Mengejar Sunrise di Gunung Tambora
Aroma seduhan Kopi Tambora awali penjelajahan gunung dengan tinggi 2.851 m dpl (meter di atas permukaan laut) ini. Keperkasaan gunung ini terlihat dari kaldera atau kawahnya yang sangat besar.
Nggak heran letusannya yang terkenal pada 1815 membawa abu vulkaniknya sampai ke daratan Eropa, sehingga mengacaukan strategi perang Napoleon Bonaparte yang seharusnya perang dalam kondisi musim semi menjadi perang dalam kondisi musim dingin alias salju. Napoleon pun kehabisan logistik dan takluk pada kerajaan Prusia, salah satu kerajaan di Jerman. Tahun itu pula terkenal sebagai “year without summer” karena efek letusan Tambora yang maha dhasyat.
Di gunung yang terletak di Pulau Sumbawa Nusa Tenggara Barat ini pula Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Widjajono Partowidagdomeninggal dunia saat melakukan pendakian.
Ada dua jalur pendakian yang dapat ditempuh. Jalur pertama melalui Doropeti, melalui jalur ini kita bisa naik mobil jeep offroad sampai ke Pos 3.Jalur kedua adalah melalui Desa Pancasila Dompu, yang memiliki medan dengan jalur hutan yang rapat. Team memilih jalur kedua yaitu melalui Desa Pancasila, dengan alasan track lebih mudah dan bersahabat.
Sekilas Gunung Tambora
Lokasi
Terletak di pulau Sumbawa Nusa Tenggara Barat.
Terletak di dua kabupaten, yaitu Kabupaten Dompu (sebagian kaki sisi selatan sampai barat laut) dan Kabupaten Bima (bagian lereng sisi selatan hingga barat laut, dan kaki hingga puncak sisi timur hingga utara)
Kondisi Geografis
Merupakan stratovolcano aktif, Terletak pada pada 8°15' LS dan 118° BT.
Ketinggian
2.851 mdpl (meter di atas permukaan laut)
Jalur Pendakian
1.Jalur Doropeti (Bima)
2.Jalur Desa Pancasila (Dompu)
Jenis jalur
Hutan hujan dengan kerapatan tanaman di sepanjang jalurnya
Ekosistem
Babi Hutan, sapi, kuda, ayam hutan, kakaktua
Sumber Air
Mata Air yang dialirkan melalui selang terdapat di Pos 1
Aliran Sungai kecil terdapat di pos 2
Spesifikasi Pos Pendakian
Pos 1 : Ada bangunan pos, ada mata air
Pos 2 : Ada bangunan pos, ada aliran sungai
Pos 3 : Ada bangunan pos, ada aliran sungai, tempat untuk mendirikan tenda tersedia.
Pos 4 : Tidak ada bangunan pos (hanya berupa area terbuka)
Pos 5 : Tidak ada bangunan pos (hanya berupa area terbuka)
Kondisi Puncak
Terdapat kaldera sebelum puncak
Puncak berupa pasir dengan rumput
Jangan lupa sebelum pendakian, ada baiknya membuat asumsi perkiraan biaya saat akan melakukan pendakian Tambora, seperti di bawah ini :
Perkiraan Biaya
Pesawat dari Jakarta (jika dari Jakarta) ke Denpasar (transit)
Pesawat dari Denpasar ke Bima
Menggunakan pesawat baling-baling dari Denpasar (biaya tentatif)
Bus dari Bima ke Dompu
Rp. 15.000,-
Bus dari Dompu ke Desa Pancasila
Rp. 15.000,-
Biaya Guest House di Desa Pancasila
Pemilik : Saiful Bahri 082340693138
Rp. 100.000,- /kamar/4 orang
Biaya ijin pendakian
Rp. 10.000,- / orang
Biaya Ojek sepeda motor ke jalur pendakian
Rp. 50.000,- / orang / sekali antar
Biaya porter (pembawa barang)
Rp. 150.000 / orang / malam
Ada beberapa biaya yang mungkin bisa dihilangkan kalau ingin irit, seperti biaya porter dan ojek.
Kok naik gunung ada biaya ojek ?
Yang unik adalah untuk menuju jalur hutan dari Desa Pancasila kita harus menggunakan ojek motor warga sekitar. Semacam CSR lah buat warga sekitar. He he he baru kali ini naik gunung pakai ojek motor. Jangan pikir jalanannya semulus aspal. Jalanan tanah yang berlubang dan becek yang harus dilewati bersama tukang ojek yang ngebut serasa di sirkuit. Sepeda motornya pun sepeda motor bebek hasil modifikasi chasis, ban dan mesin. Naik gunung serasa offroad pokoknya.
Brooom .... brooom .... jebuuur.... (ini kalau ojeknya lagi nyebur ke kubangan)
Oke bro, saatnya mendaki !
Jalur setapak yang rapat dengan tanaman dan minimnya sampah manusia menandakan jalur ini jarang dilewati pendaki. tidak Ganasnya gigitan Daun Jelatang harus kami taklukkan sepanjang pendakian.
Menggunakan baju lengan panjang, sepatu dan kaos kaki rapat serta penutup kepala sangat disarankan. Selain gatalnya duri daun jelatang kami juga harus berkompromi dengan gigitan pacet atau lintah, apalagi jika turun hujan.
Tantangan lain jalur pendakian Tambora adalah pohon tumbang yang banyak melintang sepanjang jalur merupakan tantangan yang harus ditaklukkan para pendaki.
Hati-hati celana sobek bro saat lewati batang pohon melintang.
Jalur pendakian Tambora cenderung rata dengan jalur tanah. Bahkan ada beberapa “bonus” saat pendakian alias jalanan rata atau bahkan menurun.
Bermalam di Pos 3 sangat disarankan mengingat jalur untuk ke puncakmasih sangat jauh dan menanjak. Setelah pos 3 jalur yang dilalui Pos 4 dan Pos 5 dengan jarak masing-masing 3 jam pendakian normal.
Hal yang harus diwaspadai saat bermalam adalah babi hutan, jika ada sisa makanan terutama yang mengeluarkan aroma sebaiknya dikubur atau dibuang yang jauh dari tenda. Babi hutan sangat peka terhadap aroma makanan, namanya juga babi.
Arloji menunjukkan jam 1 malam, saat yang tepat untuk melanjutkan pendakian jika kita ingin mengejar sunrise di puncak Tambora. Jalur menuju puncak dari pos 3 cenderung menanjak namun tidak terlalu banyak bebatuan sehingga mempermudah pendakian.
Aura ungu sunrise di kaldera puncak Tambora menambah suasana magis saat kami tiba di puncak Tambora atau biasa disebut Summit.
Kaldera Tambora yang menganga dengan angkuhnya berlatar puncak sejati Tambora. Kawah ini yang menjadi sumber letusan terdhasyat pada tahun 1815 sehingga menurunkan ketinggian gunung dari 4.100 m dpl menjadi 2.851 karena puncaknya amblas karena letusan. Setelah sampai di padang edelweis, masih dibutuhkan waktu kurang lebih setengah jam untuk sampai di puncak sejati Tambora.
Kibaran bendera merah putih di puncak sejati Tambora menjadi simbol bagi semua pendaki yang telah tiba di puncak Tambora,
Inilah salah satu puncak tertinggi di Indonesia Timur.
Biasanya perjalanan ke daerah NTT selain mendaki gunung Tambora, nggak akan lengkap tanpa dilanjutkan ke pulau Komodo dan sekitarnya, yaitu Satonda, Gililaba dan Pink Beach yang keindahan pantainya masih perawan. Justru lebih banyak turis asing yang terlihat mengeksplorasi keindahannya dibanding turis lokal. Perjalanan biasanya diakhiri di Labuhan Bajo, sebuah kota pelabuhan yang menjadi titik pangkal sebelum melakukan petualangan laut.
Ayo Jelajahi Negeri kita sendiri !
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H