Setiap pribadi seseorang pasti memiliki karakteristik yang pasti berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya. Dari perbedaan iniyang biasamya sering menimbulkan bentrokan pada setiap aspek kehidupan.Â
Disiplin komunikasi tumbuh dan terdiri dari berbagai disiplin yang ada, baik dari kelompok humaniora, kelompok ilmu sosial dan perilaku serta kelompok ilmu pasti-alam. Artinya, disiplin ilmu merupakan salah satu sumber perspektif dalam ilmu komunikasi.Â
Setiap disiplin ilmu memiliki sudut pandang masing-masing dalam mendefisinikan maupun mengoperasionalkan suatu konsep, walaupun secara akademis konsep tersebut menjadi fokus bahasan pada berbagai disiplin ilmu dan memiliki istilah yang dikaji sama, namun ketika dikontekstualisasikan dalam disiplin ilmu yang berbeda, maka cara pandang dan fokus kajian yang muncul tidak akan sama. Hal ini dimungkinkan mengingat setiap objek formal dari kajian ilmiah tersebut memiliki asal muasal ontologis yang berbeda.
Konflik dan negosiasi merupakan dua istilah yang sering dibicarakan baik di dalam percakapan sehari-hari maupun pada konteks akademik. Secara akademis kedua istilah tersebut menjadi fokus bahasan pada berbagai disiplin ilmu termasuk; Arsitektur, Komunikasi dan Teknologi.Â
Meskipun istilah yang dikaji sama yaitu "konflik dan negosiasi," namun ketika dikontekstualisasikan di dalam disiplin ilmu yang berbeda, maka cara pandang dan fokus kajian yang muncul tidak akan sama. Perbedaan tersebut mereflesikan adanya perbedaan mendasar di antara masingmasing ilmu tersebut, baik secara epitemologis (asal usul pengetahuan) maupun ontologis (sifat dasar dari fokus kajian).
Konflik pada individu yang terjadi ketika adanya ketidakselarasan tujuan, perbedaan interpretasi interpretasi, ketidaksepahaman yang disebabkan oleh ekspetasi perilaku, dan lain-lain.Â
Konflik dilatarbelakangioleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi. perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah tentang ciri-ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, kepercayaan, dan lain sebagainya. al ini disebabkankarena individu membawa ciri-ciri individu dalam interaksi sosial, seperti fisik,kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain-lainÂ
Pentingnya Manajemen konflik
menghadapi tenaga kerja lokal membawakan konflik sebagai suaturelasi adalah diskriminasi, melakukan pembalasan, pencemaran lingkungan, dan gangguan-gangguan lainnya.
Manajemen konflik dapat melibatkan bantuan diri sendiri, kerja sama dengan atau tanpa bantuan pihak ketiga ataupun pengambilan keputusan oleh pihak ketiga. kadang-kadang berkonflik itu merupakan sebuah proses, sama halnya dengan perencanaan sebuah gagasan yang selalu berproses.Â
Proses manajemen Konflik merupakan Bagian Yang rasional Dan bersifat iteratif, artinya pendekatan menunjukkan manajemen Konflik Beroperasi Terus menerus mengalami penyempurnaan Sampai mencapai menunjukkan Yang sempurna Dan representatif.
Manajemen konflik akan mendukung organisasi atau perusahaan untuk dapat mengembangkan sistem dan mengembangkan kompetensi. Maksud dari manajemen konflik mampu mengembangkan sistem adalah dapat berhasilnya sistem yang berjalan. Konflik yang konstruktif akan membantu perusahaan dalam mengidentifikasi apakah sistem yang sudah dilakukan berjalan efektif atau memerlukan perbaikan dibeberapa hal.Â
Manajemen konflik juga dapat mengembangkan kompetensi, artinya penanganan manajemen konflik yang tepat, didukung dengan strategi dan sistem yang benar-benar akan membantu organisasi mengembangkan kompetensinya, terutama dalam hal kompetensi non teknis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H