Mohon tunggu...
ALVYNA ROHMATIKA
ALVYNA ROHMATIKA Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Sebagai penulis, saya adalah kreator yang menggabungkan kepekaan artistik dengan kecerdasan kata untuk menghidupkan ide-ide menjadi kisah-kisah yang mendalam. Melalui kata-kata, saya membentuk dunia imajinatif yang mengajak pembaca untuk merenung, merasakan, dan terhubung dengan berbagai emosi. Setiap tulisan saya mencerminkan dedikasi pada keindahan bahasa dan kekuatan narasi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mendongeng: Salah Satu Kunci Pembentukan Karakter Anak Usia Dini

6 September 2024   22:05 Diperbarui: 6 September 2024   22:12 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam konteks pendidikan formal, guru dapat memanfaatkan dongeng sebagai metode pembelajaran yang efektif. Dengan menyajikan materi pelajaran dalam bentuk cerita yang menarik, guru dapat meningkatkan minat dan motivasi belajar siswa. Misalnya, pelajaran sejarah dapat disajikan dalam bentuk dongeng tentang perjuangan pahlawan, atau pelajaran sains dapat dikemas dalam cerita petualangan seorang ilmuwan cilik.

Kegiatan mendongeng juga dapat meningkatkan keterampilan bahasa anak. Ketika mendengarkan dongeng, anak-anak terpapar pada kosakata baru, struktur kalimat yang beragam, dan cara bercerita yang menarik. Hal ini secara tidak langsung meningkatkan kemampuan berbahasa mereka, baik dalam hal pemahaman maupun ekspresi. Anak-anak yang sering mendengarkan dongeng cenderung memiliki kemampuan komunikasi yang lebih baik.

Selain itu, dongeng dapat menjadi sarana untuk mengajarkan anak-anak tentang empati dan pemahaman terhadap perasaan orang lain. Melalui cerita, anak-anak belajar untuk menempatkan diri mereka dalam posisi orang lain, memahami motivasi di balik tindakan seseorang, dan mengembangkan rasa kasih sayang. Ini adalah keterampilan sosial yang sangat penting untuk membentuk karakter yang baik.

Dalam era digital seperti saat ini, kegiatan mendongeng mungkin terasa sedikit ketinggalan zaman. Namun, justru di sinilah letak keunikannya. Mendongeng menciptakan momen kebersamaan yang tidak tergantikan oleh gadget atau media digital lainnya. Interaksi langsung antara pendongeng dan pendengar menciptakan ikatan emosional yang kuat, yang sangat penting untuk perkembangan sosial dan emosional anak.

Untuk memaksimalkan manfaat mendongeng dalam pembentukan karakter anak, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Pertama, pilih cerita yang sesuai dengan usia dan tingkat pemahaman anak. Kedua, libatkan anak dalam cerita dengan mengajukan pertanyaan atau meminta pendapat mereka. Ketiga, diskusikan pesan moral dari cerita setelah selesai mendongeng. Keempat, jadikan mendongeng sebagai rutinitas, misalnya sebelum tidur atau di waktu-waktu tertentu setiap hari.

Penting juga untuk diingat bahwa pembentukan karakter melalui dongeng bukanlah proses instan. Dibutuhkan konsistensi dan kesabaran dari orang tua dan pendidik. Namun, dengan komitmen yang kuat dan pendekatan yang tepat, mendongeng dapat menjadi alat yang sangat efektif dalam membentuk karakter positif anak sejak dini.

Kesimpulannya, kegiatan mendongeng memiliki peran yang sangat penting dalam pembentukan karakter anak usia dini. Melalui dongeng, anak-anak tidak hanya belajar tentang nilai-nilai moral, tetapi juga mengembangkan keterampilan bahasa, imajinasi, dan empati. Dongeng menjadi jembatan yang menghubungkan anak dengan dunia di sekitarnya, membantu mereka memahami kompleksitas kehidupan dengan cara yang sederhana dan menyenangkan.

Sebagai orang tua, pendidik, atau anggota masyarakat, kita memiliki tanggung jawab untuk memanfaatkan kekuatan dongeng dalam membentuk generasi masa depan yang berkarakter kuat. Mari kita hidupkan kembali tradisi mendongeng, bukan hanya sebagai hiburan, tetapi sebagai investasi berharga dalam pembentukan karakter anak-anak kita. Dengan begitu, kita tidak hanya menciptakan anak-anak yang cerdas, tetapi juga individu yang memiliki hati nurani, empati, dan kearifan dalam menghadapi tantangan kehidupan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun