Alasan kenapa anak betah bersama kakek neneknya adalah karena kakek nenek biasanya lebih memanjakan cucunya. Berbeda dengan orang tua yang membuat banyak aturan untuk anak-anaknya, kakek nenek cenderung lebih permisif kepada cucunya. Contohnya ketika anak sedang dimarahi orang tuanya, pasti larinya akan ke kakek nenek.
Namun, terkadang sikap kakek nenek yang terlalu memanjakan cucu ini bisa membuat orang tua kesal. Ya, setelah orang tua bersusah payah membuat anak disiplin di rumah, peraturan yang Anda buat malah dilanggar di rumah neneknya. Misalnya saja saat Anda melarang anak mengkonsumsi makanan manis di malam hari. Tapi saat anak ke rumah kakek nenek, ia diperbolehkan makan apapun di malam hari.
Tak jarang beberapa kakek nenek pindah untuk lebih dekat dengan cucu-cucu mereka. Sekali lagi, beberapa keluarga akan menyambut kedekatan atau kedatangan kakek nenek tersebut. Namun tak sedikit juga keluarga atau orang lain akan merasa bahwa kebebasan mereka sebagai orang tua telah di ambil alih tanpa di diskusikan sebelum orang tua melakukannya.
Jika sudah begitu, apa yang harus orang tua lakukan bila kakek nenek terlalu memanjakan cucunya?
Masalah yang terus-menerus dalam hubungan orang tua-kakek-nenek adalah bahwa orang tua merasa bahwa kakek nenek telah melampaui batasan.Â
Kadang-kadang mereka merasa bahwa kakek nenek mengambil hak orang tua untuk membuat keputusan tentang anak-anak mereka. Kadang-kadang masalahnya adalah bahwa kakek nenek membentak anak dan mengambil hak istimewa yang seharusnya dimiliki oleh orang tua.
Apa Kata Orang Tua?
Seperti ini lah kata dari orang tua yang merasa kakek nenek terlalu ikut andil dalam pengasuhan anak yaitu kakek nenek harus mundur, karena cucu-cucu mereka bukan anak-anak mereka, dan kakek-nenek tidak boleh memanggil mereka. Juga menunjukkan bahwa banyak kakek nenek bersalah karena tidak menghormati batas.
Kakek-nenek tidak bisa membuat keputusan pengasuhan anak, seperti apakah akan tidur bersama, kapan harus menggunakan toilet dan kapan saat untuk prasekolah.Â
Orang tua harus menahan diri untuk tidak mengungkapkan pendapat tentang keputusan tersebut. Jika diminta pendapat, orang tua bisa memberikannya, tetapi ucapkan secara diplomatis. Jika orang tua menyebut sebuah ide itu "bodoh," "salah arah" atau "konyol," dan orang tua memutuskan untuk pergi ke arah itu, mereka tidak akan melupakan kata-kata orang tua.
Jika kalian adalah seorang kakek nenek, jangan menyebut cucu Anda sebagai "bayi saya," "sayangku," "anak laki-laki saya" atau "anak perempuan saya." Ini akan terlihat cukup polos bagi kebanyakan kakek-nenek. Tentu saja, kita akan berkata, kita tahu bahwa itu bukan milik kita. Itu hanya cara bicara. Tetapi orang tua tidak peduli. Mereka tidak menginginkan kejelasan tentang siapa anak-anak itu.
Pada topik terkait, beberapa orang tua akan keberatan dengan nama-nama nenek yang terdengar seperti ibu, seperti Big Mommy atau Mummi (bahasa Finlandia untuk nenek). Dan jika Anda tidak sengaja dan menyebut diri Anda "ibu" kepada seorang cucu, minta maaf sedalam-dalamnya atau ibu yang sebenarnya tidak akan pernah percaya itu tidak sengaja.
Saat anak sedang bersama kakek neneknya, orang tua mewaspadai jebakan pemberian hadiah. Maksudnya jika orang tua ragu apakah hadiah tertentu sesuai atau tidak, tanyakan sebelum kakek nenek membeli hadiah itu. Berhati-hatilah untuk memerhatikan kakek nenek pada kesempatan pemberian hadiah.
Jangan sampai orang tua bebas dari hukuman. Maknanya, di sinilah sisi cerita kakek nenek. Pastinya orang tua juga ingin agar anak-anak mereka memiliki sosok kakek nenek dalam kehidupan mereka, bukan?Â
Jika benar seperti itu, maka bersiaplah untuk memaafkan beberapa kesalahan langkah dalam pengasuhan dari kakek nenek. Kakek nenek tidak sempurna, begitupun juga orang tua. Sesekali seimbangkan antara kebaikan dan keburukan terhadap kebaikan yang bisa mereka lakukan dalam kehidupan anak-anak.
Meskipun, untuk zaman ini pengasuhan lebih bersifat pada era moderen, namun memperhatikan pendapat dari kakek nenek juga bisa di aplikasikan. Jika pendapat kakek nenek tersebut baik untuk anak, mengapa tidak?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H