Pendahuluan
Puisi adalah salah satu bentuk karya sastra yang memiliki kekhasan dalam penggunaan bahasa, struktur, dan makna. Puisi dapat dianggap sebagai sebuah sistem yang terdiri dari berbagai unsur yang saling berhubungan dan membentuk suatu kesatuan. Untuk memahami puisi secara lebih mendalam, kita dapat menggunakan teori strukturalisme, yaitu suatu pendekatan yang menekankan pada struktur dan hubungan antara unsur-unsur dalam sebuah karya sastra.
Salah satu puisi yang menarik untuk dianalisis dengan menggunakan teori strukturalisme adalah Bunga dan Tembok karya Wiji Thukul. Wiji Thukul adalah seorang penyair dan aktivis yang dikenal karena karya-karyanya yang mengkritik rezim Orde Baru dan menyuarakan aspirasi rakyat. Puisi Bunga dan Tembok termasuk dalam kumpulan puisi Nyanyian Akar Rumput yang diterbitkan pada tahun 1999, setelah Wiji Thukul menghilang secara misterius pada tahun 1998.
Puisi Bunga dan Tembok menggambarkan konflik antara alam dan manusia, khususnya antara bunga dan tembok. Puisi ini menunjukkan bagaimana bunga yang merupakan simbol keindahan, kehidupan, dan kebebasan harus berhadapan dengan tembok yang merupakan simbol kekerasan, kematian, dan penindasan. Puisi ini juga merefleksikan kondisi sosial dan politik pada masa Orde Baru yang penuh dengan ketidakadilan, korupsi, dan pelanggaran hak asasi manusia.
Dalam artikel ini, kita akan menganalisis puisi Bunga dan Tembok dengan menggunakan teori strukturalisme, yaitu dengan memperhatikan unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik puisi, serta hubungan antara unsur-unsur tersebut. Unsur-unsur intrinsik puisi meliputi tema, amanat, rima, irama, majas, diksi, dan imaji. Unsur-unsur ekstrinsik puisi meliputi latar belakang penulis, konteks sejarah, dan pandangan pembaca.
Isi Puisi
Berikut adalah isi puisi Bunga dan Tembok karya Wiji Thukul:
Bunga dan Tembok
Bunga yang tumbuh di sela-sela tembok
menyembulkan warna-warni