Mohon tunggu...
Alvin Wahyu Kurnia
Alvin Wahyu Kurnia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Menulis untuk Belajar, Bukan Menulis untuk Menggurui

Saya adalah seorang Mahasiswa Universitas Terbuka Semester 4 yang baru mendalami ilmu kepenulisan. Kegiatan sehari-hari kuliah, Pengacara (Pengangguran Banyak Acara), Jualan Desain Vektor bersama Teman, Bersepeda, dan tidak suka bermain game.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sejatinya Hidup adalah Merasa Sendiri

5 Agustus 2021   17:17 Diperbarui: 5 Agustus 2021   17:19 1760
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Terkadang juga sendiri jauh lebih baik, sebab jika dipaksakan bersama, biasanya muncul masalah yang tidak diinginkan. Mencintai orang lain terkadang jauh lebih mudah daripada mencintai diri sendiri, sebab terkadang orang lain mempunyai atau bisa melengkapi apa yang kurang pada diri kita, sehingga rasa bahagia yang tak terkira terkadang bisa di dapatkan ketika bersama orang lain. Itu artinya, secara tidak langsung, kita menggantungkan kebahagiaan diri kita terhadap orang lain, jika orang tersebut pada suatu saat berbuat tidak seperti apa yang kita inginkan, atau mengecewakan kita, kebahagiaan itupun akan sirna.

Maka, jangan sering-sering menggantungkan kebahagiaan pada orang lain, siapapun itu, karena kebahagiaan yang ada saat ini nyatanya adalah kebahagiaan semu. Tidak ada kebahagiaan yang benar-benar ada, semuanya bersifat sementara, uang yang kita dapat suatu saat akan habis, pasangan yang sempurna, suatu saat akan mati, dan diri kita yang mempunyai segalanya, suatu saat akan direnggut juga.

Selalu sadar dan bijaklah dalan mengarungi setiap kehidupan yang kita jalani saat ini, jika masih sendiri, pergunakanlah kesendirian tersebut untuk hal-hal yang berguna ataupun jika kalian adalah seorang yang ingin cepat bertemu dengan pasangan hidupnya, manfaatkanlah kesendirian untuk memantaskan diri, supaya ketika sudah tidak sendiri, kehidupan dengan pasangan bisa terjalin dengan harmonis dan bahagia.

Merasa sendiri adalah kunci, bahwa setiap manusia akan selalu seperti itu, lalu sadar bahwa hidup tidak selamanya harus bergantung kepada orang lain, serta selalu percaya bahwa hidup akan bisa memberikan setiap pelajarannya kepada kita, menjadi pribadi yang terus bertumbuh, selalu kuat akan penderitaan yang akan datang, serta tidak terlena dengan gemerlapnya kesuksesan orang lain, dan kebahagiaan yang ada.

Mungkin sendiri adalah jawaban atas kesalahan kita di masa lalu, bahwa belum saatnya kita menjadi bagian dari orang-orang lagi, perbaikan diri masih dibuka kesempatan, serta waktu yang ada masih bersama nafas yang selalu berhembus menemani setiap hari-hari kita. Sendiri juga bukanlah akhir dari segala hal, akhir sifatnya tidak bisa diprediksi, dan bukan pula sebuah kunci yang seharusnya kita takuti, namun akhir mungkin adalah awal dari bahagia yang sebenarnya, yang kekal dan bertahan tanpa ujung.

Sendiri mungkin adalah pesan yang disampaikan Tuhan kepada kita, bahwa hidup masih panjang, kita harus belajar lebih banyak, mengisi hati dengan sesuatu yang berguna, serta bisa digunakan sebagai kesempatan memperbaiki kesalahan yang seharusnya tidak terulang kembali. 

Rangkailah kisah tiada ujung, yang mungkin bisa dijadikan sebagai kunci bahwa hidup akan selalu terhubung dan bisa selalu membahagiakan, jika kita bisa bersyukur dengan segala hal yang terjadi maupun yang akan terjadi. 

Jangan menyalahkan kesendirian jika mungkin hal itu membuat diri kita kesepian, mungkin ada saatnya kesetiaan karena sendiri bisa terbayarkan jika waktunya sudah tiba. Jangan cepat-cepat terlalu menyimpulkan sesuatu yang sedang terjadi, lalu kemudian kita kaitkan dengan sesuatu yang sudah terjadi atau persepsi pribadi yang kita pikirkan. Segala hal yang sedang terjadi, pasti ada sebab dan juga akibatnya, kita tidak tahu hal itu sampai kejadian di masa depan membuat kita mengerti dan paham maksud dari kejadian yang kita alami di masa lalu.

Teruntuk sendiri, jika sendiri adalah pesan, maka semoga pesan yang engkau sampaikan bisa memberi makna di hidupku. Jikapun makna tersebut tidak bisa menjadikan diriku sebagai pribadi yang baik menurut lingkungan, maka maafkanlah diriku, jangan jadikan sebab tersebut sebagai pemutus kebersamaan yang telah kita jalani selama ini. Jikapun diri ini tidak sampai kenal dengan pesan yang telah disampaikan kesendirian, semoga apa yang telah diperbuat oleh kehendakku, bisa menjadi sebuah makna untuk lingkungan, dan bisa menjadi ladang pertanggung jawabanku kelak di akhir dunia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun