Kerjasama yang apik antara SMK Jateng dengan pelaku industri baik dalam maupun luar negeri, jadi jaminan mereka memperbaiki kehidupan. Mereka bisa dapat penghasilan dan membawa keluarga keluar dari garis kemiskinan. Keren bukan?
Lha gubernur saya, kata teman saya, boro-boro melakukan itu. Dia hanya diam saja, meski banyak pelajarnya yang saling baku hantam di jalanan. Tawuran.
Saya seruput kopi hitam yang mulai dingin. Rasanya semakin pahit karena hati saya mulai panas dengan omongan kawan-kawan saya itu. Bangsat kalian!.
Dan yang paling bikin saya esmosi adalah, saat mereka membahas soal radikalisme dan intoleransi.
Kata teman saya, Ganjar sosok yang tegas kalau soal ini. Tak ada ampun bagi siapapun di Jateng yang terafiliasi dengan ormas atau jaringan radikal. Ia bakal pecat pegawainya yang terlibat dalam gerakan-gerakan ini. Kurikulum anti radikalisme dan intoleransi dibuat. Para mantan napi terorisme digandeng untuk beri pengajaran pada masyarakat.
Lha Anies? Mana ada program itu. Justru selama ini, Anies asyik bersenggama dengan tokoh-tokoh dan ormas-ormas di Jakarta.
Saya jawab itu ya wajar saja. Gimana nggak berkawan, kan mereka juga yang membantu Anies duduk di kursi empuk gubernuran. Kelompok inilah yang membuatnya memenangkan pertandingan. Membalas kebaikan dengan kebaikan wajar saja bukan? Siapa yang nglarang Anies berkawan dengan mereka. Toh saat nyapres nanti, suara mereka bisa dimanfaatkan untuk memenangkan pertarungan. Taktik dan strategi kampanye kelompok ini sudah terbukti ampuh di pilkada 2018 lalu.
Eeh teman-teman saya malah tambah nyolot. Kata mereka, Indonesia akan hancur kalau dipimpim orang yang berafiliasi dengan kaum radikal dan ormas intoleran.
Seketika, kopi saya habiskan. Tanpa pamit, saya tinggalkan mereka yang asyik ngobrol soal Ganjar. Saya pergi, daripada nanti timbul keributan.
Ganjar. Saya makin benci sama nama itu. Gara-gara Ganjar, gubernur saya jadi tak ada harganya di kalangan rakyatnya sendiri. Dia kelihatan seperti anak kemarin sore, yang nggak bisa kerja dan nggak mudeng apa-apa. Sialan!.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H