JK juga pernah memiliki ambisi menjadi Presiden, ketika maju dalam Pilpres tahun 2009 lalu bersama Wiranto sebagai Cawapresnya. Hubungan JK dengan tokoh-tokoh politik di KIH diprediksi juga lebih dekat, terutama dengan Ketua Umum Nasdem Surya Paloh dan Wiranto yang sejak awal telah membangun kemitraan politik di Golkar. JK juga dikenal cukup lama dekat dengan Megawati sehingga dirinya mulus diloloskan menjadi Cawapres Jokowi yang digawangi PDI-P.
Berdasarkan kalkulasi itu, diamnya JK adalah strategi dan dalam bingkai skenario politik. JK adalah tokoh alternatif yang masih tetap bisa dipegang komitmen politiknya jika terjadi perubahan politik luar biasa. Diamnya JK harus dikalkulasi secara politik karena tidak 'biasanya' tokoh ini diam, menghindar, tiarap dan menghilang saat terjadi krisis.
Penampilan JK kini terlihat berubah sangat drastis atau hampir 180%. Apakah JK memang tidak sekuat dahulu seperti ketika menjadi Wapresnya SBY yang sekaligus menjadi Ketua Umum Golkar ataukah diamnya JK sesungguhnya bukan mewakili dirinya sendiri, namun patut diduga sedang memainkan pesan, peran, strategi dan skenario politik ke depan bersama sekutu-sekutu politiknya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H