Theseus: Analisis Psikologis Novel Karya Andre Gide
Mengungkap PikiranAnalisis Novel “THESEUS” Karya Andre Gide Menggunakan PendekatanPsikologis Dengan Judul Oedipus Complex Penyebab Kesalahan Tanpa Ketidak Sadaran
Oleh: Alvyna Rohmatika
Novel "Theseus" karya Andre Gide menawarkan eksplorasi menarik tentang psikologi manusia melalui karakter utamanya. Artikel ini akan mendalami aspek-aspek psikologis dalam novel tersebut, dengan fokus pada kepribadian kompleks sang protagonis dan tema-tema mendasar yang membentuk tindakannya. Dengan menggunakan pendekatan psikologis dalam analisis sastra, kita dapat memperoleh pemahaman yang lebih dalam tentang motivasi karakter dan implikasi yang lebih luas dari perilakunya.
Pendekatan Psikologis dalam Analisis Sastra
Sebelum mendalami "Theseus", penting untuk memahami pendekatan psikologis dalam analisis sastra. Metode ini melibatkan pemeriksaan aspek mental dan emosional karakter, perilaku mereka, dan tema-tema keseluruhan karya melalui lensa teori psikologi. Pendekatan ini memungkinkan pembaca untuk mengeksplorasi kedalaman kepribadian karakter, motivasi, dan konflik internal mereka, memberikan pemahaman yang lebih kaya tentang narasi.
Dalam kasus "Theseus", pendekatan ini sangat bermanfaat, karena novel ini berpusat pada perkembangan psikologis dan pergolakan batin karakter utamanya.
Theseus dan Kompleks Oedipus
Salah satu aspek paling mencolok dari penggambaran Gide tentang Theseus adalah adanya Kompleks Oedipus pada karakter tersebut. Konsep Freudian ini mengacu pada keinginan tidak sadar seorang anak terhadap orang tua lawan jenis, disertai dengan persaingan dan permusuhan terhadap orang tua dengan jenis kelamin sama. Dalam kasus Theseus, ini termanifestasi dalam hubungan kompleks dengan ayahnya dan koneksi mendalam dengan alam, yang ia asosiasikan dengan kualitas feminin.
Semasa kecil, Theseus tertarik pada alam, menemukan kelembutan dan kualitas pengasuhan yang biasanya dikaitkan dengan figur ibu. Namun, ayahnya, sang raja, melarangnya untuk terlibat dalam kegiatan alam ini, menganggapnya tidak pantas untuk seorang pangeran. Larangan ini menciptakan kebencian mendalam pada diri Theseus, mengarah pada hubungan yang berkonflik dengan ayahnya dan pandangan yang terdistorsi tentang maskulinitas dan kekuasaan.
Konsekuensi Konflik Psikologis yang Tidak Terselesaikan
Novel ini menggambarkan bagaimana konflik psikologis yang tidak terselesaikan dapat memiliki konsekuensi yang jauh. Ketidakmampuan Theseus untuk mengatasi Kompleks Oedipus-nya secara sehat mengarah pada serangkaian tindakan destruktif sepanjang hidupnya. Keinginannya untuk membuktikan diri lebih unggul dari ayahnya dan menegaskan maskulinitasnya sendiri menjadi kekuatan pendorong di balik banyak keputusannya.
Salah satu contoh paling mengejutkan dari hal ini adalah pembunuhan Theseus terhadap anaknya sendiri. Teks menunjukkan bahwa Theseus melihat dalam diri anaknya cerminan sifat-sifat ayahnya, memicu kebencian dan ketakutan mendalam akan terbayangi. Tindakan tragis ini menunjukkan sejauh mana masalah psikologis Theseus yang tidak terselesaikan telah membelokkan persepsi dan kompas moralnya.
Kekuasaan, Persaingan, dan Ketakutan Akan Tersaingi
Tema berulang lainnya dalam novel ini adalah ketakutan intens Theseus akan tersaingi atau dikalahkan. Ini termanifestasi dalam hubungannya dengan orang lain, terutama mereka yang terdekat dengannya. Pembunuhan temannya, Raja Thebes, adalah contoh nyata dari patologi ini. Theseus, tidak mampu mentolerir gagasan seseorang menjadi setara atau lebih unggul darinya, menghilangkan ancaman yang dirasakan terhadap supremasinya.
Perilaku ini dapat diinterpretasikan sebagai kelanjutan dari perjuangannya semasa kecil melawan otoritas ayahnya. Tidak mampu menyelesaikan konflik ini secara sehat, Theseus melanggengkannya dalam hubungan dewasanya, terus-menerus berusaha menegaskan dominasinya dan menghilangkan tantangan terhadap persepsi superioritasnya.
Peran Tindakan Tidak Sadar
Aspek kunci dari pendekatan psikologis dalam menganalisis "Theseus" adalah penekanan pada tindakan tidak sadar. Banyak tindakan paling signifikan Theseus, termasuk kematian ayahnya, disajikan sebagai hasil dari kelupaan atau kecelakaan. Namun, lensa psikologis memungkinkan kita untuk menafsirkan ini sebagai manifestasi dari keinginan terpendam atau konflik yang tidak terselesaikan.
Misalnya, "kelupaan" Theseus dalam mengubah warna layar, yang menyebabkan bunuh diri ayahnya, dapat dilihat sebagai pemenuhan tidak sadar dari keinginannya yang lama terpendam akan kematian ayahnya. Interpretasi ini menambahkan lapisan kompleksitas pada karakter Theseus, menyoroti kekuatan pikiran bawah sadar dalam membentuk tindakan dan takdir kita.
Kegagalan Perkembangan Psikologis
Pada akhirnya, penggambaran Gide tentang Theseus berfungsi sebagai peringatan tentang konsekuensi dari kegagalan perkembangan psikologis. Ketidakmampuan Theseus untuk berhasil menavigasi tahap-tahap perkembangan psikologisnya, terutama dalam menyelesaikan Kompleks Oedipus-nya, mengarah pada kehidupan yang ditandai oleh konflik, kekerasan, dan tragedi.
Novel ini menunjukkan bahwa tanpa resolusi yang tepat dari konflik batin kita, kita ditakdirkan untuk mengulangi pola-pola destruktif, merugikan diri sendiri dan orang-orang di sekitar kita. Kisah Theseus adalah pengingat keras tentang pentingnya kesadaran diri dan bahaya membiarkan masalah psikologis kita tidak terselesaikan.
Kesimpulan
"Theseus" karya Andre Gide menawarkan tapestri yang kaya untuk analisis psikologis. Melalui karakter Theseus, Gide mengeksplorasi dampak mendalam dari pengalaman masa kecil terhadap perilaku dewasa, kekuatan keinginan bawah sadar, dan konsekuensi tragis dari konflik psikologis yang tidak terselesaikan.
Dengan menggunakan pendekatan psikologis terhadap novel ini, pembaca dapat memperoleh pemahaman yang lebih dalam tentang motivasi kompleks yang mendorong tindakan Theseus. Analisis ini tidak hanya memperkaya apresiasi kita terhadap karya Gide tetapi juga mendorong refleksi tentang perjuangan universal manusia dengan kekuasaan, identitas, dan bayangan masa lalu kita.
Kisah Theseus berfungsi sebagai studi karakter yang menarik dan komentar yang lebih luas tentang psikis manusia, mengingatkan kita akan pentingnya introspeksi diri dan perjalanan berkelanjutan dari pertumbuhan pribadi dan perkembangan psikologis.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI