Jakarta - Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman menyoroti adanya inovasi teknologi terbaru di Thailand yang dapat diterapkan untuk meningkatkan produksi padi di lahan rawa. Ini sejalan dengan upaya Kementerian Pertanian (Kementan) dalam mewujudkan program peningkatan produksi padi di lahan rawa atau wetland. Amran menjelaskan bahwa teknologi yang dimaksudnya adalah teknologi manajemen air khusus untuk wetland atau lahan rawa yang sedang dalam tahap pembangunan oleh Kementan.
"Bagus, kita sudah melakukan pembangunan. Namun, tak ada salahnya untuk berkolaborasi dan melakukan pengecekan terkait adanya kemungkinan teknologi baru," tuturnya saat diwawancarai oleh Media CNBC Indonesia di Kantor Kementan pada Selasa (28/11/2023).
Untuk itu, Amran menyatakan niatnya untuk berkolaborasi dan membangun hubungan bilateral dengan Thailand. Dia juga mengungkapkan bahwa sudah mengadakan pertemuan dengan Perwakilan Food and Agriculture Organization (FAO) untuk Indonesia dan Timor Leste, Rajendra Aryal pada pagi hari. Amran menjelaskan bahwa ia telah memaparkan program pemerintah Indonesia dalam pengembangan lahan rawa.
"Pagi tadi, kami melakukan pertemuan bilateral dengan FAO. Saya menyampaikan rencana pengembangan lahan rawa di Indonesia. Saya juga bertanya, di mana di dunia telah ada pengalaman serupa? Jawabannya terdapat di Bangkok. Oleh karena itu, saya berharap kita dapat berkolaborasi, karena saat ini tantangan pangan merupakan isu global yang melibatkan tidak hanya satu negara, tetapi dunia secara keseluruhan. Saya telah menyampaikan kepada Mr. Rajendra dari FAO bahwa kita perlu bekerja sama untuk mengatasi permasalahan ini," ujar Amran.
"Jadi, ketika ada teknologi di Thailand yang mampu mengelola lahan rawa, kita juga memiliki teknologi yang sebanding. Ini dapat dijadikan sebagai bentuk berbagi pengetahuan dan kerjasama," tambahnya.
Namun, Amran tetap terbuka terhadap kemungkinan bahwa Indonesia juga memiliki teknologi canggih untuk pengembangan lahan rawa. Dengan demikian, ada potensi untuk berbagi pengalaman dan menerapkan teknologi yang dimiliki baik oleh Indonesia maupun Thailand.
"Jadi, prinsipnya saling memberi. Jika Indonesia memiliki teknologi yang unggul, mengingat kita telah menanam 400 ribu hektare, kita bersedia berbagi. Begitu juga sebaliknya, jika Thailand memiliki teknologi yang bermanfaat untuk kedua belah pihak, kita dapat bekerja sama," ungkapnya.
Setelah pertemuan dengan FAO, pada hari yang sama, Amran juga mengadakan pertemuan dengan Kepala Badan Intelijen Strategis (KABAIS) TNI, Letjen Rudianto, guna membahas teknologi baru tersebut.
"KABAIS TNI Letjen Rudianto memiliki pengalaman selama 6 tahun di Thailand, khususnya di Bangkok. Saya menyarankan untuk melakukan pengecekan di sana, dan InsyaAllah beliau akan melakukan pengecekan melalui atase-nya," kata Amran.
Selanjutnya, pada siang harinya, Amran juga menerima kunjungan dari Duta Besar Thailand untuk Indonesia di kantornya. Pertemuan tersebut tidak terlewatkan untuk membahas perkembangan teknologi baru yang dapat diterapkan dalam pengembangan lahan rawa.
"Sama halnya dengan FAO pada pagi harinya, Dubes Thailand ternyata memiliki pengalaman dalam pengelolaan wetland. Jadi, saya mencoba untuk menjalin kolaborasi, mengingat kita telah mengelola 400 ribu hektare lahan rawa. Dengan bekerja sama, kita dapat saling berbagi teknologi yang dimiliki, sehingga dapat memberikan manfaat bagi kedua belah pihak," ungkapnya.
Amran berharap agar dalam waktu yang singkat, seorang ahli dapat datang ke Indonesia untuk segera membahas penggunaan teknologi baru dalam meningkatkan produksi di lahan rawa. Selain itu, ia juga menyatakan niat untuk mengirim seorang ahli dari Indonesia ke Thailand sebagai bentuk kolaborasi saling menguntungkan.
"InsyaAllah, kami berharap agar dalam waktu dekat ahli tersebut dapat datang, dan sebaliknya, kami juga akan mengirimkan ahli kami ke sana. Karena permasalahan produksi padi bukan hanya menjadi isu nasional, tetapi juga menjadi isu global. Kami percaya bahwa kolaborasi antarnegara dapat memberikan solusi yang lebih baik," ujar Amran.
Lebih lanjut, Amran menjelaskan bahwa upaya ini bertujuan untuk mengurangi impor dan meningkatkan produksi dalam negeri. Jika teknologi baru ini berhasil diimplementasikan di lahan rawa Indonesia, bukan hanya swasembada pangan yang dapat dicapai, melainkan juga potensi untuk melakukan ekspor beras ke luar negeri.
Dia menargetkan bahwa pada bulan Desember 2023, pihaknya bersama dengan pihak terkait akan dapat melakukan rapat, sehingga dapat bergerak dengan cepat dalam pengembangan lahan rawa.
"Kami berusaha semaksimal mungkin, saya berharap pada bulan Desember kita sudah dapat melakukan rapat agar dapat bergerak dengan cepat," tegasnya.
Pada tahap awal, penerapan konsep lahan rawa tersebut akan dilaksanakan di beberapa wilayah, termasuk Kalimantan Selatan, Sumatera Selatan, Kalimantan Tengah, Sulawesi Selatan, Kalimantan Barat, dan Riau.
"Ada rencana juga untuk Bengkulu, gubernurnya berminat datang. Intinya, kami berkomitmen untuk membangun konsep ini di seluruh nusantara yang memiliki potensi lahan rawa," tambahnya.
Sumber Referensi :
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H