Dari kenekatan dua anak muda tersebut, komunitas yang berdiri sejak 29 April 2022 ini, memiliki program-program yang bergerak dalam bidang pendidikan dan sosial, yang diperkenalkan dan dilaksanakan dari berbagai media langsung (turun kelapangan) dan media-media sosial yang saat ini banyak di gandrungi kalangan dari berbagai usia.
“Kita punya motto dari lisan untuk insan. Dan tentunya berdiri dengan landasan pemikiran dari Al-Qur’an yaitu Al-Baqarah:148 dan Al-Maidah:2. Kedua ayat ini adalah ayat yang menyerukan kepada manusia untuk berbuat baik dan tolong menolong”, jelas pencetus Isyarat kalam lainnya, yang tidak ingin disebutkan namanya.
Komunitas yang ingin mengajak anak muda untuk lebih peduli kepada sekitar, dengan terus berbuat baik dan memanfaatkan perkembangan media untuk hal-hal positif ini, menyediakan media belajar dan berkembang, yang terbuka untuk umum, berupa grup whatsApp yang linknya di cantumkan di deskripsi akun instagram Isyarat Kalam.
Komunitas ini juga aktif dalam program kegiatan yang mengajak anggotanya dan orang-orang yang tertarik untuk turun langsung kelapangan, salah satunya adalah program kegiatan yang pertama kali kami lakukan sebagai anggota baru, yaitu turun bareng, yang dilaksanakan pada 25 Februari 2022. Turun bareng(turba) adalah kegiatan yang membagikan nasi kotak kepada orang-orang yang layak menerimanya.
Awalnya, saya pikir kegiatan ini sedikit aneh dan sia-sia. Tetapi, saya salah. Benar sekali kata bapak driver beberapa hari yang lalu, bahwa selain hubungan dengan Tuhan, hubungan dengan sesama manusia juga bisa memengaruhi hidup. Saat kegiatan itu, saya akhirnya tersadar. Masih begitu banyak manusia yang membutuhkan, masih banyak manusia yang baik, dan betapa saya selama ini kurang dalam hal mensyukuri kehidupan.
“Nasinya masih ada ga ya nak? boleh ibu panggil teman Ibu? Terimakasih ya nak”, tanya salah satu Ibu saat kami sedang melaksanakan turba.
Dialog saya dengan Ibu tersebut sampai saat ini adalah yang paling berkesan. Sebab meskipun terlihat biasa saja, saat diamati, dari kalimat sederhana si Ibu, bisa kita sadari bahwa dari hal-hal yang seringkali kita anggap “biasa” dan seringkali tidak kita perhatikan, sebenarnya banyak pelajaran yang tersimpan.
Seperti halnya, dari percakapan saya dengan Ibu tersebut, saya menyadari, betapa sebenarnya masih banyak manusia yang menghargai manusia lain, manusia yang peduli kepada manusia lain, manusia yang berusaha berbuat dan berbagi kebahagiaan melalui hal-hal kecil, yang sering kali tidak dinilai oleh orang lain. Kebaikan yang bisa kita lihat, dari bagaimana si Ibu masih mengingat temannya, padahal dia sendiri juga masih membutuhkan. Dan bagaimana menghargai orang lain, hanya dengan mengucapkan “terimakasih”, bisa memberi kebahagiaan juga.
Akhirnya, kembali ke topik awal. Diluar dari fakta yang membuat kita ngeri dan berprasangka buruk terhadap manusia lain, yang menimbulkan kecemasan, sebab manusia ibaratkan serigala bagi manusia lain, masih banyak manusia yang ingin menjadi teman bagi manusia lain.