Mohon tunggu...
Alya Wahdani
Alya Wahdani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Belajar

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Metode Penyebaran Islam di Nusantara Melalui Kesenian

15 Desember 2023   21:25 Diperbarui: 15 Desember 2023   21:49 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Selanjutnya ada kesenian Wayang: Wayang diperkirakan sudah ada sejak 1500 SM yang berfungsi sebagai medium untuk mendatangkan arwah leluhur yang disebut hyang atau dahyang. Ketika agama Hindu dari India masuk ke nusantara, wayang berkembang mengambil cerita dari kitab Mahabharata dan Ramayana. Sedangkan pada perkembangan budaya Islam, di Jawa wayang digunakan sebagai sarana dakwah untuk menyebarkan ajaran agama Islam (Wiyono, 2019).

Wayang digunakan sebagai pendekatan media dakwah karena merupakan kesenian tradisional yang paling disukai dan digemari oleh masyarakat. Selain itu juga mempunyai peranan sebagai alat pendidikan serta komunikasi langsung dengan masyarakat yang dipandang efektif dapat dimanfaatkan untuk penyiaran agama Islam (Setiawan, 2020).

Pada abad 17 ditanah Jawa, di kenal walisongo sebagai penyebar agama Islam. Para walisongo ini merupakan intelektual yang terlibat dalam upaya pembaharuan sosial yang pengaruhnya terasa dalam berbagai apek kebudayaan, yang menarik dari kiprah para walisongo ini adalah aktivitas mereka menyebarkan Islam di nusantara tidaklah dengan armada militer, tidak juga dengan menindas keyakinan lama yang dianut oleh masyarakat Indonesia yang saat itu mulai memudar pengaruhnya, Hindu dan Budha. Namun mereka melakukan perubahan sosial secara halus dan bijaksana, seperti halnya Islam yang mengajarkan kehalusan tanpa kekerasan. Mereka tidak langsung menentang adat kebiasaan-kebiasaan lama masyarakat, namun menjadikannya sebagai sarana dalam dakwah (Setiawan, 2020).

Salah satu sarana yang mereka gunakan sebagai media dakwah mereka adalah wayang. Para wali melakukan berbagai penyesuaian dengan adat setempat agar lebih sesuai dengan ajaran Islam. Bentuk wayang pun diubah yang mulanya berbentuk menyerupai manusia menjadi bentuk yang baru. Wajahnya miring, leher dibuat memanjang, lengan memanjang sampai kaki dan bahannya terbuat dari kulit kerbau. (Setiawan, 2020)

Dalam hal esensi yang disampaikan dalam cerita-ceritanya tentunya disisipkan unsur-unsur moral keIslaman. Dalam lakon Bima Suci misalnya, Bima sebagai tokoh sentralnya diceritakan menyakini adanya Tuhan Yang Maha Esa. Tuhan Yang Esa itulah yang menciptakan dunia dan segala isinya. Tak berhenti di situ, dengan keyakinannya itu Bima mengajarkannya kepada saudaranya, Arjuna. Lakon ini juga berisi ajaran-ajaran tentang menuntut ilmu, bersikap sabar, berlaku adil, dan bertatakrama dengan sesama manusia (Setiawan, 2020).

DAFTAR PUSTAKA 

Ahmad Ihsan Syarifuddin, Armiya Nur Lailatul Izzah. 2021. “Transformasi Dinamika Sastra Dan Seni Dalam Masyarakat Muslim Indonesia.” Al-Mabsut 15 (2).

Ahsan Muhamad, Sumiyati, & Mustahdi. 2017. Pendidikan Agama Islam Dan Budi Pekerti Menelusuri Tradisi Islam Di Nusantara. jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan.

An-Nabiri, Fahrul Bahri. 2008. Meniti Jalan Dakwah (Bekal Perjuangan Da’i). 1st ed. Jakarta: Amzah.

Anwar, Rosihon. 2008. Akidah Akhlak. Bandung: Pustaka Setia.

Asy’ari, M. 2007. “Islam Dan Seni.” Jurnal Hunafa 4 (2).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun