PERHATIAN!!!! BACANYA JANGAN DISKIP KAYAK LO LIHAT STORY WA, BIAR PESANNYA MERESAP DI KALBU
Hallo Bro, Semakin mudahnya dan instannya penyelesaian masalah karena semakin majunya teknologi memang dapat membuat siapa saja terlena akan hal itu. Sebenarnya ini adalah permasalahan yang klise dan gue yakin loe semua udah bosen gue bahas beginian.
Tapi gini bro, walaupun ini mungkin ngebosenin tapi masih banyak banget orang yang tak kunjung-kunjung juga dapat keluar dari permasalahan ini!, dan mungkin juga loe jadi salah satunya.
Permasalahan yang gue bawa ini sebenarnya juga sempat hinggap menyapa kehidupan gue. Banyak waktu yang terlewatkan begitu saja dan banyak kesempatan yang lewat begitu saja sambil melambai-lambaikan tangan selamat tinggal,”bangggssssss.....sini gue pijitin” hmm umpatan dalam hati.
Ya begitulah kawanku semua bahwa segala keperluan yang sekarang dapat diakses dari tempat tidur lo mulai dari makanan, hiburan dan kebutuhan lainnya bahkan sambil merem saat loe setengah bangun tidur itu dapat dengan mudah dilakukan.
Semua fasilitas itu perlahan-lahan akan mengganggu psikis loe bro. Ini gue bukan asal ngomong aja, soalnya jika loe perhatiin tingkah anak muda sekarang yang dikit-dikit katanya butuh hiling-hiling itu mereka sebenarnya hanya terlalu lemah saja sebagai dampak terlalu dimanjakan oleh segenap jajaran fasilitas yang ada.
Sedikit cerita aja, gue adalah salah satu orang yang menjadi korban dampak buruk dari kemajuan teknologi yang ada. Disini gue tekankan sekali lagi bahwa ini adalah dampak buruknya, so dampak baiknya jauh lebih besar pastinya sebab kalau nggak gue nggak akan bisa ngetik tulisan ini dan loe semua bisa baca tulisan gue ini.
Sejak masifnya penggunkan internet beberapa tahun belakangan, jujur gue menjadi sering menghabiskan waktu untuk berselancar di dunia maya.
Kegiatan sehari-hari gue scrol konten-konten hiburan yang gue rasa itu sesuatu yang sangat asik dilakukan (ini bukan konten dewasa loh ya, gue nggak sengeres itu hmm).
Hari demi hari gue lalui dengan aktivitas yang sama dan tanpa sadar sebagian hari gue yang berharga ini habis hanya untuk melihat layar handphone.
Sampai gue berada disuatu titik dimana apabila gue nggak pegang handphone gue merasa seperti orang yang terbangun disebuah hutan rimba yang tak tentu arah (lebay lo tong haha..).
Nah dari situ gue merasa kecanduan banget akan internet dan gadget tanpa tahu gimana cara untuk bisa memanfaatkannya selain untuk mendapatkan dopamin atau hiburan.
Terus dampaknya apa, gue akui itu membuat level kemalasanku terupgrade beberapa ratus persen sampai-sampai hanya untuk pergi beranjak dari tempat tidur untuk makan itupun harus mengumpulkan niat yang ekstra.
Tidak berhenti disitu, rasa malas itu semakin menghambat gue untuk beraktifitas yang produktif. Gue jadi malas belajar, malas bersih-bersih, malas nyuci baju dan banyak jenis-jenis malas lainnya. Oke jadi begini teman-temanku yang berbahagia. Rasa malas itu bisa datang dari berbagai sebab yang gue sebutin ini sebenarnya hanya salah satu hal saja sumber mata air kemalasan.
Kemudian mengenai dampak apa saja yang didapat dari prestasi bermalas-malasan rebahan ditempat tidur dan lain sebagainya adalah banyaknya kesempatan yang terlewat percuma. Banyak hal yang udah gue sesalkan terhadap perilaku diriku sendiri. Gue dulu punya ide membuat konten di youtube. Ide tersebut terbilang bagus tapi apa yang terjadi.
Karena malasnya diriku ini ide yang sempat terpikirkan itu ternyata ada orang lain yang konsepnya sama tetapi karena dia tidak malas dalam pembuatan konten itu, akhirnya dia yang berhasil mengeksekusi pekerjaan itu sampai di titik akhir. Dan kalian tahu apa yang gue rasain? Ya betul, gue merasakan penyesalan sama kayak gue mau ngungkapin perasaan gue ke cewek yang gue suka tapi kesempatan itu berlalu begitu saja.
Setiap hari gue menjalani hidup dengan rasa demikian, setiap akan memulai sesuatu pasti saja badan ini meminta untuk merekatkan kembali ke dalam empuknya ranjang kemalasan. Perlu diketahui ini sangat menggangu sekali. Mungkin diantara para pembaca yang berbahagia pernah merasakan hal yang demikian atau bahkan sekarang sedang berada di fase ini. Hari-hari hanya berlalu begitu saja tanpa ada hal yang berarti.
Dan pada suatu hari gue nemu kata-kata dari seorang filsuf yang mungkin para pembaca sudah tak asing lagi dengannya,Kaisar Romawi Marcus Aurelius Antoninus adalah Stoa kuno yang terkenal. Selama 14 tahun terakhir hidupnya, dia menghadapi salah satu wabah terburuk dalam sejarah Eropa.
Kata-kata yang berhasil membakar semangat jiwa muda gue yang hampir layu dihujani asam kemalasan “Bukan kematian yang harus ditakuti seseorang, tetapi dia harus takut karena tidak pernah memulai hidup”. Sebuah kalimat yang seakan menampar wajah gue yang polos karena telah terkena genjutsu ilusi kemalasan menjadi kaum rebahan.
Gue tersadar bahwa bila tidak kunjung bergerak apakah semua yang aku impikan, kucita-citakan dan kuharapkan tidak akan terjadi, yang akhirnya akan membuat gue semakin merasa depresi dan terpuruk menyalahkaan diri sendiri setiap waktu.
Kucoba perlahan-lahan bergerak memulai apa yang seharusnya gue mulai. Tidak mudah dan tidak cepat karena memang rasanya seperti orang yang kecanduan rokok dan kemudian ingin berhenti. Teringat selalu akan kata-kata tadi menjadi sebuah pecut buat gue untuk selalu tersadar tidak kembali lagi kelubang yang lama.
Kumulai dengan langkah kecil untuk membatasi scrol media sosial dan konten-konten hiburan digital lainnya. Kukerjakan pekerjaan rumah yang biasanya selalu mangkrak seperti bersih-bersih menyapu, mencuci baju yang biasanya hanya gue lakuin seminggu sekali kini tiga hari sekali.
Kemudian gue mulai mengerjakan tugas-tugas kuliah gue yang biasanya hanya kukerjakan pas waktu hampir deadline saja dan memulai untuk konsisten dengan apa yang gue sudah rencanakan.
Perlahan namun pasti hari demi hari pikiran ini semakin menjadi lebih ringan. Kabut kemalasan semakin memudar. Entah kenapa hatiku menjadi lebih bahagia karena tidak memikirkan beban-beban yng biasanya menumpuk karena sudah cepat kuselesaikan. Dengan semangat untuk memulainya tanpa menunggu-nunggu membuatku semakin produktif dan itu berdampak sangat baik bagiku.
Dengan segala manfaat positif yang gue rasain, sayang bilamana ini tidak gue sampaikan kepada para kawan-kawanku yang sekarang sedang berjuang melawan belenggu kemalasan sebagai kaum rebahan yang tidak produktif.
Ingat kata-kata tadi apakah dirimu lebih takut terhadap kematian yang itu pasti terjadi ataukah dirimu lebih takut lagi untuk tidak memulai apa yang kamu inginkan sebelum kematianmu itu datang.
Yuk sama-sama untuk semua yng membaca tulisan gue ini kita lawan rasa kemalasan yang datang. Tunjukkan bhwa dirimu itu bisa melakukan apa yang kamu inginkan. Lawan semua hal yang membuatmu jalan ditempat dengan gaya yang elegan.
Sekian selamat berjuang kawan..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H