"Saya berterima kasih kepada Yandi karena selama ini saya diperbolehkan main di tempatnya. Dan juga beberapa minuman yang belum kubayar.." Ari menunjuk Yandi. Yandi hanya tertawa renyah, begitu pula dengan pengunjung. "Dan yang paling penting adalah aku belum membayar ongkos bersih-bersih kalau aku mabuk lalu muntah di lantai barnya."
Pengunjung Royale Bar kembali tertawa mendengar lelucon Ari. Yandi hanya menggeleng. Tak pernah terbayangkan dalam benaknya, Ari memiliki selera humor yang receh. Mungkin semua itu adalah ajaran dari Tomas.
"Dan aku juga berterima kasih kepada kalian semua. Terima kasih sudah menyukai musik yang kubawakan. Aku tahu, tak semuanya bagus. Tapi aku selalu menampilkan yang terbaik untuk menghibur kalian."
Sekali lagi Ari mendapat sambutan tepuk tangan yang hangat yang didahului oleh Yandi. Ari tersenyum. Ia semakin percaya diri melanjutkan pidatonya.
"Terima kasih sekali lagi atas kesempatannya. Penampilan hari ini adalah penampilan terakhir saya di Royale Bar. Karena setelah ini, saya akan fokus untuk mengejar mimpi saya menjadi seorang pianis handal."
Seketika suasana bar hening. Mereka terhenyak saat Ari mengucap kata perpisahan. Begitu pula dengan Yandi. Ia berusaha tersenyum meski dalam hati sedih akan kehilangan pianis terbaik di Kota Artapuri sekaligus temannya.
"Kalau boleh cerita sedikit.. Saya mungkin memiliki perjalanan hidup yang tak mudah untuk dilalui. Yandi tahu semua." Ari menunjuk Yandi kembali. Yandi mengangguk. "Saya kehilangan orang tua saya 3 tahun lalu, selama itu pula saya tidak bisa meneruskan hidup saya. Sampai suatu hari datang lah wanita ini."
Ari memperhatikan wajah para pengunjung yang mulai perhatian dengan kisah yang ia ceritakan. Mungkin ini akan menjadi sedikit kontroversi, khususnya bagi warga Artapuri. Namun Ari merasa harus mengatakannya. Ia ingin orang-orang membuka pikiran mereka. Ia ingin meluruskan hal yang selama ini dianggap tabu di Artapuri.
"Wanita keturunan Tiong Hoa."
Mendengar Ari mengucap kata itu, para pengunjung mulai berdesas desus tak jelas. Namun Ari tetap melanjutkan ucapannya.
"Wanita ini yang membantu saya untuk membuka hati dan pikiran saya untuk mencari arti kehidupan yang sesungguhnya. Hidup tidak hanya berdiam pada satu titik. Tapi makna hidup adalah berpindah dari satu titik ke banyak titik. Dengan begitu kita bisa memiliki banyak sudut pandang akan hidup." Ari maju selangkah. "Saya tidak akan mengubah pemikiran kalian. Saya tahu ada banyak hal mengapa kita sulit untuk menerima orang yang berbeda dengan kita. Namun percayalah, kalau kita mau membuka diri, maka pilihan-pilihan baru akan datang kepada kita. Dan mungkin, di antara pilihan-pilihan tersebut ada yang akan membuat hidup kita menjadi lebih baik."