Mohon tunggu...
Alvriza Sulistyoningtyas
Alvriza Sulistyoningtyas Mohon Tunggu... Penulis - take the mood

LIFE GOES ON

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Olahan Jengkol yang Mendunia

13 April 2020   10:24 Diperbarui: 13 April 2020   10:42 567
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

KELURAHAN BABAKAN PASAR, BOGOR TENGAH, Jumat (20/03/2020) -- Jengkol tidak hanya dapat diolah menjadi semur atau dimakan begitu saja sebagai lalapan, namun jengkol juga bisa dijadikan olahan lain seperti emping jengkol.

Terdapat salah satu wilayah di Bogor yang menjadi sentra pembuatan emping jengkol, tepatnya di Jalan Kebon Jukut Rt 01/ Rw 05, Kelurahan Babakan Pasar, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor, Jawa Barat.

Di sini terdapat lebih dari 20 pelaku usaha rumahan yang sehari-hari membuat emping jengkol. Satu diantaranya adalah emping jengkol yang diproduksi oleh Nyai Maryani. 

Sebagai pembuat emping jengkol, ia melanjutkan usaha nenek dan orang tuanya yang telah memproduksi sejak dari puluhan tahun lalu" Udah lebih 60 tahun, tetapi awalnya dari nenek saya, saat itu saya masih kecil, masih 7 tahun, lalu ibu saya, lalu saya." Ujar Nyai Maryani

Dalam pengolahan emping jengkol, Nyai Maryani dibantu oleh para ibu rumah tangga, yang tidak lain adalah adik dan sepupunya. Ia menuturkan jika di rumah produksinya ia bekerja dengan 2 orang pegawainya membuat emping jengkol.

Nyai Maryani juga menuturkan jika Jengkol dipilih sebagai bahan utama karena merupakan komoditas musiman dan harganya murah, selain itu karena emping melinjo merupakan produk khas Banten, maka daerah Bogor terkenal dengan emping jengkolnya.

Alat dan bahan yang digunakan dalam proses pengolahan emping jengkol terbilang masih mempertahankan budaya lama, karena hanya menggunakan batu sebagai alat tumbuk dan anyaman bambu untuk menjemur emping yang telah ditumbuk agar kering. Bahan yang digunakan pun hanyalah jengkol yang direbus lalu di tumbuk hingga pipih kemudian di jemur.

Ketua Lurah Babakan Pasar menganjurkan agar Nyai Maryani menggunakan mesin untuk pembuatan emping jengkolnya, tetapi beliau menolak. Ia hanya ingin mempertahankan budaya dan cara lama yang digunakan neneknya saat pertama kali membuat emping jengkol.

Nyai Maryani menuturkan jika pembuatan emping jengkol menggunakan mesin, hasilnya tidak sebagus dengan pembuatan menggunakan manual. Hal ini dikarenakan jika menggunakan mesin, jengkol yang masih muda akan diolah bersamaan dengan jengkol yang sudah tua, hasil akhirnya akan berdampak pada tekstur dan kualitas emping jengkol yang mudah hancur saat sudah kering.

Olahan yang mendunia hingga dikirim ke Luar Negeri

Meski tidak semua masyarakat Indonesia menggemari olahan emping jengkol karena aromanya yang tidak sedap. Tetapi berbeda dengan warga asing yang justru menggemari olahan ini.

Bahkan beberapa kali warga asing menelpon Nyai Maryani untuk memesan emping jengkolnya untuk dikirimkan ke luar negeri. "Pembeli dari Singapura nelpon kesini dan bilang, tolong dong dikirim emping jengkolnya, jadi kita kirim 500 lembar, 700 lembar, terus anaknya pemilik toko roti Tan Ek Tjoan, anaknya ada yang di Netherland, minta untuk ngirim emping jengkol yang ada di Bogor, mesen 300 lembar." Ujar Nyai Maryani.

Di Indonesia sendiri peminat emping jengkol biasanya berasal dari kalangan menengah ke atas, dan masyarakat yang membeli, kebanyakan berada disekitar Babakan Pasar. Mahasiswa pun akan membeli emping jengkol saat mereka  sedang berlibur ke Kampung Labirin.

Masyarakat yang menyukai olahan jengkol akan membeli produk ini karena rasanya yang enak, gurih dan cocok dimakan menggunakan soto atau bakso. Harga jual emping jengkol yang berkualitas baik dan berukuran besar dibandrol dengan harga 150 ribu per 100 lembar, paling murah 100 ribu per 100 lembarnya dengan emping mentah berukuran kecil. Masyarakat yang menyukai emping jengkol dapat membeli sesuai harga yang mereka inginkan.

Dengan produksi emping jengkol, omset yang didapat Nyai Maryani mencapai Rp 500.000 perhari. Hitung punya hitung, Nyai Maryani bisa meraup laba bersih hingga Rp 4,5 juta per bulan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun