“Nenek moyangku orang pelaut .... gemar arungi luas samudera “
Nenek moyang katanya pelaut tapi kok dari 18 orang team kami hampir 99% mual dan jackpot alias muntah di laut. Harus dipertanyakan lagu itu. Orang Indonesia kok semuanya malah mabuk laut.
Buat urusan makan di laut, kalau boleh saran sebaiknya kita hitung kemampuan perut kita. Kalau gampang mual dan mabuk laut mendingan jangan makan banyak-banyak. Secukupnya aja atau lauknya saja.
Satu hal yang nggak boleh ketinggalan kalau mau berpetualang dan hidup di kapal kayak nelayan. “Bawa Jepit Jemuran”
Lho kok ?
Biar kalau nanti habis snorkeling, diving atau main di pantai, langsung jemur aja baju di kapal. Kalau nggak bawa jepit jemuran ? siap-siap aja baju melayang-layang di samudera Hindia. Tau-tau sampe di Australia aja tuh baju.
[caption id="attachment_310570" align="aligncenter" width="160" caption="Suasana kapal sudah kayak kapal pengungsi. Penuh jemuran."]
Menguak Misteri Pulau Satonda
Pulau Satonda menjadi Pulau persinggahan pertama kami, keunikan dari pulau Satonda yang memiliki luas 2,5 km2 adalah adanya danau air asin yang ada di tengah danau. Konon danau air asin ini terbentuk karena luapan air laut yang terperangkap dalam danau saat gunung Tambora meletus pada 1815.
[caption id="attachment_310571" align="aligncenter" width="448" caption="Danau air asin di tengah pulau Satonda yang penuh misteri."]
Yang masih menjadi misteri adalah tingkat keasinan air di danau ini sangat pekat, bahkan ada cerita seorang peneliti yang menyelam terlalu dalam meninggal karena pekatnya keasinan airnya. Anak-anak laut hanya berhenti sebentar untuk berfoto di pinggir danau karena perjalanan masih jauh.
Ada lagi yang menjadi misteri, adanya pohon Kalibuda, dimana menurut mitos kalau kita gantungkan batu kecil di pohon dan ucapkan keinginan kita, maka akan terkabul.