Setelah lama menunggu dan tidak ada tanda-tanda kemunculan Siti Fatimah dan Tan Bun Ann orang-orang yang berada di kapal memutuskan untuk kembali. Selang beberapa hari setelah kejadian itu muncul gundukan tanah yang kecil di Sungai Musi seiring waktu berjalan gundukan tanah kecil itu berubah menjadi sebuah pulau. Ajaibnya walaupun hanya bebentuk pulau kecil, pulau ini tidak pernah digenangi air meskipun volume air di Sungai Musi sedang meningkat. Karena itulah masyarakat menamai pulau ini Pulo Kemaro.
Â
Â
***********************************************************************************************************
Â
Pesan moral yang dapat kita ambil dari kisah tersebut adalah jangan tergesa – gesa dan cepat emosi dalam memecahkan masalah atau mengambil keputusan. Karena ketika kita emosi kita tidak dapat berfikir secara logis dan rasional, kita juga harus lebih berhati – hati dan teliti.
Nilai dan budaya yang terkandung dalam cerita itu juga masih sangat kental. Salah satu buktinya adalah dari sikap yang diambil Tan Bun Ann ketika mengetahui guci emas itu ternyata berisi selada, saat itu ia sangat marah karena dia tidak mau mempermalukan keluarganya dan menghina keluarga calon istrinya. Pernikahan Tan Bun Ann dan Siti Fatimah yang berasal dari dua negara yang memiliki kebudayaan yang sangat berbeda juga sarat dengan nilai kebudayaan.
Nilai agama di cerita ini juga masih sangat dijunjung tinggi terlihat dari sifat Siti Fatimah yang sangat santun dan baik kepada siapa pun. Namun hal ini tidak menghalangi persatuan dari dua kebudayaan dan agama yang berbeda, yaitu pernikahan Putri Sriwijaya ini dengan Tan Bun Ann, Putra dari Negeri Cina.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H