Mohon tunggu...
Alya Rekha
Alya Rekha Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswi

Penikmat kata yang bermetafora jadi penyaji kata dan berjuang merangkai kata hingga menjadi tangkai-tangkai yang menghasilkan bingkai kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Lulusan PAI Mustahil Berkontribusi sebagai Ilmuwan

5 Juli 2020   16:00 Diperbarui: 12 Juli 2020   00:39 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://muslimobsession.com/

"Al- Qur'an adalah kitab penuh dengan mukjizat, literatur bahasa Arab terbaik dan sesuai dengan sains. Mungkin di masa depan zamannya berbeda lagi. Tidak seperti sekarang yang seakan kebenaran selalu diukur dengan sains dan teknologi. Tapi bagaimanapun kondisi masa depan, maka Al-Qur'an sebagai firman Tuhan akan membuktikan kebenaran dirinya." -Dr. Zakir Naik-

Saat ini, perkembangan sains dan teknologi semakin bertumbuh pesat. Setiap orang berlomba-lomba menciptakan berbagai teknologi yang bisa memudahkan kehidupan manusia. Namun, sayangnya, dari mereka belum banyak yang berasal dari lulusan muslim. Masih sedikit para sarjana muslim yang ikut berkontribusi besar dalam sains atau ilmu pengetahuan masa kini. Mengapa sedikit? Padahal muslim memiliki kunci dari segala kunci, yaitu Al-Qur'an. 

Kenapa Al-Qur'an disebut sebagai kunci? Mari lihat para ilmuwan masa kini yang telah berkontribusi besar dalam sains, mereka meneliti kemudian menyadari bahwa Al-Qur'an telah menyebutkan hasil penelitiannya jauh sebelum dirinya selesai meneliti. 


Profesor Wiliam Brown salah satunya, beliau berhasil membuktikan bahwa Al-Qur'an adalah kunci dari misteri di alam ini, jika ada yang mau menelitinya atau mengkajinya. Beliau akhirnya menerima Islam sebagai agama yang benar lantaran hasil penelitiannya tentang tumbuhan. 

Suatu ketika, beliau memimpin sebuah penelitian tentang suara yang dikeluarkan oleh tumbuhan. Suara itu berhasil direkam olehnya menggunakan alat canggih, kemudian, rekaman itu menghasilkan getaran ultrasonik yang bisa diubah menjadi gelombang elektrik optik. Sehingga gelombang elektrik optik itu dapat dipantau melalui monitor dan yang lebih mengejutkannya lagi, di monitor itu menampilkan garis-garis yang membentuk lafadz Allah. 

Berdasarkan peristiwa itu, benar sudah firman Allah dalam Al-Qur'an surat Al-Isra' ayat 44: 

تُسَبِّحُ لَهُ السَّمٰوٰتُ السَّبْعُ وَالْأَرْضُ وَمَنْ فِيهِنَّ ۚ وَإِنْ مِّنْ شَىْءٍ إِلَّا يُسَبِّحُ بِحَمْدِهِۦ وَلٰكِنْ لَّا تَفْقَهُونَ تَسْبِيحَهُمْ ۗ إِنَّهُۥ كَانَ حَلِيمًا غَفُورًا

"Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun."

Tidakkah pernah terlintas jika seorang muslim yang telah diberikan pedoman Al-Qur'an, banyak waktu untuk mengkajinya, tapi, tidak memanfaatkannya dengan benar. Seandainya, umat muslim yang mengkaji ayat itu terlebih dahulu, lantas membuktikannya dengan sebuah penelitian, boleh jadi umat IsIam akan berada di garda terdepan dalam ilmu pengetahuan. Namun, hal sebaliknya terjadi pada saat ini. Salah satu alasannya boleh jadi karena umat Islam jauh dari Al-Qur'an, tidak seperti ilmuwan muslim terdahulu. 

Pada masa kejayaan umat Islam dahulu, yang mana dunia Barat, terutama Eropa mengalami masa-masa kegelapan atau kemunduran. Saat itulah Islam dan umat Islam berada di garda terdepan sebelum akhirnya direbut lagi pengetahuan-pengetahuan Islam oleh Barat. Hingga kini, mereka masih berada di posisi berjaya, dan tugas para lulusan muslim, terutama bidang pendidikan agama Islam harus bisa mengambil kembali posisi itu. Posisi saat ilmuwan-ilmuwan memegang kunci ilmu pengetahuan berkat bantuan Al-Qur'an. 


Siapakah pertama kali yang menemukan prototype pesawat terbang? Bukan, bukan Wright bersaudara jika itu jawaban yang terlintas di benak kita. Tapi, ilmuwan muslim yang hidup di masa kejayaan Islam, Abbas bin Firnas. Sebelum dirinya memulai kegiatan ilmiahnya, beliau selalu mengkaji Al-Qur'an terlebih dahulu. Hingga dirinya terinspirasi oleh salah satu surat Al-Qur'an Al-Mulk ayat 19: 

أَوَلَمْ يَرَوْا إِلَى الطَّيْرِ فَوْقَهُمْ صٰٓفّٰتٍ وَيَقْبِضْنَ ۚ مَا يُمْسِكُهُنَّ إِلَّا الرَّحْمٰنُ ۚ إِنَّهُۥ بِكُلِّ شَىْءٍۢ بَصِيرٌ

"Dan apakah mereka tidak memperhatikan burung-burung yang mengembangkan dan mengatupkan sayapnya di atas mereka? Tidak ada yang menahannya (di udara) selain Yang Maha Pemurah. Sesungguhnya Dia Maha Melihat segala sesuatu."

Berdasarkan ayat ini, beliau akhirnya berpikir bahwa sesuatu yang bisa terbang itu atas izin Sang Pencipta melalui perantara sayap. Sebagaimana burung yang bisa terbang dengan sayapnya, dan, tidak akan ada yang menghalanginya kecuali Allah. Akhirnya, Abbas bin Firnas menguji coba pemikirannya. Beliau mulai bereksperimen membuat suatu benda layaknya sayap burung, kemudian mencoba berkali-kali terbang dengan benda yang dibuatnya itu. Dimulai dengan meloncat dari atas gedung tinggi, kemudian jatuh, kemudian disempurnakan kembali, jatuh, sempurnakan, seperti itu terus, hingga akhirnya beliau berhasil menerbangkan dirinya, menolak gravitasi bumi. 

Dari kedua peristiwa mudah di atas, kita bisa melihat bahwa, sebagai para lulusan atau sarjana Islam terutama pendidikan Islam, kita harus bisa merebut kembali posisi kejayaan umat Islam terdahulu. Yang mana para ilmuwan muslim memegang kunci ilmu pengetahuan, dan banyak masyarakat Barat berguru pada mereka. 

Mustahil, jika lulusan sarjana Islam masa kini dapat merebut kembali posisi tersebut tanpa bantuan Al-Qur'an, tanpa mau mengkaji, meneliti dan memahami setiap maksud dari ayat-ayat yang tersemat di dalamnya. 

Source: 

1. Al-Qur'an  

2. Klik di sini

3. Klik di sini

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun