Untuk pertama kalinya, cinta bertuan pada wanita tanpa perlu memenuhi kriteria.
Anjani namanya, sesosok hawa yang entah dari mana, datang memikat keturunan adam yang hampir mati rasanya.
Keturunan Adam itu adalah Aria, sesosok yang kembali menjatuhkan pilihannya, setelah merasakan kegagalan di hubungan sebelumnya.
Kegagalan yang mungkin akan terulang lagi dengan seseorang yang baru dipilihnya.
Kegagalan yang akan terjadi bahkan sebelum hubungan itu dimulai oleh keduanya.
Karena sayangnya, Anjani sama sekali tidak memiliki rasa yang sama pada Aria.
Setelah banyak menghabiskan waktu untuk saling berbagi cerita.
Hubungan persahabatan harus menjadi pemutus antara keduanya, pemutus harapan Aria lebih tepatnya.
Karena dari awal, Anjani memang tidak berniat untuk memilih Aria.
"Sosok yang mendukung dan didukung keberlangsungan perkuliahannya", begitulah Anjani menatap Aria. Bukan sebagai pria yang suatu saat akan menjadi Imam Shalat nya. Atau disuguhkan kopi setiap paginya.
Begitu juga Aria, dia sadar tidak akan ada kesempatan bagi Anjani untuk dijadikan makmum olehnya. Tidak ada kesempatan untuk mengucap "saya terima nikahnya" sambil menggenggam tangan Ayah Anjani di hari pernikahannya.
Meski begitu, cinta yang tak bertuan itu sudah memilih Anjani sebagai sosok yang disembahnya.
Hatinya pun tak sama sekali memberi paksa. Ikhlas merela, selama itu pilihan Anjani untuk bahagia.
Meski dia sadar, terlalu naif untuk rela tidak memiliki sesosok wanita yang kepalang dicintanya.
Itulah Aria, persis hubungan sebelumnya, kali ini ia kembali menggagalkan cintanya, demi kebahagiaan wanita yang tidak berniat untuk dimilikinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H