Mohon tunggu...
Alviyatun
Alviyatun Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - ATLM (Ahli Teknologi Laboratorium Medik) di Daerah Istimewa Yogyakarta.

Blog : https://alviyatunyudi.blogspot.com/ Pesan : Proses belajar berjalan sepanjang hayat, proses sabar dan ikhlas menerima dan menjalani segala ketentuan Allah dengan ikkhtiyar yang optimal

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Paes Pengantin

15 Maret 2022   17:33 Diperbarui: 15 Maret 2022   17:44 908
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pengantin wanita nampak sangat bahagia. Ini perkawinan pertamanya, walau ia menikah dengan seorang duda beranak satu. Ayah Monika sempat menanyakan kemantapan hati calon istrinya perihal status dudanya itu.

"Dinda, aku seorang duda beranak satu, apa kamu siap menerima kondisiku dan anakku?" Ayah Monika perlu meyakinkan dahulu sebelum proses akad nikah benar-benar terjadi.

"Aku bersedia, Mas. Status duda atau pun perjaka, bagiku yang terpenting adalah hatimu sungguh mencintaiku dan Mas menerima segala kekuranganku. Itu sudah cukup bagiku, Mas. Tentang Monika, aku sudah mencintainya sejak pertama mengenalnya. Mas tak perlu khawatir." Wanita itu begitu dewasa dalam sikapnya.

"Aku hanya meminta satu hal saat pernikahan kita nanti, Mas. Paes pengantin sederhana khas Yogyakarta. Aku dari Jawa, ingin tampilanku yang semoga seumur hidup hanya sekali ini, dengan paes pengantin yang manglingi. Menurut orang tua, paes pengantin ini akan mempengaruhi kehidupan pengantin di masa depan. Aku percaya itu, Mas."

Ayah Monika tersenyum lega mendengar penjelasan calon isterinya itu. Ia semakin kagum dengan kepribadiannya. Terlihat sederhana dari luar tetapi memiliki pandangan ke depan yang mengagumkan. Gadis itu semakin membuatnya jatuh cinta.

Tentang paes pengantin itu, tak masalah bagi Ayah Monika. Ia setuju saja. Proses paes pengantin pun cukup memakan waktu. Rambut-rambut yang tumbuh didahi si gadisnya harus dikerik bersih. Sang penata rias menjelaskan dengan gamblang makna yang terkandung dalam setiap riasan dahi, sambil jemarinya terus memaes calon pengantin wanita.

"Ananda ini sudah cantik, nanti dipaesi tambah cantik dan manglingi seperti putri raja." Kata perias yang usianya sekitar 55 tahun, tetapi jemarinya sangat terampil. Si gadis hanya tersipu merasa bahagia mendapat pujian itu.

"Dahi ini harus bersih supaya hasil riasannya bagus. Di tengah dahi, dibentuk penunggul yang runcing dan melengkung, maknanya seorang wanita harus dihormati dan ditinggikan derajatnya." Sang perias itu mulai menjelaskan makna dari bentuk riasan penunggul yang terletak di tengah dahi. Ayah Monika yang dari tadi menunggu giliran dirias, mendengarkan dengan seksama.

"Nah, penunggulnya sudah jadi, sekarang saya bentuk pengapitnya, ya. Pengapit itu ada di samping kanan kiri penunggul. Ananda tahu maknanya?" Perias itu mencoba bertanya pada si gadis calon pengantin.

"Ananda pernah mendengar sedikit dari mendiang nenek, Bu. Pengapit itu harus mengontrol jalannya penunggul agar tetap lurus. Benarkah begitu, Bu?" tanya si gadis.

"Iya betul sekali, Ananda. Kenapa jalannya harus tetap lurus? Supaya dalam mengarungi bahtera rumah tangga selalu damai, jika pun ada aral melintang tetap bisa dihadapi bersama." Lanjut sang perias.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun