Mohon tunggu...
Benedicta Alvinta Prima
Benedicta Alvinta Prima Mohon Tunggu... Freelancer - Do my best

Berpengalaman sebagai jurnalis selama hampir 8 tahun. 5 tahun sebagai mahasiswa jurnalistik dan 3 tahun sebagai jurnalis di dua media yaitu internship Tempo.co dan wartawan Harian Kontan.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

6 Hal Ini Merubah Proses Produksi Berita

25 Maret 2016   12:02 Diperbarui: 25 Maret 2016   12:15 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Bradshaw, Paul. 2012. 21 Century News Room"][/caption]

 

Apa yang kalian lakukan pertama kali di pagi hari? Apa yang kalian lakukan setelah selesai kuliah? Apa yang kalian lakukan saat waktu senggang? Menurut data dari comScore dan didukung data dari Instapaper, pengguna Iphone membaca artikel paling banyak di jam enam pagi, sembilan pagi, lima sampai enam sore dan jam delapan sampai 10 malam. Waktu tersebut adalah waktu dimana seseorang sedang di jam santai, bangun pagi, mulai bekerja, selesai bekerja dan waktu istirahat malam.

Data tersebut menunjukkan bahwa informasi dan berita sudah menjadi bagian dari kehidupan seseorang. Dimana pun ia berada, ia bisa mengakses informasi mau pun berita. Hal ini tentu saja memberikan tuntutan bagi para pemilik media online untuk memberikan informasi secepat mungkin.  Namun sejalan dengan permintaan berita yang semakin meningkat, audiens juga meminta kedalaman berita (Bradshaw, 2012; 11). Lalu bagaimana bentuk newsroom pada abad ini?

Ada dua hal yang diinginkan audiens saat ini yaitu kecepatan dan kedalaman berita. Saat ini  informasi apa pun bisa dengan mudah didapatkan. Orang bisa berbagi melalui akun sosial media yang dimilikinya. Kecepatan pemberian informasi diakui oleh Neal Mann yang mengatakan bahwa twitter memberikan informasi sebelum media mana pun.

Berita yang muncul di twitter atau sosial media lainnya menjadi sumber informasi paling cepat untuk menuntun audiens mencari informasi tentang suatu kejadian. Akhirnya banyak organisasi berita harus bisa memanfaatkan sosial media seefektif mungkin. Mereka harus memasukkan sosial media sebagai sarana penyebaran dan sumber informasi paling cepat.

Selain sosial media, organisasi media juga tidak boleh menutup mata terhadap kehadiran liveblogging, sebagai bentuk situs jurnalisme milik warga. Liveblogger bisa mendistribusikan berita kapan pun secepat yang mereka mau. Organisasi berita disarankan memasukkan liveblogging dalam situs mereka seperti yang dilakukan The Telegraph yang menampilkan liveblogging royal wedding. Sebab, liveblogging memberikan keuntungan pada aspek kecepatan dan informasi yang lebih beragam.

Kecepatan telah membuat perusahaan media beradaptasi dengan proses produksi untuk publikasi online. Dalam media online, penerbitan artikel mengalami permasalahan distribusi. Artikel online dituntut menyajikan berita ringan dan interaktif yang bisa meningkatkan traffic melalui google dan facebook. Hal ini lah yang menjadi tantangan baru bagi organisasi berita.

Selain tentang kecepatan produksi berita, audiens juga menginginkan liputan berita yang mendalam. Bukan hanya informasinya saja, analisis suatu peristiwa juga menjadi permintaan audiens.  Dalam aspek kedalaman ini audiens masih berkutat pada berita baru, tetapi mereka juga berbagi analisis yang lebih dalam , konteks dan interaktivitas.

Berdasarkan hasil pencarian di google, kedalaman sebuah berita memiliki peringkat atas dalam pencarian. Sedangkan berita baru berada di peringkat bawah. Hal tersebut menjelaskan bahwa, permintaan audiens bukan lagi hanya kecepatan tetapi juga kedalaman sebuah berita. Steve Yelvington menambahkan kriteria halaman berita yang baik harus memenuhi komponen, mulai dari artikel yang jelas, identitas penulis, fasilitas berdiskusi hingga kelengkapan gambar atau infografik.

Organisasi berita juga memiliki peran penting untuk meningkatkan diskusi mengenai berita tersebut sebab hal ini bisa semakin memperdalam berita. Tentunya ini meningkatkan kontribusi audiens terhadap dunia jurnalisme.  Pada poin ini, tahapan sebuah berita menjadi lebih dalam; ada audiens biasa yang akan menghubungkan bagian-bagian isu dan audiens aktif yang sudah terhubung pada tahap awal pengembangan berita dan sudah melakukan diskusi.

Maka tantangan baru bagi newsroom abad ini adalah menyediakan fasilitas komentar dan tempat untuk audiens berdiskusi. Setelah itu, newsroom harus bisa melakukan analisa tehadap hasil diskusi mereka sebagai sumber kekayaan informasi.

Kemunculan jurnalisme online juga memunculkan dua hal baru dalam proses berita: peningkatan penggunaan basis data dan kemunculan aplikasi berita.  Aplikasi berita memungkinkan pengguna mendapatkan informasi mengenai kejadian yang ada disekitar lokasinya. Atau bagaimana suatu kejadian akan mempengaruhinya berdasarkan lokasi. Dengan adanya aplikasi berita, organisasi berita juga dapat menyediakan berita yang disesuaikan dengan ketertarikan audiens. Dalam hal ini, audiens yang mengontrol berita mana yang akan mereka baca dan organisasi berita menyesuaikan berita dengan kebutuhan dan minat audiens berdasar database yang tersimpan. 

Perubahan newsroom pada era ini tentu menuntut jurnalis dan editor menyesuaikan diri. Jurnalis saat ini harus mampu memanfaatkan jaringan online guna mendapatkan informasi aktual dan faktual. Selain itu jurnalis juga harus bisa menambahkan nilai berita pada setiap artikel yang dibuat supaya audiens tertarik untuk membaca. Yang paling penting dari semua itu, jurnalis tetap harus bertanggungjawab pada kebenaran informasi.

 

Referensi: 

Bradshaw,P.(n.d.).Model for a 21st century newsroom. Reader in Online Journalism, Birmingham City University, UK (mediacourses.com), Blogger, Online Journalism Blog. Founder, Help Me Investigate.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun