Mohon tunggu...
Alya Kania
Alya Kania Mohon Tunggu... Jurnalis - is typing...

typing typing typing

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ganjar Kirim Bantuan Kau Bilang Pencitraan?

15 Desember 2021   11:20 Diperbarui: 15 Desember 2021   11:28 281
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jawa Tengah bukan provinsi kaya. Dibanding daerah lain semisal Jakarta, PAD Jawa Tengah nggak ada separuhnya. Tapi entah kenapa, provinsi ini tak pernah absen kalau soal pengiriman bantuan pada daerah lain yang tertimpa bencana.

Seperti saat erupsi gunung Semeru kemarin. Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo secara khusus mengirimkan bantuan logistik dan relawan ke Jatim. Logistik senilai Rp934 juta dan 50 relawan diberangkatkan khusus ke Semeru untuk membantu meringankan penderitaan saudara kita di sana.

Aksi Ganjar ini banyak mendapat apresiasi. Tapi yang namanya politisi, ia tetap menjadi sasaran bully.

Tak sedikit orang bilang, pengiriman bantuan ke Semeru ini hanya pencitraan. Buat apa Ganjar sibuk ngurusi dapur orang? Paling hanya cari perhatian. Ya lumayanlah, buat elektabilitas pencalonan di 2024 mendatang. Nada sumbang itu cukup buat kuping saya panas.

Tutup mulut mereka! Kasih tahu, bahwa Ganjar bukan pemimpin semacam itu. Lagian, bukan kali ini saja Ganjar melakukannya. Sudah berkali-kali, Ganjar menjalankan misi kemanusiaan dengan mengirimkan bantuan ke berbagai daerah di Indonesia yang tertimpa bencana.

Ganjar pernah mengirim bantuan logistik dan relawan untuk korban bencana tsunami di Banten dan Lampung. Ia juga mengirimkan bantuan serupa untuk korban gempa di Lombok, gempa di Jatim, gempa dan likuifaksi di Palu, banjir Jabodetabek dan banjir bandang di Flores NTT.

Bahkan saat bencana tsunami dan gempa di Palu, Oktober 2018 lalu, Ganjar tak hanya mengirimkan bantuan. Dia datang langsung ke sana, untuk menengok saudara-saudara kita yang sedang kesusahan.

Ia datang mengungkapkan rasa keprihatinan, menguatkan dan menumbuhkan semangat warga agar tetap menyala. Ia tak malu untuk bermain bola bersama anak-anak, agar mereka terhibur dan tak larut dalam trauma. Ganjar juga datang untuk membangun ratusan hunian sementara, sekolah serta tempat ibadah.

Ketika Lombok diterjang gempa, Ganjar juga melakukan hal yang sama. Seperti di Palu, Ganjar datang untuk membangunkan hunian sementara, serta gedung sekolah tahan gempa. Trauma healing ia berikan. Semangat dan motivasi ia gelorakan.

Kamu bilang itu pencitraan?

Saya kasih paham. Saat Ganjar datang ke Palu atau Lombok, namanya belum setenar sekarang. Saat itu masih tahun 2018. Nama Ganjar bahkan belum disebut-sebut sebagai calon presiden. Lha wong yang nyapres saat itu Jokowi dan Prabowo kok.

Ganjar itu Gubernur Jateng, tapi rasa kemanusiaannya tak perlu diragukan. Tak hanya untuk rakyatnya, kepeduliannya ia lakukan bahkan untuk masyarakat luar Jateng yang tertimpa bencana. Ganjar nggak butuh apresiasi. Orang tahu kalau dia melakukan itu tulus dari dalam hati.

Tapi ya begitu. Niat baik belum tentu ditanggapi baik.

Seperti saat Ganjar mengirim bantuan untuk korban banjir DKI Jakarta. Banyak orang yang nyinyir, dan mengatakan Ganjar hanya cari sensasi belaka. Apalagi, setelah itu Jateng juga dilanda banjir. Para pembenci Ganjar langsung tepuk tangan. Mereka berteriak, Ganjar sombong sih, sok yes kirim bantuan untuk korban banjir Jakarta segala. Padahal daerahnya sendiri kebanjiran. Karma tuh.

Saya heran saja mendengar itu. Emangnya daerah yang rajin kirim bantuan bencana nggak boleh kena bencana?Logika sederhananya. Ketika kita mengunjungi orang sakit, apakah kita tidak boleh sakit?. Ketika kita takziah ke orang meninggal, apakah kita tidak boleh meninggal?

Ganjar tahu bagaimana hidup berdampingan dan bertetangga yang harus saling memberi dan membantu. Dia sadar, Jateng harus membantu karena suatu saat juga butuh dibantu. Bisa saja besok atau lusa, giliran Jateng yang tertimpa bencana. Kita tak pernah tahu, karena hari nahas tak ada di kalender.

Konsistensi. Sejak dulu begitulah Ganjar. Dimana ada bencana, ia mencoba hadir untuk meringankan beban sesama. Mereka yang tidak suka akan mudah bilang pencitraan. Tapi kita semua tahu, waktu lah yang akan membuktikan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun