Bahkan beberapa kali warga asing menelpon Nyai Maryani untuk memesan emping jengkolnya untuk dikirimkan ke luar negeri. "Pembeli dari Singapura nelpon kesini dan bilang, tolong dong dikirim emping jengkolnya, jadi kita kirim 500 lembar, 700 lembar, terus anaknya pemilik toko roti Tan Ek Tjoan, anaknya ada yang di Netherland, minta untuk ngirim emping jengkol yang ada di Bogor, mesen 300 lembar." Ujar Nyai Maryani.
Di Indonesia sendiri peminat emping jengkol biasanya berasal dari kalangan menengah ke atas, dan masyarakat yang membeli, kebanyakan berada disekitar Babakan Pasar. Mahasiswa pun akan membeli emping jengkol saat mereka  sedang berlibur ke Kampung Labirin.
Masyarakat yang menyukai olahan jengkol akan membeli produk ini karena rasanya yang enak, gurih dan cocok dimakan menggunakan soto atau bakso. Harga jual emping jengkol yang berkualitas baik dan berukuran besar dibandrol dengan harga 150 ribu per 100 lembar, paling murah 100 ribu per 100 lembarnya dengan emping mentah berukuran kecil. Masyarakat yang menyukai emping jengkol dapat membeli sesuai harga yang mereka inginkan.
Dengan produksi emping jengkol, omset yang didapat Nyai Maryani mencapai Rp 500.000 perhari. Hitung punya hitung, Nyai Maryani bisa meraup laba bersih hingga Rp 4,5 juta per bulan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H