Jam menunjukkan pukul 02.00 WIB, seperti biasa, Marno mengakhiri mangkraknya. Lalu, tak disangka-sangka......
Ketika sampai rumah, betapa terkejut dirinya..... Sebuah mayat terbujur kaku, mayat anaknya......
Tubuh marno pun mendadak lesu dan tak berdaya, dia menatap lamat-lamat wajah anaknya tersebut, wajah pucat, mata terbelalak melolong menakutkan, Marno hanya bisa menangis sejadi-jadinya, hingga terdengar oleh para tetangga, tetangganya pun terheran-heran dengan suara tangisan tersebut, hingga akhirnya rumah Marno pun didatangi oleh banyak orang.
Ketika para tetangga mendatangi rumahnya, mereka hanya menyumpal hidung, dan tidak mau mendekat ke mayat Anaknya.
Pikir dia kenapa?.....
Dia tidak paham dengan tingkah orang-orang tersebut, seolah-olah, mereka mencium aroma tak sedap. Mereka tidak berani menegur Marno ataupun memberitahunya, apalagi mendekati mayat Anaknya. Ketika itu, hanya Kang Anhar yang bisa mendekatinya, dia kebetulan disitu serta turut berduka cita atas keadaan Marno, ia pun memberitahukan keadaan tersebut.
Sembari menyumpal hidung, Kang Anhar pun mendekati Marno.
"No, mayat anakmu bau busuk..."
Mendengar hal itu, dengan nada kaget, sambil terisak tangis, Marno menimpali omongan Kang Anhar...
"Haaaa... serius kang???"...
Kang Anhar pun menjawabnya dengan nada agak guyon....