Mohon tunggu...
Alvin Wahyu Kurnia
Alvin Wahyu Kurnia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Menulis untuk Belajar, Bukan Menulis untuk Menggurui

Saya adalah seorang Mahasiswa Universitas Terbuka Semester 4 yang baru mendalami ilmu kepenulisan. Kegiatan sehari-hari kuliah, Pengacara (Pengangguran Banyak Acara), Jualan Desain Vektor bersama Teman, Bersepeda, dan tidak suka bermain game.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sejatinya Hidup adalah Merasa Sendiri

5 Agustus 2021   17:17 Diperbarui: 5 Agustus 2021   17:19 1760
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Saya mempunyai seekor kucing dirumah, dulu ibu saya memisahkannya dengan ibunya (babon kucing) ketika masih dalam masa menyusui. Sempat saya mengamati kucing tersebut, sempat juga saya merasa kasihan ketika melihatnya tidak diberi makan oleh ibu saya, dan sayapun tidak kuasa memberinya makan, karena kucing tersebut juga agak sedikit milih ketika makan, tidak semua makanan bisa masuk di perutnya. 

Alhasil, ketika ibu saya tidak memberinya makan, diapun sempat juga seperti meyong-meyong meminta makan, dan juga mencari, mengais-ngais makanan di tempat sampah, sisa tulang ayam yang biasanya dibuang setelah kami sekeluarga makan. 

Kadang saya juga merasa iba, mau menolong tetapi si kucing juga repot, sukanya milih-milih makanan :v, sempat juga saya berpikir, mungkin ketika saya ibaratkan menjadi kucing itu misal, saya mungkin tidak akan kuat menjalaninya, setiap hari selalu kelaparan, berusaha sendiri, tidak ada yang menolong, dan selalu susah hidupnya.

Berdasarkan peristiwa barusan, saya bisa membuat kesimpulan, bahwasanya kehidupan kita adalah tanggung jawab kita sendiri, terlepas apakah kita akan ditolong atau tidak oleh seseorang pun, namun yang pasti, kita tidak bisa selalu menggantungkan hidup kita kepada orang lain. 

Karena jika dipikir secara menyeluruh, orang lain pun juga sama, mereka tidak akan selalu menggantungkan hidup mereka kepada kita, namun, mungkin ada saat dimana mereka memberi pertolongan kepada kita, lantas kita juga menolong mereka, sehingga timbal balik kemanusiaan akan terjadi, dan memang itulah kita, mahkluk sosial yang sejatinya tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain.

Ada saatnya kesendirian butuh kebersamaan, dan ada pula saat dimana kebersamaan tidak akan selalu menyenangkan, sehingga sebuah kesendirian merupakan solusi supaya pikiran bisa tenang dan rileks sejenak. 

Sendiri belum tentu buruk, tetapi bersama juga tidak akan selalu baik, kesendiran memang hal yang sejatinya ada, ketika diri kita sudah tiada atau wafat, ketika kita sudah di kuburkan, disitulah rasanya bahwa kita memang sendiri, hanya amalan kita yang akan menemani, tidak ada manusia yang bisa dimintai pertolongan, dan ketika nanti sudah tiba masanya akhir dunia, ketika bumi dan seluruh alam semesta akan hancur lebur, dan berganti dengan alam yang tanpa ujung yaitu akhirat, tidak ada manusia yang akan menolong manusia lain, semuanya bingung dengan diri masing-masing. 

Namun, selama hidup masih ada dan kita masih diberi kesempatan bernafas, gunakan hal ini sebaik mungkin untuk menolong dan berbuat baik kepada sesama, karena hal ini adalah kesempatan yang mungkin tidak akan datang dua kali.

Berikut saya akan menunjukkan satu video dari salah satu channel youtube yang mungkin akan membuka wawasan kita mengenai betapa berharganya sebuah kesempatan dan waktu saat ini


Ketika melihat video tersebut, saya terhenyak, betapa saya masih banyak salah, banyak keburukan daripada baiknya, jika dibandingkan dengan luasnya alam semesta yang tidak ada ujungnya, mungkin kita hanya mahkluk yang tidak berguna dan sangat rapuh. Siapa kita di antaranya luasnya alam yang tak berujung tersebut?... sejujurnya, saya ingin sekali mengakhiri segala keburukan yang telah saya lakukan selama ini, namun pertanyaan saya, apakah bisa?...

Berjuang sendiri terkadang memang kurang nyaman, terlepas dari kebersamaan yang harusnya ada, yang harusnya itu dilakukan namun nyatanya tidak ada, kita sendiri yang menanggung segala penderitaan, karena itulah yang seharusnya. Akibat dari suatu tindakan yang dilakukan, yang menanggung adalah diri masing-masing, tidak ada yang saling menyalahkan ataupun memberikan suatu tanggungan, karena tidak tersedia waktu untuk hal itu, serta tak ada alasan apapun untuk memberinya tempat.

Terkadang juga sendiri jauh lebih baik, sebab jika dipaksakan bersama, biasanya muncul masalah yang tidak diinginkan. Mencintai orang lain terkadang jauh lebih mudah daripada mencintai diri sendiri, sebab terkadang orang lain mempunyai atau bisa melengkapi apa yang kurang pada diri kita, sehingga rasa bahagia yang tak terkira terkadang bisa di dapatkan ketika bersama orang lain. Itu artinya, secara tidak langsung, kita menggantungkan kebahagiaan diri kita terhadap orang lain, jika orang tersebut pada suatu saat berbuat tidak seperti apa yang kita inginkan, atau mengecewakan kita, kebahagiaan itupun akan sirna.

Maka, jangan sering-sering menggantungkan kebahagiaan pada orang lain, siapapun itu, karena kebahagiaan yang ada saat ini nyatanya adalah kebahagiaan semu. Tidak ada kebahagiaan yang benar-benar ada, semuanya bersifat sementara, uang yang kita dapat suatu saat akan habis, pasangan yang sempurna, suatu saat akan mati, dan diri kita yang mempunyai segalanya, suatu saat akan direnggut juga.

Selalu sadar dan bijaklah dalan mengarungi setiap kehidupan yang kita jalani saat ini, jika masih sendiri, pergunakanlah kesendirian tersebut untuk hal-hal yang berguna ataupun jika kalian adalah seorang yang ingin cepat bertemu dengan pasangan hidupnya, manfaatkanlah kesendirian untuk memantaskan diri, supaya ketika sudah tidak sendiri, kehidupan dengan pasangan bisa terjalin dengan harmonis dan bahagia.

Merasa sendiri adalah kunci, bahwa setiap manusia akan selalu seperti itu, lalu sadar bahwa hidup tidak selamanya harus bergantung kepada orang lain, serta selalu percaya bahwa hidup akan bisa memberikan setiap pelajarannya kepada kita, menjadi pribadi yang terus bertumbuh, selalu kuat akan penderitaan yang akan datang, serta tidak terlena dengan gemerlapnya kesuksesan orang lain, dan kebahagiaan yang ada.

Mungkin sendiri adalah jawaban atas kesalahan kita di masa lalu, bahwa belum saatnya kita menjadi bagian dari orang-orang lagi, perbaikan diri masih dibuka kesempatan, serta waktu yang ada masih bersama nafas yang selalu berhembus menemani setiap hari-hari kita. Sendiri juga bukanlah akhir dari segala hal, akhir sifatnya tidak bisa diprediksi, dan bukan pula sebuah kunci yang seharusnya kita takuti, namun akhir mungkin adalah awal dari bahagia yang sebenarnya, yang kekal dan bertahan tanpa ujung.

Sendiri mungkin adalah pesan yang disampaikan Tuhan kepada kita, bahwa hidup masih panjang, kita harus belajar lebih banyak, mengisi hati dengan sesuatu yang berguna, serta bisa digunakan sebagai kesempatan memperbaiki kesalahan yang seharusnya tidak terulang kembali. 

Rangkailah kisah tiada ujung, yang mungkin bisa dijadikan sebagai kunci bahwa hidup akan selalu terhubung dan bisa selalu membahagiakan, jika kita bisa bersyukur dengan segala hal yang terjadi maupun yang akan terjadi. 

Jangan menyalahkan kesendirian jika mungkin hal itu membuat diri kita kesepian, mungkin ada saatnya kesetiaan karena sendiri bisa terbayarkan jika waktunya sudah tiba. Jangan cepat-cepat terlalu menyimpulkan sesuatu yang sedang terjadi, lalu kemudian kita kaitkan dengan sesuatu yang sudah terjadi atau persepsi pribadi yang kita pikirkan. Segala hal yang sedang terjadi, pasti ada sebab dan juga akibatnya, kita tidak tahu hal itu sampai kejadian di masa depan membuat kita mengerti dan paham maksud dari kejadian yang kita alami di masa lalu.

Teruntuk sendiri, jika sendiri adalah pesan, maka semoga pesan yang engkau sampaikan bisa memberi makna di hidupku. Jikapun makna tersebut tidak bisa menjadikan diriku sebagai pribadi yang baik menurut lingkungan, maka maafkanlah diriku, jangan jadikan sebab tersebut sebagai pemutus kebersamaan yang telah kita jalani selama ini. Jikapun diri ini tidak sampai kenal dengan pesan yang telah disampaikan kesendirian, semoga apa yang telah diperbuat oleh kehendakku, bisa menjadi sebuah makna untuk lingkungan, dan bisa menjadi ladang pertanggung jawabanku kelak di akhir dunia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun