Mohon tunggu...
Alvriza Mohammed Fadly
Alvriza Mohammed Fadly Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Film dan Televisi UPI 2020

A Student of Film and Television Study Program In Indonesia University of Education. Likes to write entertainment news and practicing journalistic production and distribution.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Review Video Game: Assassin's Creed Valhalla

24 Oktober 2021   15:53 Diperbarui: 24 Oktober 2021   15:57 697
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

14 tahun adalah umur dari video game besutan Ubisoft Montreal yang terkenal akan mengusung cerita sejarah dengan mencampurkan formula fiksi seperti ras humanoid ISU dan mengkaitkannya dengan tokoh pembunuh (assassin) dan tentara templar  (Order Of The Ancients). 

Karenanya, game ini populer dikalangan masyarakat yang mencintai sejarah. Assassin's Creed sendiri memiliki berbagai game di berbagai platform, bahkan sekelas mobile game pun hadir dengan gaya yang berbeda. 

Pada tahun 2020, Ubisoft mengumumkan kehadiran Assassin's Creed serial terbarunya bernama "Assassin's Creed Valhalla" yang mengusung cerita sejarah tentara viking yang berdiri di negara Norwegia dan Inggris pada abad ke-9. Trailer pertama yang dikeluarkan menampilkan tokoh baru bernama Eivor yang menjajah salah satu aliansi Inggris bersama para prajuritnya. 

Saat detik-detik terakhir, Eivor melihat bayang-bayang dari Dewa Odin yang berdiri dekat pepohonan mengindikasikan bahwa Odin bersama dengan mereka. Penampilan dari trailer tersebut menarik beberapa perhatian gamers bahkan saya sendiri ingin membelinya suatu saat. 

Kebetulan sejarah yang diangkat merupakan salah satu aspek cerita yang saya sangat gemari setelah mempelajari mitologi nordik setelah sebelumnya dibawa oleh game God Of War 4.

Assassin's Creed Valhalla melanjutkan cerita dari game Assassin's Creed Odyssey dimana kita dibawa dari alam yunani kepada alam nordik. Babak awal cerita video game ini memperlihatkan konflik awal yang terjadi di pemukiman Eivor setelah penyerangan oleh pemberontak yang tidak diketahui asal usulnya. 

Orang tua dari Eivor meninggal secara tragis dan meninggalkan anak-anaknya yang lain bertahan hidup tanpa orang tua. First impression saya pada saat melihat sequence 1 dari game ini cukup menggeliat, mengingat game sebelumnya yang saya mainkan memiliki opening yang cukup panjang karena perkenalan konflik yang belum terlihat secara jelas serta tujuan tokoh Kassandra yang masih abu-abu. 

Penyelesaian konflik Eivor dengan pembunuh orang tuanya tidak selesai sampai situ, ternyata pembunuh tersebut hanyalah "awalan" petualangan Eivor untuk membasmi anggota-anggota Order Of The Ancients hingga akar-akarnya.

 Seperti para pendahulunya, Assassin's Creed mengajak para pemainnya untuk membunuh anggota-anggota Order di suatu negara sampai memburu pemimpin besar dari organisasi tersebut. 

Akan tetapi setiap game memiliki berbagai pendekatan yang berbeda seperti halnya pada Trilogi Sejarah Peradaban Awal Assassin's Creed (Origins, Odyssey, dan Valhalla). Valhalla memiliki pendekatan yang sama dengan Odyssey mengenai perlawanan dengan musuh-musuh tentara Templar. 

Hal ini memiliki sisi positif dan negatif dari mekanik game sendiri, mungkin awal-awal pencarian anggota Order bisa dikatakan membosankan karena pemain harus melewati berbagai puzzle seperti mengunjungi suatu desa untuk mendapatkan clue hingga akhirnya anggota Order dapat diidentifikasi, ditambah anggota order yang sangat banyak membuat pusing para pemain.

Sisi positif dari tokoh-tokoh antagonis game ini memiliki berbagai plot twists seperti halnya pada game pendahulunya, jika kalian sangat peka dengan cerita-cerita game Assassin's Creed, kalian memungkinkan bisa memprediksi siapa saja antagonis sebenarnya.

Cerita utama Assassin's Creed tidak hanya menghadirkan sejarah viking dan abad ke-9 negara eropa barat, tetapi cerita tersebut dibumbui dengan mitologi nordik yang sudah diketahui oleh segelintir orang, mitologi nordik pada game ini ternyata berperan besar dalam membantu eksplorasi Eivor serta mengidentifikasi siapa "identitas" sebenarnya para tokoh-tokoh yang hadir di game ini. 

Bahkan, game ini mempunyai Sequence Asgard dimana kita beralih dari tokoh Eivor menjadi tokoh Havi/Odin dalam menjalani cerita panjang konflik yang terjadi di tempat tinggal kaum Aesir. 

Secara garis besar, chapter asgard akan sangat berkaitan dengan ramalan Ragnarok dimana dewa-dewa nordik akan menghadapi peperangan yang menjadi takdir akhir bagi mereka. 

Lalu, Odin memiliki cara lain agar mereka bertahan hidup saat hari Ragnarok tiba. Awalnya, ini adalah sebuah cerita fantasi yang saya tidak aware karena meskipun penceritaan mitologi tersebut sangat menarik tetapi tidak ada hubungannya dengan cerita utama Valhalla. Tetapi, sejalan dengan cerita gamenya terdapat ending khusus yang menjelaskan apa yang terjadi sebenarnya pada Sequence Asgard.

Gameplay Assassin's Creed Valhalla yang saya rasakan merupakan sebuah downgrade dari Assassin's Creed Odyssey dan Origins, karena combat style-nya terasa kaku, lambat, dan pergerakannya pun tidak sebebas seperti pada game sebelumnya. 

Skill talent yang dipunyai oleh karakter harus kita cari sendiri di penjuru tempat karena memiliki metode baru bernama "Books of Knowledge", dengan mendapatkan buku itu, kita bisa membuka skill baru untuk Eivor. 

Semua skill yang saya dapatkan belum 100% terbuka karena mengekplorasi berbagai tempat lama-lama terasa ruwet dan melelahkan.  Mekanik senjata yang hadir pun mengecewakan karena senjata panahan diharuskan untuk mencari anak panahnya saat mengkplorasi suatu tempat dan tidak bisa di-craft seperti game sebelumnya. 

Upgrade senjata harus mencari material yang persis diletaki dalam kotak harta karun yang bisa ditemukan diberbagai tempat, sama halnya dengan pencarian Books of Knowledge.

Visual Graphic yang hadir pada game ini memiliki pandangan yang luar biasa, keindahan akan negara Inggris dan Norwegia dapat terasa oleh pemain seakan-akan kita hadir dalam game itu. 

Memainkan game ini mengingatkan saya pada game Skyrim dimana kita menjelajah tempat-tempat dengan musim berbeda dan merasakan hawa dari tempat itu sendiri. 

Akan tetapi, game ini masih diselundupi berbagai bugs yang merusak jalan permainan seperti tersangkut di tebing, dodge yang lambat, tembakan panah yang melenceng.

Setelah menyelesaikan game ini dengan full, saya simpulkan bahwa Assassin's Creed memiliki beberapa kemajuan seperti cerita yang cukup menarik, latar belakang tokoh yang tidak terduga, hingga penggabungan cerita mitologi dengan cerita sejarah sendiri.

Senjata dan baju yang hadir memiliki nilai estetik dan membangun gairah bermain ketika kita sudah mendapatkannya, anggap saja seperti senjata Mjollnir milik Thor, Gungnir milik Odin, dan Pedang Excalibur milik Raja Arthur. 

Tetapi, game ini justru memiliki kekurangan yang harusnya bisa dihindari. Mengingat game ini masih berprogress hinga 2022, saya harap ada kemajuan yang bisa dikembangkan oleh tim pengembang game dan Ubisoft sendiri.

Nilai Akhir : 7/10.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun