Dahulu mungkin ketika anak-anak di Indonesia ditanya apakah cita-cita mereka ketika sudah dewasa ? mungkin dokter salah satu profesi yang mereka inginkan dimasa depan,. Tetapi sekarang, mungkin ketika mereka ditanya apakah cita-cita mereka dimasa depan ? mungkin jawabannya menjadi influencer di media sosial baik youtube dsb, atau juga menjadi seorang gamer profesional yang bisa menjadi atlet e-sport.
Popularitas profesi dokter mungkin sekarang sudah agak bergeser, Sekarang profesi dibidang IT yang paling banyak diminati anak muda, hal ini disebabkan mereka terinspirasi oleh seorang tokoh, lihat saja sekarang berbagai star-up di Indonesia yang meraih kesuksesan dimana para foundernya adalah anak muda. Walapun begitu masih banyak orang-orang yang berkeinginan untuk berkarir sebagai dokter profesional. Buktinya tiap fakultas kedokteran di tiap Universitas memiliki peminat yang banyak ketika dalam masa penerimaan mahasiswa baru, baik itu Universitas negeri atau swasta. Lalu  adakah tantangan profesi seorang dokter?
Biaya menjadi dokter mahal
Paradigma masyarakat ketika seseorang menempuh pendidikan pada bidang kedokteran baik umum maupun spesialis adalah terjaminnya masa depan. Mungkin itu berlaku pada waktu dulu, sekarang ? itu hanyalah omong kosong, menjadi seorang lulusan dokter tidak serta merta orang tersebut akan menjadi kaya dalam waktu cepat.
Ketika sudah memulai praktik juga tidak langsung dapat memiliki keuntungan yang banyak, pasti butuh waktu dan proses yang sulit dan lama. Seorang dokter harus bisa di percayai oleh pasien nya, karena dengan kepercayan mereka menjadi mempunyai pasien tetap,. Tidak hanya itu untuk membuka klinil juga harus bersaing dengan klinik lain. Mau bagaimana lagi lulusan dokter di indonesia sudah banyak, mereka juga mendirikan klinik pribadi, bahkan tidak jarang di suatu daerah memiliki klinik yang lokasi yang berdekatan tentu ini menambah tantangan seorang dokter.
Inilah dampak dari inflasi tenaga medis, jadi peluang untuk bekerja di bidang ini mungkin sulit. Ketika membuka klinik harus pintar dalam mengelola dan memberikan pelayanan yang memuaskan tetapi harganya tentu saja murah, karena harga pelayanan juga menjadi salah satu faktor daya saing. Tidak jarang juga ada yang menutup klinik karena tidak mampu bersaing dengan yang lain
Studi dalam perundungan
Dilansir dari mojok.co ketika dokter umum ingin naik tingkat menjadi dokter spesialis maka ada tahap yang namanya studi PPDS (Program Pendidikan Dokter Spesialis), Pada saat masa studi ini katanya penggemblengan akan benar benar terjadi kepada calon dokter spesialis.
Ada berbagai macam kasus yang terjadi pada masa studi PPDS ini, banyak terjadi perundungan secara materi yang dilakukan oleh senior. Para senior seringkali meminta dibelikan sesuatu yang tidak jelas alasan dan tujuannya untuk apa, Dari mulai hal yang kecil seperti pulsa bahkan ada yang meminta barang sampai bernilai sama dengan mobil. Â Tanpa alasan yang jelas hal ini terjadi begitu saja, Senior bisa bebas memberi perintah kepada juniornya.
Hal ini juga terjadi beberapa kota di indonesia seperti di Denpasar, ada  yang setiap malam hampir membelanjakan duit untuk para senior sampai 300 ribu. Itu baru semalam. Hitung sendiri kalau dikalkulasi selama sebulan hanya demi jadi bahan perundungan para seniornya selama sebulan.
Tidak hanya perundungan materi tetapi juga fisik, Contohnya di Jogja, seorang harus menerima perundungan secara fisik. Bahkan sampai baku hantam dengan senior. Dan itu terjadi di residen bedah orthopedi (tulang).
Tentu saja hal ini terjadi karena ulah oknum tidak bertanggungjawab, pasti masih ada senior yang memberikan atau menguji mental junior tanpa menjadikan beban, tetapi hal yang dilakukan oknum tesebut pasti karena dia ingin balik modal karena pernah menjadi korban perundungan seniornya dulu. Dan hal tersebut tidaklah dibenarkan ketika menjalani masa residen. Hal ini juga tentu berlaku pada masa orientasi bidang pendidikan yang lain. Jangan sampai perundungan ini menyebabkan jatuhnya korban jiwa seperti kasus tahun-tahun sbeelumnya.
Pelanggaran kode etik dokter
Ada kasus dimana menyangkut kode etik dokter, yaitu ketika perusahaan obat atau farmasi memberikan sponsor kepada dokter secara langsung. adanya hubungan "mesra" sejumlah pabrik obat dengan dokter. Hubungan ini bisa terjadi antara dokter dan pabrik obat, bisa pula lewat perantara rumah sakit. Hal itu dikhawatirkan mempengaruhi hubungan dokter dengan pasien. Secara tidak langsung, akan pula menjadi salah satu faktor dalam penentuan harga obat.
Para oknum dokter di iming-imingi sejumlah barang seperti mobil, ataupun diajak seminar keluar sampai jalan-jalan keluar negeri. Hal ini seakan-akan sudah lumrah terjadi antara dokter dengan perusahaan farmasi.
Dilansir dari arsip.gatra.com Terlepas dari itu, kolusi tersebut, kata Dokter Marius Widjajarta, Ketua Yayasan Pemberdayaan Konsumen Kesehatan Indonesia, sudah laten. Berbagai cara dilakukan. "Ada yang untuk cicilan rumah, cicilan mobil yang dibayarkan melalui rekening," ujarnya. Ada pula dokter yang dibiayai untuk melakukan perjalanan ke luar negeri bersama keluarga. Marius mengklaim punya data dan nomor rekening dokter "bandel" itu.
Banyak pasien mengeluh masih tingginya harga obat. Memang harga obat di Indonesia terbilang mahal. Harga ampul insulin 100 mililiter, misalnya, di negara kita menduduki peringkat kelima, di bawah Austria, Amerika Serikat, Kosta Rika, Kongo, dan Palestina. Bahkan masih lebih mahal daripada Inggris, Australia, dan Kanada.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H