Mohon tunggu...
Alya artha Sari
Alya artha Sari Mohon Tunggu... Buruh - Pelajar /mahasiswa

Hobi jalan jalan

Selanjutnya

Tutup

Analisis

UPM Banten Naik , Akademisi Unitirta khawatir ada gelombang phk massal

16 Desember 2024   14:56 Diperbarui: 16 Desember 2024   13:05 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Sebagai jalan tengah, dosen ekonomi Untirta ini menyarankan kepada pemerintah untuk memberikan kebijakan khusus bagi industri padat karya.

Sektor industri ini, menurutnya, tidak bisa dipaksakan memenuhi kenaikan UMK, dengan harus memperhatikan kemampuan finansial mereka terlebih dahulu.

"Jadi pemerintah itu harus juga memberikan ruang bagi perusahaan-perusahaan yang tidak bisa memenuhi standar upah minimum, dicek apakah betul perusahaan itu tidak bisa karena kondisi finansialnya kurang mendukung. Jika betul tidak bisa, maka harus dicari jalan tengah bersama dengan pihak buruhnya juga. Karena kita tidak ingin jika dipaksakan malah memicu PHK massal," paparnya.

Hadi juga meminta pemerintah untuk memberikan iklim usaha yang baik bagi para pengusaha dalam negeri, dengan menindak barang-barang ilegal dan mencari investasi alternatif lain.

Seperti investasi pada sektor pertanian dan pariwisata di wilayah Banten Selatan, menurutnya, wilayah itu kaya akan potensi yang dapat dikembangkan guna meningkatkan perekonomian di Banten.

"Investasi harus kita kembangkan dengan melihat potensi di masing-masing daerah, seperti di Selatan itu yang harus dikembangkan ialah sektor pertanian dan pariwisata yang jadi kearifan lokal di sana. Jangan malah memaksakan industri kimia di sana," pungkasnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun