Mohon tunggu...
AL Wijaya
AL Wijaya Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis "Target Pertama", "As You Know", "Kembali ke Awal"

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Batas (Bab 2)

4 Juni 2019   17:59 Diperbarui: 4 Juni 2019   18:03 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Jemari Ari bergerak semakin lincah. Ia mulai memasuki bagian tengah musik. Temponya meningkat. Ari menekan tuts semakin dalam lagi.

Perlahan-lahan, bayangan Linda menghilang. Ari merasa dirinya dikucilkan dalam ruangan yang sangat gelap. Hanya ada sebuah pintu merah di ujung jalan.

Dahi Ari mengerut. Matanya terpejam erat. Ia tetap memainkan piano meski ia mendapat kilasan balik yang sangat membuatnya tak nyaman.

Ari yang penasaran membuka pintu tersebut. Di dalamnya ia melihat dua buah peti mati berbahan kayu jati lengkap dengan kedua foto orang tuanya di atas peti itu. Tubuh Ari langsung mematung kaku.

Mata Ari terpejam erat. Ia sungguh merasa tak nyaman. Jari-jarinya semakin cepat menekan tuts piano sehingga nada yang dihasilkan begitu kencang dan penuh emosi.

Dalam penglihatannya, Ari tak dapat bergerak sama sekali. Matanya tertuju pada dua peti mati orang tuanya. Dari mimik wajahnya terlihat Ari begitu syok. Ia sangat terpukul ketika melihat kejadian itu.

Kepala Ari menggeleng. Ia sadar hampir berada di akhir musik. Seketika matanya terbuka lebar lalu segera mengakhiri lagu dengan indah lewat tarian jarinya di atas piano. Ari terhenti sejenak. Nafasnya terengah-engah. Kedua matanya menatap piano milik Yandi yang ia mainkan.

Selang 3 detik kemudian, suara riuh tepuk tangan terdengar kencang. Mendengar itu, Ari langsung menoleh ke arah pusat bar. Ia melihat orang-orang bertepuk tangan untuk dirinya. Beberapa dari mereka sampai berdiri dan bersiul.

Ari sungguh tak menyangka hal itu. Padahal tadi pengunjung bar masih sepi. Namun setelah Ari bermain piano solo, tiba-tiba pengunjung bar membludak. Mereka semua nampak terkesima oleh permainan Ari.

Di meja bartender, Yandi memberi jempolnya pada Ari. Ari hanya mengangguk berterima kasih. Ia masih tak percaya sambutan para pengunjung begitu antusias. Ari melihat sekali lagi wajah-wajah pengunjung Royale Bar siang itu.

Di antara pengunjung yang datang dan bertepuk tangan, Ari melihat seorang wanita asing di tengah mereka. Ia duduk sendirian di meja bundar yang di atasnya telah tersedia segelas dry martini. Wanita tersebut bertepuk tangan untuk Ari. Ia tersebut memandang Ari dengan penuh kekaguman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun