Mohon tunggu...
Alya Kania
Alya Kania Mohon Tunggu... Jurnalis - is typing...

typing typing typing

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tegas! Ini Sikap Ganjar Soal Wayang

23 Februari 2022   15:05 Diperbarui: 23 Februari 2022   15:07 258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Provokasi dan ujaran kebencian. Dua hal ini selalu lekat pada ceramah-ceramah ustadz anyaran dewasa ini. Apalagi, mereka yang terafiliasi pada gerakan Islam garis keras. Kadrun kalau orang bilang.

Sudah berapa banyak ustadz yang harus berurusan dengan polisi karena persoalan ini. Teriak lantang mengkafirkan. Begitu ditangkap nangis sesegukan. Meski banyak yang dipolisikan, masih saja ada yang bikin ulah sampai sekarang.

Ya seperti kemarin ini. Seorang laki-laki brewokan yang mengatasnamakan dirinya Ustadz Khalid Basalamah. Belum lama ia jadi pendakwah. Sanad keilmuan agamanya juga masih antah berantah. Tapi, pengikutnya ternyata juga banyak.

Berkali-kali Basalamah tuai kontroversi saat ceramah. Tapi kemarin, ia kena batunya. Saat ceramah soal wayang, ia langsung diserang. Katanya wayang haram dan harus dimusnahkan.

Lha jelas saja. Ceramahnya kali ini menuai kecaman. Sejumlah dalang ngamuk bukan kepalang. Beberapa bahkan sudah ke kantor polisi untuk memperkarakan. Tokoh-tokoh nasional juga ikut menanggapi. Dengan segala versi dan idealisme sendiri-sendiri. Ada yang pro, ada juga yang kontra.

Salah satu tokoh nasional yang berkomentar soal ini adalah Ganjar Pranowo. Gubernur Jawa Tengah ini bahkan mengeluarkan pernyataan tegas soal ini. Katanya, wayang sampai kapanpun akan kita pertahankan. Dadhi nek ono sing ngomong wayang kon ngobong ki yo kudu diajari wayangan sik (jadi kalau ada yang bilang wayang harus dimusnahkan itu ya harus diajari wayangan dulu). Begitu katanya di video yang viral di dunia maya.

Sikap tegas Ganjar ini memang bukan tanpa alasan. Sebagai wong Jowo, Ganjar paham betul bagaimana adiluhungnya wayang dalam kehidupan. Apalagi ia juga seorang muslim. Jadi paham bagaimana peran wayang dalam penyebaran agama Islam.

Ganjar juga dikenal dekat dengan dalang. Almarhum Ki Enthus Susmono misalnya, dalang kondang yang juga pernah menjabat Bupati Tegal itu kawan akrab Ganjar. Kalau ketemu, keduanya pasti ngekek sampai ger-geran. Berkali-kali bahkan, Ganjar sepanggung dengan Ki Enthus, wayangan bersama sampai larut pagi.

Ada juga almarhum Ki Manteb Sudarsono, dalang kondang yang tak lekang oleh zaman. Kedekatan Ganjar dengan Ki Manteb sudah tak terbantahkan. Berkali-kali keduanya tampil dalam satu panggung pewayangan. Pun demikian dengan Ki Warseno Slenk, Sujiwo Tejo dan dalang-dalang kondang lainnya. Semuanya dekat dengan Ganjar, karena merasa ada hubungan emosional. Sama-sama pecinta wayang.

Ganjar dan wayang memang tak bisa dipisahkan. Bagi Ganjar, wayang bukan hanya budaya, tapi media komunikasi yang efektif pada masyarakat. Setiap ada program yang dimunculkan, salah satu media sosialisasi yang digunakan Ganjar ya wayang. Dari dulu sampai sekarang, Ganjar rutin gelar wayangan.

Bahkan dulu saat perayaan Hari Wayang Nasional pada 2019, Ganjar menggelar wayangan serentak di 22 kabupaten/kota di Jawa Tengah. Dalang-dalang kondang diundang, mereka tampil dengan lakon-lakon yang menyejukkan.

Ganjar juga sering muncul dengan kostum wayang. Saat mengikuti Niti Laku UGM, Ganjar tampil gagah dengan kostum wayang. Ia bak Arjuna, yang dengan gagahnya membuat orang terpesona.

Ganjar juga punya koleksi cukup banyak soal wayang. Setiap hadir dalam acara wayangan, Ganjar selalu dapat hadiah wayang dari para dalang. Karakternya beda-beda, sesuai maksud dan tujuan si pemberinya. Wayang-wayang itu ia pajang di rumah dinasnya.

Satu lagi. Ganjar selalu menjadikan replika wayang sebagai cideramata. Setiap ada tamu dinas, entah dari dalam maupun dari luar negeri, Ganjar selalu memberikan hadiah replika wayang itu. Dan tak pernah ada satupun dari mereka yang tak tersenyum bahagia, mendapat hadiah replika wayang dari Ganjar.

Makanya wajar saja, Ganjar ikut geregetan saat wayang dipersoalkan. Apalagi, ada yang menyuruh memusnahkan. Karena ini bukan hanya soal kulit bergambar dengan tatahan kasar. Ini soal tradisi, budaya dan mempertahankan harkat martabat sebagai sebuah bangsa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun