"Lalu?" Ari menjadi penasaran.
"Aku bekerja dari bar ke bar tiap malam hingga aku menemukan passionku sebagai bartender." kata Yandi sambil meletakkan sebuah botol minuman pada tempatnya.
Ari mengangguk mendengarkan cerita Yandi.
"Ari, kulihat kau kebingungan dalam hidupmu. Apa kau yakin punya tujuan yang jelas?"
Ari tak bisa menjawab pertanyaan Yandi. Ia terdiam sambil memikirkannya. Apa tujuan hidupnya? "A... Aku tak tahu."
"Usia-usia seperti dirimu ini adalah usia saat kamu menentukan jalan hidupmu. Ada beberapa pilihan krusial yang harus segera kau tentukan saat ini juga. Sebab jika kau melewatkan momen ini, kau akan kehilangan arah dalam sisa hidupmu. Percaya padaku."
"Maksudmu?" Ari ingin Yandi memperjelas kata-katanya.
"Aku tak menyalahkanmu, Ari. Aku juga tahu apa yang kau alami. Semua orang di Artapuri tahu. Kau melewati cobaan yang berat dalam hidupmu. Tapi aku harap itu tidak membuatmu berhenti di satu titik. Kau harus terus maju. Melanjutkan harimu. Membuat pilihan-pilihan istimewa dalam hidupmu."
"Bagiku sangat sulit sekali keluar dari keadaan ini. Kau tahu? Rasanya seperti berenang melawan arus ombak yang besar. Tak peduli seberapa kuat kau mengayuh tanganmu, mereka akan selalu menghempaskanmu kembali ke posisi semula."
"Itu mungkin masalahmu. Kau mencoba melawan arus. Mengapa kau tidak coba berenang mengikuti arus? Ada kalanya memang kita tak bisa melawan kehendak Yang Maha Kuasa. Kalau memang jalan yang kau ambil susah mengapa kau tak coba ambil jalan yang lain?"
Ari terlihat berpikir. "Akan kucoba."