Mohon tunggu...
Alya Hafidhia Ainurrahma
Alya Hafidhia Ainurrahma Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1

Saya seorang mahasiswa S1. Saat ini saya sedang menggemari bacaan fiksi hingga sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Miris! 'Darah dan Tulang Anak Palestina' Dijadikan Bahan Jokes Oleh Sekelompok Remaja: Refleksi Etika dan Pola Asuh

11 Juni 2024   21:43 Diperbarui: 11 Juni 2024   21:43 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Dokumen Pribadi.

Beredar video sekelompok remaja SMP yang sedang menikmati makanan di salah satu restoran sambil melontarkan lelucon atau jokes sensitive dengan membawa-bawa penderitaan anak Palestina.

Salah satu dari banyaknya video yang beredar diposting ulang oleh salah satu akun dari platform X @cingreborn dengan caption "Mau boikot silakan Mau enggak juga silakan. Tapi harus banget ngejokes sampai bawa tulang dan darah anak palestina?", dikutip Selasa (11/6/2024).

Dalam video tersebut terlihat beberpa remaja sedang makan di sebuah restoran cepat saji sambil melontarkan candaan tentang menu ayam yang sedang dimakannya. Salah satu dari mereka terlihat memakan ayam sampai bersih hingga ke tulang dan satu lainnya mengomentari "Makan darah tulang anak Palestina" celetuknya.

Selanjutnya, anak perempuan berkacamata lainnya mencocol ayam ke saos sambil menyeletuk "Darah anak Palestina", bahkan teman-teman lainnya menanggapi dengan tawa mengejek, dan masih ada beberapa candaan yang sangat tidak bermoral dari video tersebut.

Di era digital yang semakin modern seperti saat ini, platform media sosial telah menjadi tempat di mana siapa saja dapat mengungkapkan berbagi cerita, pikiran mereka, berbagi cerita, dan kadang-kadang, membuat lelucon atau candaan. Namun, ketika lelucon atau candaan tersebut menyentuh isu-isu sensitif dan tragis seperti konflik yang terjadi di Palestina, kita harus berhenti dan merenung. Baru-baru ini, beredar video mengejutkan di kalangan remaja perempuan SMP yang melontarkan jokes dengan membawa-bawa darah dan tulang anak Palestina. Fenomena ini bukan hanya mencerminkan kegagalan besar dalam pola asuh, tetapi juga dalam etika sosial kita.

Dampak Media Sosial dan Minimnya Empati

Di balik layar gedget, anak-anak adalah salah satu objek yang sering kali terpapar konten tanpa filter. Berita tentang konflik, fenomena, dan kekerasan sering kali disajikan dengan cara yang kurang memberikan pengertian dan gambaran menyeluruh tentang penderitaan manusia di baliknya. Ketika anak-anak melihat bencana dan kemalangan sebagai bahan candaan, ini menunjukkan betapa kurangnya empati dan pemahaman mereka tentang realitas yang dihadapi oleh korban.

Dampak dari media sosial yang menampilkan kekerasan secara terus-menerus bisa menggerus dan menumpulkan sensitivitas anak-anak, terlebih remaja. Mereka mulai melihat tragedi sebagai hal yang biasa, bukan sebagai kepedihan nyata yang dialami oleh saudara kita sesama manusia yang sesungguhnya. Hal ini diperparah dengan kurangnya control dan pola asuh dalam bermain media sosial dari orang tua dan pendidik dalam membantu anak-anak memahami konteks yang lebih dalam dari apa yang mereka lihat.

Kegagalan Pola Asuh dan Pendidikan

Keeefektifan dalam pola asuh harusnya tidak hanya berfokus pada disiplin dan prestasi akademis, tetapi juga pada nilai-nilai moral, etika dan pengembangan empati. Ketika anak-anak yang mulai tumbuh ke masa remaja mulai membuat candaan yang mengerikan seperti dalam video yang bersedar baru-baru ini, menandakan bahwa terdapat kegagalan yang miris dalam menanamkan kepada mereka tentang nilai-nilai kemanusiaan dan rasa empati bahkan simpati terhadap penderitaan yang dirasakan oleh orang lain, sesama manusia.

Selain pola asuh orang tua pendidikan formal dan lingkungan hidup juga memegang peran penting. Kurikulum yang memadai harus mencakup pendidikan tentang hak asasi manusia, etika, dan pemahaman lintas budaya. Sekolah harus menjadi wadah sebagai tempat anak-anak bangsa belajar tentang betapa pentingnya menghormati kehidupan dan martabat setiap individu, terlepas dari latar belakang mereka.

Peran Orang Tua dan Masyarakat

Dalam hal ini, orang tua merupakan kunci utama dalam membentuk karakter moral dan etika anak-anak mereka. Mereka harus aktif dalam mendapingi dan mengontrol anak-anak untuk memahami perbedaan antara lelucon atau candaan yang sehat dan  yang tidak pantas. Diskusi terbuka tentang pentingnya empati dan isu-isu fenomena dunia nyata dapat membantu anak-anak dalam mengembangkan pendapat serta pandangan yang lebih manusiawi.

Selain itu, masyarakat juga memiliki perannya sendiri dalam kasus ini. Sensitivitas terhadap isu-isu global seharusnya mulai ditanamkan sejak dini. Kampanye tentang kesadaran dan program-program pendidikan yang melibatkan komunitas bisa membantu membentuk karakter dan  pandangan remaja dan anak-anak tentang dunia. Maka, ketika mereka tumbuh dalam lingkungan yang mengajarkan nilai-nilai kemanusiaan, mereka akan dapat tumbuh menjadi individu yang beretika dan bermoral sebagai manusia.

Fenomena beredarnya video candaan sensitive tersebut merupakan cermin bagi kita sebagai orang dewasa dalam membimbing dan mendidik anak-anak bangsa. Ini adalah panggilan bagi kita semua---orang tua, pendidik, dan masyarakat luas untuk kembali memperbaiki kualitas diri kita. Kita harus bekerja sama untuk memastikan bahwa anak-anak kita dapat tumbuh menjadi individu yang penuh empati, yang memahami nilai kehidupan dan kemanusiaan, serta tidak sesekali melihat penderitaan sesama manusia sebagai bahan candaan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun