Mohon tunggu...
Nur Cahyo
Nur Cahyo Mohon Tunggu... Konsultan - HRD Koplak

Curhat HRD Koplak

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Curhat HRD Koplak, Orang HRD Punya Potensi Jadi "Joker"

12 Oktober 2019   08:05 Diperbarui: 12 Oktober 2019   10:14 503
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Komplain karyawan ke HRD : "Gaji saya udah 5 tahun cuma naik inflasi doang. Katanya perusahaan kelas dunia. Saya ini udah mengabdi puluhan tahun. Bapak jadi HRD masak nggak perjuangin karyawan." 

Curhat HRD dalam hati : Gue juga karyawang tong. Emang gaji gue naik juga?  

#mulairemes-remes kertas

Komplain karyawan ke HRD : "Jenjang karir di perusahaan ini payah. Masak saya kerja di Marketing nggak pernah promosi ? HRD-nya diganti aja deh." 

Curhat HRD dalam hati : Lha apalagi gue, di HRD mulu nggak pernah promosi. Katanya cuma divisi supporting.  

#mulai matah-matahin pulpen

Komplain karyawan ke HRD : "Saya mau demo masak udah 10 tahun tunjangan obat nggak naik-naik. HRD pelit, biar dibilang sukses jagain duit perusahaan tuh"  

Curhat HRD dalam hati : Yaela tong, kalau gue bukan HRD gue juga ikutan demo kali. 

#mulai nyemil piring nasi padang

Komplain karyawan ke HRD : "Masak elu tega sih PHK gue, gue kan cuma khilaf ngembat duit kas sedikit, cuma 1 juta juga. Kan kita temen makan siang bareng. Ah elu nggak asyik, nggak fren." 

Curhat HRD dalam hati : Kalau udah gini rasanya pengen alih profesi jadi badut Ancol aja.

Komplain karyawan ke HRD : "Jadi HRD enak ya, deket sama Boss, anak emas direktur. gampang minta gaji lebih. Tinggal ngubah sendiri di payroll "

Curhat HRD dalam hati :  Mending berantem aja dah tong, boro-boro enak, disemprot direktur iya. DIbilang gagal membina karyawan. Padahal emang Direkturnya pelit naikin tunjangan.  

#mulai ngikut anak STM ke gedung DPR

Tinggal nunggu bedak putih aja ama kamera ama kontrak shooting Warner Bross, jadi deh "Joker" 

Arthur Fleck atau Joker di Film yang lagi hits dimana-mana ini terlahir dari ibu yang juga sakit jiwa. Arthur Fleck sebenarnya sangat menikmati perannya jadi Badut jalanan, tapi bully demi bully plus sakit Pseudobulbar membuat dia terbentuk menjadi pribadi yang sangat rapuh dan sampai satu titik nadir, dia menikmati saat menyakiti orang lain. 

Apa hubungannya Joker ama HRD ?  Mungkin kejauhan analoginya, tapi terkadang orang HRD itu ada potensi mengalami apa yang dialami oleh Joker.... 

HRD itu .... 

Direktur bukan, tapi karyawan anggapnya HRD itu super sakti. HRD dianggap gampang naikin gaji karyawan sesukanya, gampang ngerekrut saudara-saudaranya sendiri buat jadi karyawan, gampang PHK karyawan seenaknya.  

 

Key Performance Indicator (KPI) atau ukuran kesuksesan HRD itu simple....  1 Tahun tahan di Posisi HRD dan nggak gila jadi kayak Joker suka ketawa-ketawa sendiri aja itu tandanya kamu udah sukses.  

 

Pulang kerja bisa tidur pulas nggak di-WA satpam yang jaga malem : "Pak, ada kecelakaan kerja di shift malam" itu aja udah bersyukur dan potong kambing.  

 

Saat cuti liburan ama keluarga ke Ragunan nggak di-WA karyawan "Pak, klaim obat saya kok nggak cair-cair ?" Itu aja rasanya udah kayak liburan ke Maldives naik jet pribadi. 

Saat karyawan complain : "Pak, tunjangan nggak naik-naik." 

Saat HRD sampaikan complain karyawan ke Direktur : "Percuma saya gaji kamu jadi HRD kalo ngadepin complain karyawan gitu aja nggak bisa." 

Saat HRD minta naik gaji : "Pak saya minta naik gaji." 

Kata direktur : "Profit Perusahaan ini sedang turun. HRD itu bagian supporting. Kenaikan gaji kita utamakan buat Marketing." 

Sini sini ada yang punya nomer HP-nya Arthur Fleck si Joker nggak ? Bagi saya dong. he he he .. 

HRD itu profesi unik, harus punya "Two Faces" : 

1. Harus Tegas ke karyawan walaupun itu ke sahabat sendiri 

Saya pernah PHK karyawan yang merupakan sahabat sendiri karena dia ngelakuin pemalsuan dokumen perusahaan. Jangan tanya gimana rasanya. #Tau Kanebo kering yang udah nggak kena air 3 bulan ? Coba kamu cemilin. Nah gitu tuh rasanya. 

2. Harus pintar mengolah kata-kata ajaib direktur ke karyawan 

Saat Direktur bilang "Karyawan pada manja banget sih minta naikin tunjangan mulu, siapa sih yang minta ? bilang aja kalo nuntut mulu cari aja perusahaan lain yang mau penuhin kemauan dia."

HRD harus bilang ke karyawan : "Maaf, kita semua tahu saat ini kondisi bisnis sedang tidak stabil. Saat ini kita belum bisa menaiikan tunjangan apapun.  Mohon pengertian dari teman-teman karyawan. Mari kita naikkan produktifitas kita Bersama. Merdekaa"  

#Disitulah kadang saya mengerti kenapa harus ada Micin di dunia ini. Supaya hidup yang pahit ini terasa sedikit gurih. 


3. Harus menjadi bemper supaya karyawan nggak langsung complain ke DIrektur 

Nggak mungkin karyawan langsung complain ke Direktur, makanya diciptakan makhluk yang namanya HRD, harus sanggup menyaring aspirasi, keluhan karyawan sepahit apapun. Selesai di tingkat HRD itu lebih bagus, sehingga manajemen bias fokus ngurusin bisnis. 

HRD harus pintar mengemas Bahasa karyawan ke Direktur, begitu juga sebaliknya.  Kadang jiak terlalu blak-blakan, kondisi perusahaan malah bisa jungkir balik dan pastinya itu nggak bagus.  


4. Siap jika karyawan lain jaga jarak dengan HRD 

Namanya karyawan pasti ada aja bandelnya. Datang kantor telat, malsuin kuitansi obat, nilep duit perjalanan dinas, naikin harga beli kursi kantor dan lainnya. Wajar kalo ada beberapa karyawan yang nggak mau dekat-dekat sama HRD. 


Terkadang Direktur meminta HRD bekerja lebih, kayak nyuruh HRD buat survey kepuasan kerja karyawan, atau Analisa kesehatan karyawan. Jarang banget direktur yang nanyain "Gimana perkembangan jiwa kamu sebagai HRD ? "


HRD itu layaknya emak-emak di rumah. Harus bias ngelayanin suami, ngelayanin rewelnya anak, nyuci baju, jemput anak. Eh tapi nggak boleh keliatan capek, harus selalu fit saat suami pulang kerja dan anak anak pulang sekolah. Kalau nilai raport anaknya jelek pasti emaknya kan yang disalahin, kalo suaminya selingkuh emak-emak dibilang nggak bias merias diri. 

Begitulah analogi HRD.  

Intinya jadi HRD harus lebih dewasa dari karyawan lain di perusahaan. 


Makanya kalo kriteria recruitment nyari HRD itu simple aja : 

1. Pernah nonton film Joker 

2. Tulis surat pernyataan "tidak akan menuntut perusahaan jika jadi kayak Joker" 

3. Mau sarjana hukum atau psikologi terserah, yang penting tengah malem atau saat cuti WA karyawan harus dibalas


Walaupun begitu, HRD itu profesi yang dekat dengan pintu surga. Ngurusin karyawan meninggal, ngurusin karyawan sakit, ngurusin makanan karyawan sampai terkadang ikutan nguburin karyawan yang meninggal. 


Yang Pasti HRD itu ..... 

Profesi idaman calon mertua ..... Ratusan orang aja diurusin, apalagi kamu...... iya kamu .... 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun