Mohon tunggu...
Alya Shafira
Alya Shafira Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa semester 1

bangunlah kepercayaan diri

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Bermain dan Permainan untuk Mengembangkan Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini

14 Desember 2021   23:24 Diperbarui: 14 Desember 2021   23:37 1419
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

            Aspek kognitif pada anak akan berkembang dengan baik dengan cara mengajaknya bermain dan bereksplorasi secara bebas di alam sekitar. Anak akan menemukan hal-hal yang baru seperti sesuatu yang diciptakan oleh tuhan ataupun sesuatu yang diciptakan oleh manusia. Contohnya seperti mengamati tanaman tumbuh, karena saat mengamati tanaman tumbuh anak akan bertanya-tanya bagaimana dan mengapa tanaman bisa tumbuh, mengalami perubahan dan berfungsi (sebagai makanan). Dengan cara bermain ini anak-anak bisa membuka wawasan seluas-luasnya dan berkesempatan untuk mengamati hal-hal baru.

            Salah satu permainan yang dapat mengembangkan perkembangan secara kognitif pada anak usia dini, yaitu bermain peran. Anak usia dini ketika bermain permainan peran tersebut dengan cara berpura-pura menjadi tokoh tertentu seperti ayah, ibu atau tokoh lainnya. selain itu, hal yang dapat dilakukan untuk bermain peran ialah dengan menggunakan suatu benda yang berada disekitar, seperti boneka, robot, atau benda lainnya. Oleh karena itu, hal tersebut dapat bermanfaat guna mengembangkan suatu aspek perkembangan pada anak usia dini. Hal itu dapat terjadi karena anak belajar menggunakan benda nyata yang ada di sekitar secara tanpa sadar dan belum bisa berpikir secara abstrak.

Tahapan perkembangan kognitif

            Menurut Piaget ada empat tahap perkembangan kognisi seseorang mulai dari saat dilahirkan hingga usia dewasa. Masing-masing tahap ditandai dengan munculnya kemampuan intelektual baru yang memungkinkan orang memahami dunia ini dengan cara yang makin rumit.

  1. Tahap sensorimotor (saat lahir hingga 2 tahun) : Pembentukan konsep objek dan kemajuan bertahap dari perilaku refleks ke perilaku yang diarahkan oleh tujuan
  2. Praoperasi (2-7 tahun) : Perkembangan kemampuan menggunakan symbol untuk melambangkan objek di dunia. Pemikiran masih bersifat egosentris dan terpusat
  3. Operasi konkret (7-11 tahun) : Perbaikan kemampuan berpikir logis. Kemampuan baru meliputi penggunaan pengoperasian yang dapat dibalik. Pemikiran tidak terpusat, dan pemecahan masalah kurang dibatasi oleh egosentrisme. Pemikiran abstrak tidak mungkin
  4. Operasi formal (11 tahun hingga dewasa) : Pemikiran abstrak dan semata-mata simbolik dimungkinkan. Pemecahan masalah dilakukan dengan eksperimentasi sistematik

            Piaget berpendapat bahwa anak menjalani tahapan perkembangan kognisi sampai akhirnya anak mencapai proses berpikir orang dewasa. Kegiatan bermain akan sejalan dengan perkembangan kognisi anak mulai dari tahap sensorimotor, bermain khayal sampai kepada bermain sosial yang disertai adanya aturan sebuah permainan.

            Menurut Santrock, dalam perkembangannya, anak memulai bermain dengan sebelas cara yakni (1) sensorimotor, bermain dengan penginderaan dan anggota badan; (2) bermain fungsional dimana anggota tubuh menjadi ojek bermain; (3) bermain pengamatan, anak tidak bermain hanya mengamati, karena dengan mengamati anak lain bermain, kepuasan dalam diri anak terpenuhi; (4) bermain pasif, gerakan aktif tidak diperlihatkan dalam aktivitas. Misalnya menonton acara TV atau mendengarkan musik; (5) bermain aktif: anak bermain dengan keaktifan anggota tubuhnya; (6) bermain soliter: tidak membutuhkan teman bermain; (7) bermain pararel: tidak ada interaksi antara anak yang satu dengan anak yang lain dalam aktivitas bermain walaupun anak-anak duduk berdampingan; (8) bermain sosial: bermain bersama teman dengan interaksi dan sosialisasi (anak bermain berhadapan); (9) bermain kooperatif: bermain secara berkelompok bersama teman dengan peran dan tugas masing-masing. 10) bermain peran: untuk topik tertentu, anak bermain dengan memerankan berbagai profesi, atau benda. Pada poin ini terjadi metakomunikasi, dimana anak mampu berbicara melebihi kemampuannya dalam menggambarkan situasi yang sebenarnya; dan (11) Bermain simbolik: simbol sebagai pesan dalam bermain. (Santrock, 2011)

Kesimpulan

            Bermain merupakan hak dan kebutuhan setiap anak. Sehingga, sudah semestinya sebagai guru atau orangtua kita memfasilitasi kebutuhan bermain anak-anak dengan baik. Bermain juga merupakan aktivitas atau kegiatan pura-pura yang dilakukan dengan atau tanpa menggunakan alat demi kesenangan sehingga anak dapat memproyeksikan harapan-harapan maupun konflik pribadi. Bermain memiliki beberapa ciri yang dapat membedakannya dengan aktivitas lain. Bermain memiliki berbagai tujuan, fungsi, dan manfaat terutama bagi perkembangan anak, salah satunya perkembangan kognitif.

            Dengan bermain, anak akan belajar meningkatkan berbagai kapasitas dan potensi dalam dirinya. Bermain menjadi semacam stimulus bagi anak dalam meningkatkan kemampuan otak untuk melakukan bermacam kreasi dan sekaligus meningkatkan kemampuan dalam bersosialisasi anak.

            Peran orangtua sangat penting dalam mengembangkan potensi anak. Lingkungan keluarga merupakan wadah yang efektif untuk mengembangkan seluruh potensi anak sebelum anak memasuki lembaga pra sekolah, karena dari sinilah pendidikan anak pertama kali diperkenalkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun