, namun pihak istana harus mulai membuka diri untuk menjadikan Kompasiana sebagai salah satu referensi atas gelombang aspirasi masyarakat yang mesti ditindaklanjuti.
Dalam konteks inilah, mata Cikeas harus berani hadir lebih lugas, tidak sekedar mengintip, hanya mencari-cari pihak-pihak yang kritis, menutup  jalur komunikasi dan klarifikasi sehingga tiba-tiba muncul somasi. Setelah mata Cikeas t hadir di Kompasiana, maka tidak ada salahnya jika Presiden SBY sesekali ikut menulis atau mendorong para pembantunya ikut meramaikan diskusi di laman sosial media ini demi menyandingkan serta menyempurnakan gagasan-gasan segarnya bagi kepentingan kemajuan bangsa dan negaranya.
Karena mata Cikeas telah hadir dan memantau geliat di Kompasiana, maka sekaligus kita ajak untuk berperan aktif, berani menulis dan melawan berbagai kritik dengan gagasan yang lebih cerdas dan kredibel. Dengan cara ini mata Cikeas yang hadir di Kompasiana tidak sekedar  mengintip dan mengawasi, tetapi dibutuhkan keberanian untuk tampil langsung dengan melempar gagasan-gagasan segarnya guna diadu serta dipasarkan dihadapan publik yang berkepentingan sangat majemuk.