Jika seperti itu, pencapaian hanyalah sekedar pencapaian, dimana menjalani sebuah proses dianggap sudah tidak penting lagi.Â
Secara tidak langsung, hasil menjadi tolak ukur kesuksesannya, sehingga, menikmati sebuah proses, dianggap hanya membuang-buang waktu saja.
Proses merupakan perjalanan panjang tiada batas. Apalagi proses yang didasari untuk sebuah kebaikan, pertumbuhan ke arah yang lebih positif, maka hal tersebut tidak lantas membuat kita cepat puas.Â
Cepat puas dalam hal kebaikan, sangat tidak diperbolehkan dan sebaiknya tidak dilakukan. Mengingat, sebuah kebaikan adalah ladang amal bagi setiap umat manusia, maka tidak sepatutnya hal tersebut mempunyai tolak ukur atau terlalu dihitung-hitung.
Kebaikan bersifat hakiki, jika seseorang bisa menjaga dirinya supaya terus berbuat kebaikan, maka semoga hidupnya bisa selamat serta bahagia di dunia ini, maupun di kehidupan setelah mati.
Ketika Sebuah Proses Selalu Dilupakan
Maka seseorang akan cenderung terombang ambing dan mudah sekali untuk dijatuhkan, serta tidak mengerti susah senangnya menjalani sebuah proses. Proses tidak bisa dibohongi, proses tidak bisa di maju mundurkan, apalagi sampai dilupakan.Â
Proses sifatnya mutlak, ia akan selalu ada mengisi semua waktu yang telah diberikan tuhan kepada manusia.
Berbicara sebuah proses, bukan lagi berbicara tentang sebuah kesuksesan semu, kegagalan palsu, atau impian yang sifatnya tabu, proses adalah bagian dari kehidupan kita sekarang, ia tidak bisa tidak ada hanya karena mungkin kita tidak menginginkannya.Â
Tetapi, menjalani proses merupakan sebuah pilihan masing-masing, menjalaninya dengan cara yang baik, atau menjalaninya dengan cara yang buruk. Proses tetaplah sebuah proses, tidak kurang dan tidak lebih, dan akan terus ada hingga akhir masa nanti.Â
Setiap jiwa adalah para insan yang memiliki keputusan hati, membuat keputusan adalah langkah utama ketika sebuah proses mulai dijelajahi oleh manusia, namun, manusia hanyalah manusia, dia hanya menuruti apa kata illahi, sembari menjalani setiap mimpi.Â