Mohon tunggu...
Alya Shafira
Alya Shafira Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa semester 1

bangunlah kepercayaan diri

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Bermain dan Permainan untuk Mengembangkan Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini

14 Desember 2021   23:24 Diperbarui: 14 Desember 2021   23:37 1419
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Bermain merupakan kegiatan yang menyenangkan bagi anak-anak, karena dengan bermain anak bisa mengubah kekuatan potensial yang ada dalam dirinya menjadi berbagai kemampuan dan kecakapan dalam kehidupannya kelak. Melalui bermain, anak mendapatkan berbagai pengalaman untuk mengenal dunia sekitarnya. Kegiatan bermain biasanya selalu berkaitan dengan permainan, secara umum permainan merupakan alat yang digunakan anak untuk kegiatan bermain sehingga kegiatan tersebut bisa menjadi menarik dan berkesan untuk mereka. Dikutip dari (Mulyasa, 2014:166) "Bermain bagi anak usia dini dapat digunakan untuk mempelajari dan belajar banyak hal, dapat mengenal aturan, bersosialisasi, menempatkan diri, menata emosi, toleransi, kerja sama, dan menjunjung tinggi sportivitas."

            Kegiatan bermain biasanya selalu kita temui di lingkungan rumah, lingkungan sekolah, ataupun di fasilitas umum lainnya.  Anak-anak dan bermain hubungannya sangat erat tak bisa dipisahkan. Anak-anak tidak akan terlepas dari kegiatan bermain dan kegiatan bermain tidak akan ada jika tidak ada anak-anak yang ingin bermain-main. Dikutip dari (ardini, 2018) "bermain bagi seorang anak tidak sekedar mengisi waktu, tetapi media bagi anak untuk belajar. Setiap bentuk kegiatan bermain pada anak usia dini merupakan nilai positif terhadap perkembangan seluruh aspek yang ada dalam diri anak. Dalam bermain anak memiliki nilai kesempatan untuk mengekspresikan sesuatu yang anak rasakan dan pikirkan." Pada anak usia dini perlu menguasai berbagai konsep dasar warna, bentuk, ukuran, dan sebagainya. Konsep dasar ini akan lebih mudah dimengerti anak melalui kegiatan bermain.

            Dengan demikian kegiatan bermain ini mempunyai tujuan, yaitu agar anak dapat mengeluarkan semua perasaan negatif yang mereka rasakan seperti pengalaman yang tidak menyenangkan/traumatik dengan bermain menimbulkan perasaan senang dan lega, selain itu bermain juga dapat menambah wawasan, kreativitas, dan rasa ingin tahu sehingga anak bisa mengetahui berbagai macam hal lewat bermain.

Pengertian bermain

            Bermain adalah hak yang dilakukan anak usia dini yang memiliki nilai utama dan hakiki pada masa anak-anak. Kata bermain mungkin terkadang kurang serius terdengar, hanya untuk senang-senang  mengisi waktu luang saja. Padahal kegiatan bermain bagi anak usia dini adalah sesuatu yang sangat penting dalam perkembangan kepribadiannya. Dikutip dari (Dariyo, 2007) "Kegiatan bermain sendiri memberi manfaat positif untuk mengembangkan potensi anak misalnya kecerdasan, bakat, kreativitas dan keterampilan motorik, keterampilan bergaul dan keterampilan komunikasi."

               Para ahli psikologi anak menekankan pentingnya bermain bagi anak. Bagi anak-anak, kegiatan bermain merupakan kegiatan yang alami dan sangat berarti. Dengan bermain anak mendapatkan kesempatan untuk mengadakan hubungan yang erat dengan lingkungan. Bermain merupakan kegiatan yang dilakukan dengan sukarela dan tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar atau kewajiban.

            Bermain merupakan keseluruhan aktivitas yang dilakukan oleh seseorang individu yang sifatnya menyenangkan, menggembirakan, dan menimbulkan kenikmatan yang berfungsi untuk membantu individu mencapai perkembangan yang utuh, baik fisik, intelektual, sosial, moral dan emosional. Bermain juga merupakan kebutuhan yang diperlukan anak. Melalui bermain anak dapat memuaskan tuntutan dan kebutuhan perkembangan dimensi motorik, kognitif, kreatifitas, emosi, sosial, nilai, bahasa dan sikap hidup.

Bermain untuk perkembangan kognitif

            Bermain bukan hanya sekedar kegiatan yang menyenangkan anak saja tetapi juga untuk mengembangkan perkembangan yang dimiliki oleh anak usia dini, salah satunya pada perkembangan kognitif. Perkembangan kognitif merupakan aspek dasar suatu perkembangan untuk berpikir secara logis pada anak usia dini hingga dewasa. Bermain dan permainan merupakan solusi yang mudah untuk mencapai perkembangan kognitif pada anak usia dini.

            Arti dari kognitif merupakan pengetahuan, kreativitas, ingatan, daya pikir, serta daya nalar. Anak usia dini akan lebih mudah mengenal konsep-konsep dasar ini hanya dengan melalui kegiatan bermain. Dengan bermain anak-anak akan lebih mudah mengetahui konsep-konsep tersebut dibanding dengan cara diajarkan seperti orang dewasa yang sedang belajar. Contoh sederhana nya misalkan ia sedang bermain balok, ia dapat mengetahui bentuk dari baloknya apa, warna baloknya apa, lebih banyak atau lebih sedikit dari milik temannya.

               Dikutip dari (Suyadi, 2014:184-187) "Bermain berguna dalam perkembangan kognitif juga didukung oleh Montessori yang menyatakan bahwa terdapat empat fakta mendasar bahwa bermain dapat menstimulasi otak anak: 1) pikiran yang mencercap; 2) periode kritis; 3) anak adalah makhluk pembelajar; 4) anak belajar dengan bermain.

            Aspek kognitif pada anak akan berkembang dengan baik dengan cara mengajaknya bermain dan bereksplorasi secara bebas di alam sekitar. Anak akan menemukan hal-hal yang baru seperti sesuatu yang diciptakan oleh tuhan ataupun sesuatu yang diciptakan oleh manusia. Contohnya seperti mengamati tanaman tumbuh, karena saat mengamati tanaman tumbuh anak akan bertanya-tanya bagaimana dan mengapa tanaman bisa tumbuh, mengalami perubahan dan berfungsi (sebagai makanan). Dengan cara bermain ini anak-anak bisa membuka wawasan seluas-luasnya dan berkesempatan untuk mengamati hal-hal baru.

            Salah satu permainan yang dapat mengembangkan perkembangan secara kognitif pada anak usia dini, yaitu bermain peran. Anak usia dini ketika bermain permainan peran tersebut dengan cara berpura-pura menjadi tokoh tertentu seperti ayah, ibu atau tokoh lainnya. selain itu, hal yang dapat dilakukan untuk bermain peran ialah dengan menggunakan suatu benda yang berada disekitar, seperti boneka, robot, atau benda lainnya. Oleh karena itu, hal tersebut dapat bermanfaat guna mengembangkan suatu aspek perkembangan pada anak usia dini. Hal itu dapat terjadi karena anak belajar menggunakan benda nyata yang ada di sekitar secara tanpa sadar dan belum bisa berpikir secara abstrak.

Tahapan perkembangan kognitif

            Menurut Piaget ada empat tahap perkembangan kognisi seseorang mulai dari saat dilahirkan hingga usia dewasa. Masing-masing tahap ditandai dengan munculnya kemampuan intelektual baru yang memungkinkan orang memahami dunia ini dengan cara yang makin rumit.

  1. Tahap sensorimotor (saat lahir hingga 2 tahun) : Pembentukan konsep objek dan kemajuan bertahap dari perilaku refleks ke perilaku yang diarahkan oleh tujuan
  2. Praoperasi (2-7 tahun) : Perkembangan kemampuan menggunakan symbol untuk melambangkan objek di dunia. Pemikiran masih bersifat egosentris dan terpusat
  3. Operasi konkret (7-11 tahun) : Perbaikan kemampuan berpikir logis. Kemampuan baru meliputi penggunaan pengoperasian yang dapat dibalik. Pemikiran tidak terpusat, dan pemecahan masalah kurang dibatasi oleh egosentrisme. Pemikiran abstrak tidak mungkin
  4. Operasi formal (11 tahun hingga dewasa) : Pemikiran abstrak dan semata-mata simbolik dimungkinkan. Pemecahan masalah dilakukan dengan eksperimentasi sistematik

            Piaget berpendapat bahwa anak menjalani tahapan perkembangan kognisi sampai akhirnya anak mencapai proses berpikir orang dewasa. Kegiatan bermain akan sejalan dengan perkembangan kognisi anak mulai dari tahap sensorimotor, bermain khayal sampai kepada bermain sosial yang disertai adanya aturan sebuah permainan.

            Menurut Santrock, dalam perkembangannya, anak memulai bermain dengan sebelas cara yakni (1) sensorimotor, bermain dengan penginderaan dan anggota badan; (2) bermain fungsional dimana anggota tubuh menjadi ojek bermain; (3) bermain pengamatan, anak tidak bermain hanya mengamati, karena dengan mengamati anak lain bermain, kepuasan dalam diri anak terpenuhi; (4) bermain pasif, gerakan aktif tidak diperlihatkan dalam aktivitas. Misalnya menonton acara TV atau mendengarkan musik; (5) bermain aktif: anak bermain dengan keaktifan anggota tubuhnya; (6) bermain soliter: tidak membutuhkan teman bermain; (7) bermain pararel: tidak ada interaksi antara anak yang satu dengan anak yang lain dalam aktivitas bermain walaupun anak-anak duduk berdampingan; (8) bermain sosial: bermain bersama teman dengan interaksi dan sosialisasi (anak bermain berhadapan); (9) bermain kooperatif: bermain secara berkelompok bersama teman dengan peran dan tugas masing-masing. 10) bermain peran: untuk topik tertentu, anak bermain dengan memerankan berbagai profesi, atau benda. Pada poin ini terjadi metakomunikasi, dimana anak mampu berbicara melebihi kemampuannya dalam menggambarkan situasi yang sebenarnya; dan (11) Bermain simbolik: simbol sebagai pesan dalam bermain. (Santrock, 2011)

Kesimpulan

            Bermain merupakan hak dan kebutuhan setiap anak. Sehingga, sudah semestinya sebagai guru atau orangtua kita memfasilitasi kebutuhan bermain anak-anak dengan baik. Bermain juga merupakan aktivitas atau kegiatan pura-pura yang dilakukan dengan atau tanpa menggunakan alat demi kesenangan sehingga anak dapat memproyeksikan harapan-harapan maupun konflik pribadi. Bermain memiliki beberapa ciri yang dapat membedakannya dengan aktivitas lain. Bermain memiliki berbagai tujuan, fungsi, dan manfaat terutama bagi perkembangan anak, salah satunya perkembangan kognitif.

            Dengan bermain, anak akan belajar meningkatkan berbagai kapasitas dan potensi dalam dirinya. Bermain menjadi semacam stimulus bagi anak dalam meningkatkan kemampuan otak untuk melakukan bermacam kreasi dan sekaligus meningkatkan kemampuan dalam bersosialisasi anak.

            Peran orangtua sangat penting dalam mengembangkan potensi anak. Lingkungan keluarga merupakan wadah yang efektif untuk mengembangkan seluruh potensi anak sebelum anak memasuki lembaga pra sekolah, karena dari sinilah pendidikan anak pertama kali diperkenalkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun